Share

Istri Pelit Bin Medit
Istri Pelit Bin Medit
Author: Wella Andriana

Part 1

last update Last Updated: 2022-10-18 23:00:59

Part 1

"Baaang ... Sarapan dulu, keburu siang!" Teriak istriku dari ruang makan.

Aku yang sudah selesai berpakaian pun segera mendatanginya.

"Telor ceplok lagi, Dek?" Tanyaku dengan lemas begitu duduk di meja makan.

"Iya, udah makan aja, apa yang ada! Itu bekal Abang juga udah aku bungkus."

"Bekalnya lauk apa?"

"Tumis kangkung sama ikan asin goreng," jawabnya.

"Sekali-sekali masak ikan atau ayam gitu Dek. Kasihan anak-anak."

"Kasihan kenapa? Gak bergizi gitu?" Tanyanya mulai sewot.

"Ya, bukan. Kasihan jarang makan enak."

"Alaah, bilang aja Abang yang kepengen makan enak!"

"Ya siapa sih Dek, yang gak kepengen makan enak. Semua orang juga mau."

"Gak ada! Udah pokoknya urusan dapur aku yang atur ya Bang, Abang tinggal fokus cari duit aja," ucapnya sambil berlalu.

Aku tak habis pikir dengan Tami, istriku. Padahal uang belanja yang kuberikan termasuk lumayan banyak. Aku bekerja sebagai tukang bangunan, yang di daerah kami digaji 150 ribu perhari. Termasuk lumayan banyak, apalagi kami hidup di desa, yang sayur banyak tinggal petik saja di kebun.

Aku tak menuntut Tami setiap hari masak enak. Setidaknya seminggu sekali pun tak apa. Tapi ia betul-betul tetap dengan pendiriannya. Alasannya ingin berhemat. Tapi sampai detik ini aku belum pernah merasakan hasil dari hematnya Tami.

Kami merasakan makan enak hanya saat hari raya Idul Adha, Idul Fitri, dan saat ada ayam kami yang sekarat.

"Abang pergi dulu Dek," pamitku.

"Iya Bang hati-hati ya suamiku sayang. Kalo ada besi-besi nganggur bawa pulang lagi ya bang. Lumayan buat tambah-tambahan."

"Astaga Dek. Mana bisa sering-sering kayak gitu. Bisa ketauan bos aku."

"Alaah, segitu banyak bahan bangunan gak mungkin diperhatikan kali Bang."

"Udahlah ah, pergi dulu Abang," kataku menutup obrolan, malas memperpanjang.

Memang aku pernah beberapa kali mengambil besi atau bahan-bahan bangunan lain yang kira-kira bisa dijual. Awalnya aku takut ketahuan. Tapi karena sekali aman, aku jadi ketagihan. Apalagi ditambah dengan banyaknya tuntutan istriku yang terus-terusan minta duit.

***

"Assalamu'alaikum ... Dek, Abang pulang," ucapku sambil masuk ke dalam rumah mencari Tami.

"Wa'alaykumus salam, eh suamiku sayang udah pulang," sambutnya dari dalam kamar.

"Anak-anak mana Dek? Kok sepi?" Tanyaku.

"Lagi pada main Bang."

"Adek belum mandi?"

"Udahlah. Masa suaminya pulang belum mandi."

"Tapi kok mukanya kusem gitu? Terus gak ada aroma wangi-wanginya lagi," kataku sambil mengendus-endus persis kucing.

"Abang ngejek aku?" Tanya Tami mulai cemberut.

"Ya enggak Dek. Abang kan cuma berkata apa adanya aja," kataku sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.

"Abis mandi pake bedak dan parfum gitu, Dek. Kan jadi keliatan perbedaannya udah mandi atau belum," sambungku.

"Sayang dong bang, kalo bedak dipake buat sehari-hari. Bisa cepat abis nanti!" Ucapnya.

"Ya ampun, Dek ... Dek. Buat badan sendiri aja pun perhitungan," kataku berlalu sambil geleng-geleng kepala meninggalkan Tami.

