Tami adalah seorang istri yang terkenal pelit dan perhitungan. Bahkan untuk kebutuhan keluarganya pun ia sangat perhitungan. Ternyata sifat pelitnya itu adalah hasil didikan dari ibunya. Suryo sebagai seorang suami akhirnya tak dapat lagi tinggal diam menghadapi sifat pelit istrinya tersebut. Apalagi setelah kedua anaknya menjadi korban akibat sifat pelit Tami. Pada akhirnya perpisahan pun tak terelakkan. Namun, Tami yang sudah menjadi janda tetap tak hilang akal. Ia menghalalkan segala cara untuk dapat menjadi seorang yang kaya raya, dengan menjadi simpanan bosnya. Tetapi lambat laun kebusukan Tami terbongkar oleh Vivi--istri sah sang bos, hingga Tami harus mengalami penderitaan bertubi-tubi akibat pembalasan dendam dari Vivi.
Lihat lebih banyakPart 1
"Baaang ... Sarapan dulu, keburu siang!" Teriak istriku dari ruang makan.Aku yang sudah selesai berpakaian pun segera mendatanginya."Telor ceplok lagi, Dek?" Tanyaku dengan lemas begitu duduk di meja makan."Iya, udah makan aja, apa yang ada! Itu bekal Abang juga udah aku bungkus.""Bekalnya lauk apa?""Tumis kangkung sama ikan asin goreng," jawabnya."Sekali-sekali masak ikan atau ayam gitu Dek. Kasihan anak-anak.""Kasihan kenapa? Gak bergizi gitu?" Tanyanya mulai sewot."Ya, bukan. Kasihan jarang makan enak.""Alaah, bilang aja Abang yang kepengen makan enak!""Ya siapa sih Dek, yang gak kepengen makan enak. Semua orang juga mau.""Gak ada! Udah pokoknya urusan dapur aku yang atur ya Bang, Abang tinggal fokus cari duit aja," ucapnya sambil berlalu.Aku tak habis pikir dengan Tami, istriku. Padahal uang belanja yang kuberikan termasuk lumayan banyak. Aku bekerja sebagai tukang bangunan, yang di daerah kami digaji 150 ribu perhari. Termasuk lumayan banyak, apalagi kami hidup di desa, yang sayur banyak tinggal petik saja di kebun.Aku tak menuntut Tami setiap hari masak enak. Setidaknya seminggu sekali pun tak apa. Tapi ia betul-betul tetap dengan pendiriannya. Alasannya ingin berhemat. Tapi sampai detik ini aku belum pernah merasakan hasil dari hematnya Tami.Kami merasakan makan enak hanya saat hari raya Idul Adha, Idul Fitri, dan saat ada ayam kami yang sekarat."Abang pergi dulu Dek," pamitku."Iya Bang hati-hati ya suamiku sayang. Kalo ada besi-besi nganggur bawa pulang lagi ya bang. Lumayan buat tambah-tambahan.""Astaga Dek. Mana bisa sering-sering kayak gitu. Bisa ketauan bos aku.""Alaah, segitu banyak bahan bangunan gak mungkin diperhatikan kali Bang.""Udahlah ah, pergi dulu Abang," kataku menutup obrolan, malas memperpanjang.Memang aku pernah beberapa kali mengambil besi atau bahan-bahan bangunan lain yang kira-kira bisa dijual. Awalnya aku takut ketahuan. Tapi karena sekali aman, aku jadi ketagihan. Apalagi ditambah dengan banyaknya tuntutan istriku yang terus-terusan minta duit.***"Assalamu'alaikum ... Dek, Abang pulang," ucapku sambil masuk ke dalam rumah mencari Tami."Wa'alaykumus salam, eh suamiku sayang udah pulang," sambutnya dari dalam kamar."Anak-anak mana Dek? Kok sepi?" Tanyaku."Lagi pada main Bang.""Adek belum mandi?""Udahlah. Masa suaminya pulang belum mandi.""Tapi kok mukanya kusem gitu? Terus gak ada aroma wangi-wanginya lagi," kataku sambil mengendus-endus persis kucing."Abang ngejek aku?" Tanya Tami mulai cemberut."Ya enggak Dek. Abang kan cuma berkata apa adanya aja," kataku sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal."Abis mandi pake bedak dan parfum gitu, Dek. Kan jadi keliatan perbedaannya udah mandi atau belum," sambungku."Sayang dong bang, kalo