Bang Parlin justru angkat bahu, lalu kembali melihat ke jalanan. Sementara HP masih di tanganku dalam posisi masih tersambung dengan Bu Dewan."Bang, ini ada yang mau pinjam Abang?" kataku sambil menyodorkan HP padanya. "Kok bilangnya minjam ya?" Bang Parlin justru bertanya, dia belum terima HP itu, atau dia tidak tahu masih terhubung."Mana kutahu, Bang, kalian kan penuh dengan perumpamaan," kataku lagi."Iya, Dek, tapi minjam suami? kok rasanya tidak enak ya, aku merasa seperti mobil yang dipinjamkan saja," kata Bang Parlin."Mana tau Abang memang dianggap mobil," kataku kemudian."Ah, tidak, Dek, hubungi balik, bilang gini, suamiku bukan barang yang bisa dipinjam," kata Bang Parlin."Oh, gitu, ibu sudah dengar sendiri, kan? suamiku bukan barang," kataku kemudian."Oh, ya, maaf ya, jika kalimat saya kurang sopan, tapi tolong, aku butuh keahlian Bang Parlin," katanya lagi dari seberang."Jika butuh ahli didatangi, Bu, bukan dipinjam, sudah dulu ya, Bu," kataku seraya mematikan pangg
Terakhir Diperbarui : 2022-12-29 Baca selengkapnya