Lagi-lagi bagiku sifat hematnya keterlaluan. Apa dia tak ingin merawat dirinya sendiri? Masa iya uang yang kuberikan selama ini kurang?

Aku tak menuntut Tami untuk cantik bak Sosialita, tak perlu perawatan mahal juga. Cukup wangi, segar, dan wajah berbedak sedikit jika ada aku, atau ditambah polesan lipstik supaya enak di pandang.

Aku masuk kamar setelah selesai mandi. Kupandang meja rias Tami yang kacanya buram karena penuh debu yang jarang dilap. Hanya ada bedak padat yang isinya pun sudah pecah-pecah, dan lipstik yang kalau mau dipakai harus dikorek dulu.

Kenapa sampai sebegininya keadaan Tami? Apa aku yang kurang perhatian selama ini? Atau nafkah yang kuberi kepadanya kurang? Sebaiknya aku tanyakan langsung.

"Dek ...." Kusapa Tami yang sedang duduk di teras sambil bermain handphoneku.

Sebenarnya bukan handphoneku, tapi handphone bersama. Satu untuk semua. Karena Tami tak mau punya handphone lebih dari satu. Boros katanya.

"Kenapa Bang? Sini duduk!" Katanya sambil menepuk bangku di sebelahnya.

"Dek Abang mau bicara," kataku serius setelah duduk di sampingnya.

"Tumben serius banget, mau bicara apa emangnya?"

"Dek, apa selama ini uang yang Abang kasih kurang ya?" Tanyaku dengan rasa ingin tahu yang menggebu.

Tami mengernyit.

"Kenapa Bang? Mau Abang tambahin ya? Asyiiik!" Ucapnya malah kegirangan.

"Dek, Abang serius ini!"

"Kenapa sih Bang, tiba-tiba nanya gitu? Kalo gak mau nambahi ngapain nanya-nanya?"

"Aku heran aja sama kamu Dek. Hemat kamu, aku rasa udah berlebihan."

Akhirnya kuungkapkan semua isi hatiku. Daripada ngenes.

"Berlebihan gimana? Yang penting masih hidup kan? Masih bisa makan kan?"

"Iya Dek. Tapi tujuan kamu berhemat itu untuk apa? Toh aku gak pernah liat hasil dari hematnya kamu." Aku mulai terbawa emosi.

"Abang mau liat hasilnya? Oke, tunggu ya aku ambil!" Katanya sambil berlalu meninggalkanku yang melongo.

Related chapters

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 2

    Part 2Tami keluar dari kamar sambil membawa kotak kayu yang bentuknya seperti peti, tapi tidak terlalu besar. Jantungku berdegup kencang melihatnya. Kira-kira apa yang ada di dalam kotak itu?"Nih, kalo mau liat hasil simpananku!" Ucap Tami sambil menyerahkan kotak itu padaku.Dengan perlahan kubuka kotak kayu itu. Betapa terkejutnya aku saat di dalamnya kulihat begitu banyak perhiasan emas."Dek, ini semua punya kamu?" Tanyaku seakan tak percaya.Tami hanya manggut-manggut saja, dengan tangan dilipat ke dada. Persis seperti nyonya besar."Jual satu ya Dek, biar makan enak kita seminggu ini," pintaku padanya sambil tanganku mengambil sebuah cincin."Oh ... Nehi, nehi!" Katanya sambil merebut kembali semua perhiasannya."Dek, itu ada banyak. Aku cuma minta satu aja, sekalian buat beli skincare kamu."Seketika Tami mendelik mendengar ucapanku. Aku langsung menciut melihat wajah sangarnya."Untuk apa skincare? Buang-buang duit aja!" Ucap Tami dengan ketus."Biar kamu makin cantiklah, Sa

