"Tadi pas aku tengah berjalan ke parkiran, aku lihat kamu lagi sama Pak Aidil. Jiwa kepo-ku meronta-ronta pas liat kalian. Jadi deh sampai sekarang gak pulang-pulang," jelas Aisyah membuat aku tertawa geli. "Makanya, kurangin dikit-dikit jiwa kepo-mu, Ai, biar gak sengsara." Ledekku. Aisya memonyongkan bibirnya. Aku baru saja mengabiskan makananku, ketika ponselku berdering. Pesan masuk dari Bang Amar. [Abang tunggu di depan, Na.]Tanpa membalas pesannya, aku bangkit untuk membayar makanan yang tadi kupesan. "Ini Bu, sekalian yang itu." Tunjukku pada Aisyah yang masih menghabiskan bakso porsi jumbo miliknya. "Ai, aku duluan ya, temen yang mau jemput dah sampai," ucapku setelah kembali mendekat ke arah Ais, untuk mengambil ranselku yang masih tergeletak di kursi yang tadi kududuki. "Oke, Na. Hati-hati, ya. Satu lagi, makasih udah dibayarin," jawab Aisyah dengan mulut penuhnya. "Sama-sama. Lain kali diet dikit, ya, biar aku gak kemahalan bayar makananmu." Candaku pada Ais. Gadis i
Read more