Share

Part 79. Tanpa Kabar

Matahari baru saja tergelincir saat adzan dzuhur mulai berkumandang. Aku melangkah gontai menuju mushola kampus yang berjarak sekitar lima puluh meter dari kelas.

Sudah lebih dari dua minggu aku tidak mendengar kabar lelaki yang sempat mengutarakan keseriusannya saat kami berada di tepi pantai waktu itu.

Tak jarang aku mengkhawatirkan niatnya tak mendapat restu. Namun semampuku untuk berpikir yang baik-baik, berharap akan berbuah berita baik pula.

Seperti kali ini. Setiap langkah kaki, bayangan Bang Amar memintaku untuk menikah dengannya kembali menari di kepala, membuatku tak mampu menahan untuk menghubunginya. Namun berkali-kali menelpon pun nomornya tak pernah aktif. Masih sama seperti kemari-kemarin.

Ingin kutanyakan pada keluarganya, tapi rasa minder membuatku mengurungkan niatku.

Pernah kutanyakan pada Bang Fikri dua hari lalu. Jawabannya pun sama, Bang Amar beberapa hari terakhir tak pernah menghubungi Bang Fikri.

Aku tak ingin berpikir buruk tentang kemungkinan rasa di h
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status