    Last Updated : 2022-10-18
  • Istri Pelit Bin Medit   Part 3

    Part 3Pov Tami.Aku terbangun, perutku tiba-tiba sakit dan melilit sekali. Kulirik jam masih pukul empat pagi. Bang Suryo pun masih mendengkur di sampingku. Segera aku lari ke kamar mandi, untuk melaksanakan panggilan alam. Baru selesai menuntaskan panggilan alam dan baru akan keluar dari kamar mandi, lagi-lagi perut ini melilit. Aku pun masuk kembali. Sampai berkali-kali aku seperti itu. Akhirnya, daripada capek bolak-balik aku memilih nongkrong aja di WC sambil berpikir, 'aku salah makan apa?'Sedang asyik-asyiknya nongkrong, pintu kamar mandi digedor-gedor dengan keras."Dek, kamu di dalam?" Tanya Bang Suryo, suamiku tercinta."He'em." "Cepat! Aku gak tahan!"Aku cepat-cepat menyelesaikan ha*jatku dan keluar dari kamar mandi."Astaga, Dek! Bibirmu kenapa itu?" Tanya Bang Suryo dengan raut terkejut.Kupegang bibirku. Astaga! Kok bentuknya terasa lain. Dengan cepat aku ke kamar dan berkaca."Ya ampun! Bibirku kok jon*tor gini?" Pekikku yang membangunkan seisi rumah.Kuperiksa tubuh

    Last Updated : 2022-10-18
  • Istri Pelit Bin Medit   Part 4

    Pelit Bin MeditPart 4Pov TamiAhaaa ... Aku tau!Gegas kukeluarkan motor dari rumah, kuajak juga anak-anakku. Tujuanku adalah ke rumah Bik Nur. Tak sampai dua menit, sampailah aku di rumah Bik Nur. Rumahnya memang tak terlalu jauh dari rumahku."Bik ... Oh Bik!" Panggilku sambil mengetuk pintu rumah Bik Nur.Tak berselang lama, keluarlah Bik Nur."Ada apa Mi?" Tanyanya dengan pandangan menyelidik."Bik, ada uang gak? Aku mau bawa anak-anak berobat ni Bik, pada sakit.""Duh, gak ada, Bibik. Uangnya dibawa Mamang semua." Jawab Bik Nur.Tahu banget aku, kalau Bik Nur bohong. Mana pernah Bik Nur gak pegang uang. Uangnya juga banyak. Dasar Bik Nurnya aja yang pelit. "Mak, gak tahan aku Mak ... Sakit kali perutku." Rengek Wulan."Iya Mak, badanku juga gatal kali ini. Cepatlah Mak." Sambung Rafa.Duh, kalau gini mau tak mau terpaksa pakai uang belanja untuk berobat deh ini."Anak-anakmu kenapa emangnya Mi? Kok pada sakit semua gini?" Selidik Bik Nur."Gak tau ni, Bik. Tiba-tiba udah begi

    Last Updated : 2022-10-18
  • Istri Pelit Bin Medit   Part 5

    Pelit Bin MeditPart 5Hari sudah menjelang sore, aku sudah mandi, cantik dan rapi. Sebentar lagi Bang Suryo akan pulang, tak sabar rasanya menunggu, sebab ini hari gajian.Tak berapa lama, terdengar suara motor masuk ke pekarangan rumah. Ahaa, pasti Bang Suryo. Dengan kecepatan bak kilat, aku segera membuka pintu untuk menyambut suamiku."Eh suamiku sayang udah pulang." Ucapku menyambutnya.Bang Suryo hanya menjawab dengan senyuman. Pasti dia capek habis pulang dari luar kota. Aku bergegas ke belakang mengambil air putih untuknya."Minum dulu Bang." Ucapku sambil menyodorkan air putih ke Bang Suryo yang sedang duduk di sofa.Dan dalam sekejap saja air dalam gelas tersebut langsung tandas."Gak ada cemilan, Dek?" "Gak adalah Bang, orang duit juga gak ada.""Masak apa tadi? Abang laper banget.""Gak masak aku Bang. Cuma masak mie aja tadi. Emang Abang belum makan?""Ya belumlah.""Dih, pelit banget bos Abang gak ngasih makan!""Siang ya dikasih, dek. Tapi kan siang tadi. Sekarang Aba