bedak dipake buat sehari-hari. Bisa cepat abis nanti!" Ucapnya."Ya ampun, Dek ... Dek. Buat badan sendiri aja pun perhitungan," kataku berlalu sambil geleng-geleng kepala meninggalkan Tami.Lagi-lagi bagiku sifat hematnya keterlaluan. Apa dia tak ingin merawat dirinya sendiri? Masa iya uang yang kuberikan selama ini kurang?Aku tak menuntut Tami untuk cantik bak Sosialita, tak perlu perawatan mahal juga. Cukup wangi, segar, dan wajah berbedak sedikit jika ada aku, atau ditambah polesan lipstik supaya enak di pandang.Aku masuk kamar setelah selesai mandi. Kupandang meja rias Tami yang kacanya buram karena penuh debu yang jarang dilap. Hanya ada bedak padat yang isinya pun sudah pecah-pecah, dan lipstik yang kalau mau dipakai harus dikorek dulu.Kenapa sampai sebegininya keadaan Tami? Apa aku yang kurang perhatian selama ini? Atau nafkah yang kuberi kepadanya kurang? Sebaiknya aku tanyakan langsung."Dek ...." Kusapa Tami yang sedang duduk di teras sambil bermain handphoneku.Sebenarnya bukan handphoneku, tapi handphone bersama. Satu untuk semua. Karena Tami tak mau punya handphone lebih dari satu. Boros katanya."Kenapa Bang? Sini duduk!" Katanya sambil menepuk bangku di sebelahnya."Dek Abang mau bicara," kataku serius setelah duduk di sampingnya."Tumben serius banget, mau bicara apa emangnya?""Dek, apa selama ini uang yang Abang kasih kurang ya?" Tanyaku dengan rasa ingin tahu yang menggebu.Tami mengernyit."Kenapa Bang? Mau Abang tambahin ya? Asyiiik!" Ucapnya malah kegirangan."Dek, Abang serius ini!""Kenapa sih Bang, tiba-tiba nanya gitu? Kalo gak mau nambahi ngapain nanya-nanya?""Aku heran aja sama kamu Dek. Hemat kamu, aku rasa udah berlebihan."Akhirnya kuungkapkan semua isi hatiku. Daripada ngenes."Berlebihan gimana? Yang penting masih hidup kan? Masih bisa makan kan?""Iya Dek. Tapi tujuan kamu berhemat itu untuk apa? Toh aku gak pernah liat hasil dari hematnya kamu." Aku mulai terbawa emosi."Abang mau liat hasilnya? Oke, tunggu ya aku ambil!" Katanya sambil berlalu meninggalkanku yang melongo.Part 59Lamunanku langsung buyar saat ponsel yang kuletakkan di nakas bergetar. Gegas kuraih ponsel tersebut."Nomor baru?" Gumamku saat melihat ke layar ponsel.Segera kugeser layar ponsel untuk menerima panggilan tersebut."Hallo ... Siapa ya?" Tanyaku pada sang penelpon."Pak, ini Pak Beni kan?" Tanya seseorang di seberang sana. Terdengar nada panik dari suaranya."Iya saya Beni. Ini siapa ya?" Tanyaku lagi."Saya Risman, Pak. Tetangga sebelah rumah, Bapak," ujarnya masih dengan nada begitu panik."Rumah? Rumah yang mana?" Tanyaku bingung. Jelas aku bingung, selama ini aku tak mengenal seseorang bernama Risman, dan sekarang tiba-tiba ada yang menelpon dan mengaku-ngaku sebagai tetanggaku."Rumah Bapak yang di komplek perumahan Permai Indah Residence."Aku langsung terkesiap begitu lelaki tersebut menyebutkan alamat tempat di mana kutinggalkan Tami sendiri."Oh iya, ada apa? Saya sed
Part 58Masih dengan wajah menunduk, perlahan kuturunkan kaca jendela, agar orang tersebut tak bertambah marah. Namun alangkah terkejutnya aku saat mendapati siapa yang sedari tadi mengetuk pintu mobilku."Su-suryo?" Aku langsung terkejut begitu melihat siapa orang yang sedari tadi marah-marah sambil mengetuk kaca mobilku."Beni?!" Serunya tak kalah kaget."Gila kamu ya, Ben! Main tabrak aja. Keluar cepat!" Hardiknya membuatku sedikit ciut. Padahal dulu saat kami akrab tak pernah kami bertengkar hebat. Lagi-lagi aku menyalahkan Tami atas kerengganganku dengan Suryo.Karena takut kena bogeman dari Suryo, mau tak mau aku pun turun dari mobil. Begitu turun, alangkah terkejutnya aku saat mendapati seorang bapak-bapak sudah tergeletak di hadapan mobilku dengan gerobak yang juga terlihat berantakan akibat tertabrak mobilku."Oooh, ini penabraknya! Tanggung jawab kamu! Atau kami akan laporin ke polisi," ancam salah seorang warga yang be