    Last Updated : 2022-10-18
  • Istri Pelit Bin Medit   Part 6

    Part 6Tapi apa yang kudengar sekarang ini? Emak mau pulang? Oh, no!"Wah, baguslah Kak. Pulang sama siapa Emak? Gak sendiri kan?""Sama bapak katanya."Bang Suryo malah kegirangan, Emaknya akan pulang. Gak peduli banget dia sama perasaanku.Aku menekuk muka sambil memandang tajam ke Bang Suryo yang sedang bicara dengan Kak Rani. Biar sadar dia, istrinya lagi ngambek."Kenapa mukamu gitu Dek? Kok kecut banget macam jeruk purut." Bang Suryo malah meledekku. Dasar kurang asem!"Tenanglah kau Mi, nanti kusuruh aja Emak nginap di rumahku." Sindir Kak Rani.Bagus deh kalau begitu. Kalau sempat Emak tinggal di sini, habislah aku. Bakalan tekor banyak dan tertekan aku.***Sepeninggal Kak Rani, aku dan Bang Suryo bersiap-siap untuk tidur."Siap-siap kamu Dek.""Siap-siap apa?""Ya diberesin rumah, bakalan ngamuk nanti Emak sama Bapak kalo tau rumahnya ancur gini.""Bodo amat! Kan kata Kak Rani, mau nginap di rumah dia.""Hellooo ... Dek. Sadar Dek, ini rumah siapa?" Ucap Bang Suryo sambil m

    Last Updated : 2022-10-18
  • Istri Pelit Bin Medit   Part 7

    Part 7"Buat malu aja!" Kataku geram, sambil menyubit lengannya dengan keras. Yang membuatnya semakin menangis histeris dan lari pulang ke rumah."Bapaaaak ....""Kenapa ini?" Tanya Bang Suryo sambil menyambut Wulan dalam pelukannya."Minta jajan Pak ...." Rengek Wulan sambil masih menangis."Kok gak dibelikan sih, Dek?""Masih pagi, gak boleh jajan!""Ya ampun Dek, Dek. Udah Wulan, ayok jajan sama bapak.""Eh gak boleh, gak boleh! Makan nasi aja, Mamak mau masak enak ini."Bang Suryo dan Wulan tetap melenggang pergi tak menghiraukan ucapanku. Dasar!Gegas aku menuju dapur, untuk memasak menu yang istimewa untuk mertuaku.Baru saja mulai meracik bahan-bahan Bik Nur tiba-tiba memanggilku."Masuk aja Bik, aku di dapur.""Jam berapa Emak nyampe Mi?" Tanya Bik Nur yang sudah berada di dapur."Sebentar lagi mungkin Bik.""Itu mau masak apa?""Menu istimewa untuk Emak dong, Bik. Sop ceker plus sambal kecap.""Oalah Mi, Mi. Kakakku sekali-sekali pulang cuma dimasaki ceker. Duitmu banyak, yo

    Last Updated : 2022-10-18
  • Istri Pelit Bin Medit   Part 8

    Part 8Pov Bik NurHari ini Yuk Parmi, Kakakku yang merantau di Dumai akan pulang. Aku sudah siap-siap menyambut kedatangannya.Tepat jam sebelas siang Yuk Parmi datang bersama suaminya. Suryo dan anak-anaknya juga ikut.Mata Suryo berbinar menatap berbagai makanan yang memang sudah aku siapkan untuk menyambut Kakakku itu."Buat sendiri ini Bik?" Tanya Suryo yang langsung menyantap beberapa kudapan, sebelum kupersilahkan. Sudah biasa dia begitu, bahkan di rumah orang lain."Iya, sebagian." Jawabku sambil menatapnya dengan miris.Kulihat Yuk Parmi menatap anak lelakinya itu dengan pandangan sedih.Tak berapa lama terdengar suara motor masuk ke halaman rumahku. Ternyata Rani yang datang. "Ternyata di sini Emak, aku nyariin ke rumah Tami tadi." Ucap Rani sambil mencium tangan Emak dan Bapaknya."Ya ampun Yo, kayak gak pernah makan Kowe. Kakaknya datang pun gak digubris." Ucap Rani kepada Suryo, yang masih terus menyantap makanan bersama anak-anaknya."Emang gak pernah makan enak-enak gi

    Last Updated : 2022-10-21
  • Istri Pelit Bin Medit   Part 9

    Part 9.POV Suryo"Mohon maaf, Dek. Kalau kamu tetap pada pendirianmu. Aku memilih mundur.""Maksudmu apa Bang? Jangan aneh-aneh!" Teriak Tami menggelegar."Aku udah kasih pilihan sama kamu Dek, untuk berubah. Tapi kamu yang gak mau! Kamu lebih mementingkan egomu sendiri!"Aku mulai geram dengan Tami yang tak juga sadar akan kesalahannya."Oke, kalau itu maumu! Pulangkan saja aku ke orang tuaku kalau begitu!" Tantangnya lagi.Aku sebenarnya berat untuk melakukan ini, apalagi memikirkan anak yang masih kecil-kecil. Tapi aku berharap ini bisa jadi pelajaran untuk Tami agar berubah.Akhirnya kami pun sepakat, mengantar Tami kembali ke keluarganya. Berbagai sumpah serapah mereka keluarkan kepada kami. Berulang kali pula Bapak menjelaskan permasalahannya, tapi tak digubris mereka. Akhirnya kami memutuskan pulang dengan diiringi caci maki mereka.Sedih sebenarnya harus begini, apalagi anak-anak juga ikut Tami

    Last Updated : 2022-10-22

Latest chapter

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 59

    Part 59Lamunanku langsung buyar saat ponsel yang kuletakkan di nakas bergetar. Gegas kuraih ponsel tersebut."Nomor baru?" Gumamku saat melihat ke layar ponsel.Segera kugeser layar ponsel untuk menerima panggilan tersebut."Hallo ... Siapa ya?" Tanyaku pada sang penelpon."Pak, ini Pak Beni kan?" Tanya seseorang di seberang sana. Terdengar nada panik dari suaranya."Iya saya Beni. Ini siapa ya?" Tanyaku lagi."Saya Risman, Pak. Tetangga sebelah rumah, Bapak," ujarnya masih dengan nada begitu panik."Rumah? Rumah yang mana?" Tanyaku bingung. Jelas aku bingung, selama ini aku tak mengenal seseorang bernama Risman, dan sekarang tiba-tiba ada yang menelpon dan mengaku-ngaku sebagai tetanggaku."Rumah Bapak yang di komplek perumahan Permai Indah Residence."Aku langsung terkesiap begitu lelaki tersebut menyebutkan alamat tempat di mana kutinggalkan Tami sendiri."Oh iya, ada apa? Saya sed

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 58

    Part 58Masih dengan wajah menunduk, perlahan kuturunkan kaca jendela, agar orang tersebut tak bertambah marah. Namun alangkah terkejutnya aku saat mendapati siapa yang sedari tadi mengetuk pintu mobilku."Su-suryo?" Aku langsung terkejut begitu melihat siapa orang yang sedari tadi marah-marah sambil mengetuk kaca mobilku."Beni?!" Serunya tak kalah kaget."Gila kamu ya, Ben! Main tabrak aja. Keluar cepat!" Hardiknya membuatku sedikit ciut. Padahal dulu saat kami akrab tak pernah kami bertengkar hebat. Lagi-lagi aku menyalahkan Tami atas kerengganganku dengan Suryo.Karena takut kena bogeman dari Suryo, mau tak mau aku pun turun dari mobil. Begitu turun, alangkah terkejutnya aku saat mendapati seorang bapak-bapak sudah tergeletak di hadapan mobilku dengan gerobak yang juga terlihat berantakan akibat tertabrak mobilku."Oooh, ini penabraknya! Tanggung jawab kamu! Atau kami akan laporin ke polisi," ancam salah seorang warga yang be