Part 57Masih dengan menutup hidung, aku masuk ke dalam rumah hendak mencari keberadaan Tami dan bertanya perihal bau busuk ini. Bergegas aku menuju kamar kami, namun ternyata pintunya tertutup. Kucoba perlahan membukanya, ternyata tak terkunci."Tamiii ...." Aku memekik kala melihat Tami yang hanya memakai pakaian dalam itu, sedang tergeletak di atas ranjang dengan posisi meringkuk sambil memegangi organ intimnya.Semakin aku mendekatinya semakin pekat pula bau busuk itu menguar. Atau jangan-jangan memang bau busuk ini berasal dari tubuh Tami?Dengan menahan napas aku berusaha membalikkan tubuh Tami yang membelakangiku. Alangkah terkejutnya aku, saat melihat wajah Tami sudah tak secantik kemarin. Bibirnya terlihat berwarna merah membengkak, begitu juga keseluruhan wajahnya terlihat timbul benjolan-benjolan yang mengeluarkan nanah berbau busuk.Yang lebih parah lagi, saat aku melihat ke arah kewanitaan Tami terlihat banyak sekali cairan
Part 56Dengan kecepatan tinggi Lilis mengemudikan mobil, membuat aku ketakutan dan menjerit-jerit karena takut kecelakaan. Namun, Lilis tetap tak menurunkan laju kendaraannya. Ia terlihat benar-benar gusar. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Nyai Warsih padanya?Setelah melalui perjalanan yang mendebarkan tersebut, akhirnya aku bisa bernapas lega setelah kami sampai di rumahku. Terlihat Mas Beni sedang duduk santai di teras rumah sambil merokok."Aku pamit langsung pulang ya, Mi," ucap Lilis tanpa menatapku. Pandangannya terlihat menerawang ke depan. Benar-benar aneh sikapnya."Kenapa buru-buru?" Tanyaku benar-benar penasaran dengan perubahan sikap Lilis."Aku sudah ditunggu suami." Lilis menjawab dengan sangat cepat."Tapi, Lis ... Setelah ini aku harus gimana?" Tanyaku lagi meminta solusi pada Lilis."Nanti kita bicarakan lagi ya, Mi. Aku harus cepat-cepat pulang," tukas Lilis. Kali ini dengan menatap wajahku.
Part 55POV ViviHatiku benar-benar panas kala mengetahui soal perselingkuhan Mas Beni dengan karyawannya. Apalagi video mesum mereka sampai viral di medsos. Membuat aku semakin malu dan tak ada muka untuk bertemu dengan geng sosialitaku. Sudah pasti aku jadi bahan gunjingan mereka saat ini.Sejak kejadian video Mas Beni viral, aku mulai membatasi geraknya. Pabrik kuambil alih, begitu juga dengan ponsel. Awalnya setelah perselingkuhannya terbongkar sebenarnya aku berniat mengajukan gugatan cerai pada Mas Beni. Tapi ia langsung memohon-mohon dan mengemis maaf padaku agar aku tak meninggalkannya. Bahkan ia janji tak akan mengulangi kesalahan itu lagi.Awalnya aku tak peduli dan tetap kukuh pada pendirian. Namun saat melihat Mas Beni yang benar-benar menunjukkan bahwa ia ingin berubah membuat hatiku jadi luluh dan percaya bahwa ia tak akan mengulangi kesalahan itu lagi.Mas Beni juga menunjukkan perubahan. Ia mulai menjauh dari si pelakor te