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 57

    Part 57Masih dengan menutup hidung, aku masuk ke dalam rumah hendak mencari keberadaan Tami dan bertanya perihal bau busuk ini. Bergegas aku menuju kamar kami, namun ternyata pintunya tertutup. Kucoba perlahan membukanya, ternyata tak terkunci."Tamiii ...." Aku memekik kala melihat Tami yang hanya memakai pakaian dalam itu, sedang tergeletak di atas ranjang dengan posisi meringkuk sambil memegangi organ intimnya.Semakin aku mendekatinya semakin pekat pula bau busuk itu menguar. Atau jangan-jangan memang bau busuk ini berasal dari tubuh Tami?Dengan menahan napas aku berusaha membalikkan tubuh Tami yang membelakangiku. Alangkah terkejutnya aku, saat melihat wajah Tami sudah tak secantik kemarin. Bibirnya terlihat berwarna merah membengkak, begitu juga keseluruhan wajahnya terlihat timbul benjolan-benjolan yang mengeluarkan nanah berbau busuk.Yang lebih parah lagi, saat aku melihat ke arah kewanitaan Tami terlihat banyak sekali cairan

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 56

    Part 56Dengan kecepatan tinggi Lilis mengemudikan mobil, membuat aku ketakutan dan menjerit-jerit karena takut kecelakaan. Namun, Lilis tetap tak menurunkan laju kendaraannya. Ia terlihat benar-benar gusar. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Nyai Warsih padanya?Setelah melalui perjalanan yang mendebarkan tersebut, akhirnya aku bisa bernapas lega setelah kami sampai di rumahku. Terlihat Mas Beni sedang duduk santai di teras rumah sambil merokok."Aku pamit langsung pulang ya, Mi," ucap Lilis tanpa menatapku. Pandangannya terlihat menerawang ke depan. Benar-benar aneh sikapnya."Kenapa buru-buru?" Tanyaku benar-benar penasaran dengan perubahan sikap Lilis."Aku sudah ditunggu suami." Lilis menjawab dengan sangat cepat."Tapi, Lis ... Setelah ini aku harus gimana?" Tanyaku lagi meminta solusi pada Lilis."Nanti kita bicarakan lagi ya, Mi. Aku harus cepat-cepat pulang," tukas Lilis. Kali ini dengan menatap wajahku.

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 55

    Part 55POV ViviHatiku benar-benar panas kala mengetahui soal perselingkuhan Mas Beni dengan karyawannya. Apalagi video mesum mereka sampai viral di medsos. Membuat aku semakin malu dan tak ada muka untuk bertemu dengan geng sosialitaku. Sudah pasti aku jadi bahan gunjingan mereka saat ini.Sejak kejadian video Mas Beni viral, aku mulai membatasi geraknya. Pabrik kuambil alih, begitu juga dengan ponsel. Awalnya setelah perselingkuhannya terbongkar sebenarnya aku berniat mengajukan gugatan cerai pada Mas Beni. Tapi ia langsung memohon-mohon dan mengemis maaf padaku agar aku tak meninggalkannya. Bahkan ia janji tak akan mengulangi kesalahan itu lagi.Awalnya aku tak peduli dan tetap kukuh pada pendirian. Namun saat melihat Mas Beni yang benar-benar menunjukkan bahwa ia ingin berubah membuat hatiku jadi luluh dan percaya bahwa ia tak akan mengulangi kesalahan itu lagi.Mas Beni juga menunjukkan perubahan. Ia mulai menjauh dari si pelakor te

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 54

    Part 54Begitu sampai di rumah sakit. Aku langsung mengatakan keluhanku pada dokter yang sedang berjaga di IGD. Mereka memintaku berbaring di ranjang, dan langsung memeriksa bagian sensitifku. Sudah persis seperti orang yang akan melahirkan keadaanku saat ini.Mereka langsung terkejut begitu melihat apa yang terjadi pada organ intimku. Bahkan aku pun lebih terkejut lagi, kala dokter memberitahu bahwa ada belatung yang keluar dari sana. Pantas saja tadi aku merasa ada yang bergerak-gerak di sana.Dokter dan perawat langsung membersihkan cairan yang keluar beserta belatung itu. Terlihat wajah mereka sangat menderita saat melakukannya. Apalagi bau busuk yang keluar semakin kuat. Bahkan mereka sampai memakai masker ganda demi menghalau bau yang keluar dari kewanitaanku.Dokter spesialis kulit dan kelamin pun datang. Berbagai macam pertanyaan ia lontarkan padaku. Apa aku selama ini melakukan seks bebas? Apa aku pernah berhubungan dengan pengidap PMS? A

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 53

    Part 53Baru saja berjalan sekitar setengah jam, tiba-tiba ponsel Mas Beni berdering. Ia langsung membeliak begitu melihat sang penelpon yang tak lain adalah Vivi. Dengan media video callku pula. Matilah aku!"Gimana ini, Mas?" Tanyaku panik pada Mas Beni yang juga terlihat bingung sambil memandang layar ponsel."Emm ... Kamu keluar dulu bisa, Mi? Sembunyi agak jauh dari mobil," titah Mas Beni membuat hatiku dongkol.Aku berdecak kesal."Kenapa gak dimatikan saja sih, Mas? Ganggu saja!" Keluhku kesal."Gak bisa, Mi. Mas udah janji sama Vivi, bakal sering-sering hubungi dia, karena itu jugalah Vivi mengizinkan Mas pergi," ujar Mas Beni dengan raut wajah memelas.Aku memanyunkan bibir lalu keluar dari mobil sesuai perintah Mas Beni. Baru saja bertemu, sudah ada gangguan. Bagaimana lagi ke depannya? Masa iya sedang sibuk bermesraan nanti pun bakal terganggu dengan Vivi. Huh! Ingin kusantet saja rasanya wanita itu.

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 52

    Part 52Vivi terus mendekat ke arah kami. Dan begitu sampai di hadapanku ....Plaaak!Belum sempat aku berucap apa-apa, telapak tangan Vivi sudah mendarat di pipiku, meninggalkan rasa panas yang menjalar di sana."Dasar perempuan tak tau malu! Masih ada nyali kau datang ke sini, hah?" Hardiknya dengan mata melotot seperti akan copot dari rongganya."Aku kemari bukan untuk bertemu denganmu!" Tandasku tak mau kalah. Jelas aku tak akan pernah mau mengalah jika itu dengan rival."Terus mau ketemu dengan Mas Beni?! Jangan mimpi!" Ucap Vivi sengit dibarengi oleh tarikan tangannya pada rambutku.Aku langsung meringis menahan perih pada kulit kepala. Ternyata Vivi tak bisa diajak bicara baik-baik. Aku yang tak mau kalah darinya langsung membalas menarik surai pirang panjang miliknya. Kami pun saling jambak-jambakan satu sama lain, diiringi dengan berbagai macam sumpah serapah dan makian dari Vivi.Kericuhan ka

  • Istri Pelit Bin Medit   Part 51

    Part 51"Tolong, berhenti ... Jangaaan ... Aku betul-betul tak bersalah," rintihku dengan air mata yang mulai menitik, merasa benar-benar terdzolimi dengan perbuatan mereka.Namun bukannya iba dengan keadaanku, mereka malah makin beringas ingin melucuti pakaianku.Saat baju atasanku hampir terlepas sempurna, barulah terdengar suara seseorang membelaku."Hei! Sudah-sudah! Jangan main seperti ini. Matikan kameranya. Jangan asal viral-viralkan!" Terdengar suara seseorang yang amat sangat kukenal. Suara Heni."Halah! Kamu bela karena kamu temannya, kan?" Terdengar sahutan salah satu penghuni kost.Heni berdecak kesal, lalu beralih menatap Bu Diah."Bu, emang ibu mau kalau suami Ibu viral? Ibu udah siap mental belum, kalau dijulidin orang? Terus, apa ibu mau kalau kost ini jadi sepi karena para orang tua tak mempercayakan lagi anaknya ngekost di sini?" Sepertinya perkataan Heni kali ini berhasil meluluhkan mereka, terbukti me

DMCA.com Protection Status