Part 54Begitu sampai di rumah sakit. Aku langsung mengatakan keluhanku pada dokter yang sedang berjaga di IGD. Mereka memintaku berbaring di ranjang, dan langsung memeriksa bagian sensitifku. Sudah persis seperti orang yang akan melahirkan keadaanku saat ini.Mereka langsung terkejut begitu melihat apa yang terjadi pada organ intimku. Bahkan aku pun lebih terkejut lagi, kala dokter memberitahu bahwa ada belatung yang keluar dari sana. Pantas saja tadi aku merasa ada yang bergerak-gerak di sana.Dokter dan perawat langsung membersihkan cairan yang keluar beserta belatung itu. Terlihat wajah mereka sangat menderita saat melakukannya. Apalagi bau busuk yang keluar semakin kuat. Bahkan mereka sampai memakai masker ganda demi menghalau bau yang keluar dari kewanitaanku.Dokter spesialis kulit dan kelamin pun datang. Berbagai macam pertanyaan ia lontarkan padaku. Apa aku selama ini melakukan seks bebas? Apa aku pernah berhubungan dengan pengidap PMS? A
Part 53Baru saja berjalan sekitar setengah jam, tiba-tiba ponsel Mas Beni berdering. Ia langsung membeliak begitu melihat sang penelpon yang tak lain adalah Vivi. Dengan media video callku pula. Matilah aku!"Gimana ini, Mas?" Tanyaku panik pada Mas Beni yang juga terlihat bingung sambil memandang layar ponsel."Emm ... Kamu keluar dulu bisa, Mi? Sembunyi agak jauh dari mobil," titah Mas Beni membuat hatiku dongkol.Aku berdecak kesal."Kenapa gak dimatikan saja sih, Mas? Ganggu saja!" Keluhku kesal."Gak bisa, Mi. Mas udah janji sama Vivi, bakal sering-sering hubungi dia, karena itu jugalah Vivi mengizinkan Mas pergi," ujar Mas Beni dengan raut wajah memelas.Aku memanyunkan bibir lalu keluar dari mobil sesuai perintah Mas Beni. Baru saja bertemu, sudah ada gangguan. Bagaimana lagi ke depannya? Masa iya sedang sibuk bermesraan nanti pun bakal terganggu dengan Vivi. Huh! Ingin kusantet saja rasanya wanita itu.
Part 52Vivi terus mendekat ke arah kami. Dan begitu sampai di hadapanku ....Plaaak!Belum sempat aku berucap apa-apa, telapak tangan Vivi sudah mendarat di pipiku, meninggalkan rasa panas yang menjalar di sana."Dasar perempuan tak tau malu! Masih ada nyali kau datang ke sini, hah?" Hardiknya dengan mata melotot seperti akan copot dari rongganya."Aku kemari bukan untuk bertemu denganmu!" Tandasku tak mau kalah. Jelas aku tak akan pernah mau mengalah jika itu dengan rival."Terus mau ketemu dengan Mas Beni?! Jangan mimpi!" Ucap Vivi sengit dibarengi oleh tarikan tangannya pada rambutku.Aku langsung meringis menahan perih pada kulit kepala. Ternyata Vivi tak bisa diajak bicara baik-baik. Aku yang tak mau kalah darinya langsung membalas menarik surai pirang panjang miliknya. Kami pun saling jambak-jambakan satu sama lain, diiringi dengan berbagai macam sumpah serapah dan makian dari Vivi.Kericuhan ka
Part 51"Tolong, berhenti ... Jangaaan ... Aku betul-betul tak bersalah," rintihku dengan air mata yang mulai menitik, merasa benar-benar terdzolimi dengan perbuatan mereka.Namun bukannya iba dengan keadaanku, mereka malah makin beringas ingin melucuti pakaianku.Saat baju atasanku hampir terlepas sempurna, barulah terdengar suara seseorang membelaku."Hei! Sudah-sudah! Jangan main seperti ini. Matikan kameranya. Jangan asal viral-viralkan!" Terdengar suara seseorang yang amat sangat kukenal. Suara Heni."Halah! Kamu bela karena kamu temannya, kan?" Terdengar sahutan salah satu penghuni kost.Heni berdecak kesal, lalu beralih menatap Bu Diah."Bu, emang ibu mau kalau suami Ibu viral? Ibu udah siap mental belum, kalau dijulidin orang? Terus, apa ibu mau kalau kost ini jadi sepi karena para orang tua tak mempercayakan lagi anaknya ngekost di sini?" Sepertinya perkataan Heni kali ini berhasil meluluhkan mereka, terbukti me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen