Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Bab 261 - Bab 270

Semua Bab Suamiku Jadul: Bab 261 - Bab 270

528 Bab

Jurus Bang Parlin

Inikah yang membuat ibu dewan tidak sembuh juga? Atau jangan-jangan Bang Parlin punya hubungan khusus dengan Bu Dewan ini? Berbagai macam pertanyaan dalam benakku, yang membuatku jadi semakin kepo. Akhirnya kucoba balas pesan tersebut. Sampai lama aku memikirkan balasannya biar sesuai dengan gaya mereka.(Kenapa ayam tak bisa dikunyah? Masih ompong kah macan, atau perut tak bisa menerima?) Balasku kemudian.(Perut sudah bisa menerima, tapi sakit ini haruslah berlama-lama, aku takut dimakan buaya) balasnya lagi.Sampai lima belas meniti aku memikirkan apa arti chat,-nya barusan. Akan tetapi aku tak tahu juga. Akhirnya ku- screenshot dan kirim ke Butet, anak gadisku itu pintar, dia pasti tahu.(Artikan, Tet,) pesanku kemudian.(Gitu aja mamak gak tau, perut sudah bisa menerima, artinya perutnya sudah sembuh , sakit ini haruslah berlama-lama, artinya pura-pura sakit, takut dimakan buaya, takut ditangkap polisi,,) begitu pesan Butet. Kenapa lah otakku tidak sampai ke sana, kenapa pula
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya

Canda Bang Parlin

Setelah semua tanda tangan, Bu Notaris itu akhirnya melanjutkan perjalanan menuju pantai barat. Tinggal Wak Haji yang terbengong-bengong. Niatnya benar-benar kandas. Entah kenapa aku senang, ya, Allah, apakah senang melihat orang susah itu sudah menjangkitiku.Aku malah tertawa saat spanduk yang dipasang Wak Haji diganti. Sekarang tulisannya sudah begini :"Tanah Wakaf pekuburan muslim Haji Syaifuddin Lubis," Wak haji sepertinya tidak rela, tanahnya jadi pekuburan. Dia masih berusaha mempengaruhi warga supaya dibatalkan jadi pekuburan. Akan tetapi semua warga tetap lebih setuju tanah itu jadi kuburan'. Kuburan di desa kami memang kondisinya sudah sempit sekali, konon tanah wakaf itu sudah ada sejak jaman dahulu. Wak Haji akhirnya resmi pindah ke desa lain, masih satu kecamatan. Dia pindahkan hartanya semua ke desa itu. Akan tetapi Wak Haji masih sering datang ke desa kami, seperti sore itu, dia datang ke rumah, saat itu Bang Parlin juga sedang di rumah. Wak Haji' datang bersama a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya

Pinjam Suami

Malam itu aku sendiri di kamar, ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Aku benar-benar kesal pada Bang Parlin. Masa aku diumpamakan seperti bis pariwisata? Masih kesal juga tentang dia ternyata chat dengan ibu dewan tersebut. Chat mereka menurutku aneh. Sampai tengah malam, tak kudengar juga suara dengkuran Bang Parlin, biasanya suara dengkurannya keras. Bisa terdengar sampai ke ruang tengah, mana Bang Parlin?Coba kuintip dari lubang kunci, tidak ada dia di ruang tengah? Aku justru jadi gelisah sendiri, ke mana Bang Parlin?Tok,tok,tok!Terdengar ketukan di pintu."Tidur di luar!" kataku kemudian."Ini aku Ucok, Mak," Ya, ampun, anakku jadi tahu pertengkaran kami. Segera kubuka pintu. "Mana ayahmu, Cok?" tanyaku kemudian."Itu, di ruang salat," jawab Ucok."Waduh, siapa pula yang mau sakit perut dibikin ayahmu ini?" "Ihs, mamak souzon mulu, berzikir itu bukan berarti buat orang sakit' perut," katanya Ucok."Iya, juga ya," "Mamak sama ayah bertengkar ya?" tanya Ucok lagi. Aku j
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-29
Baca selengkapnya

Bang Parlin Kalah Debat

Bang Parlin justru angkat bahu, lalu kembali melihat ke jalanan. Sementara HP masih di tanganku dalam posisi masih tersambung dengan Bu Dewan."Bang, ini ada yang mau pinjam Abang?" kataku sambil menyodorkan HP padanya. "Kok bilangnya minjam ya?" Bang Parlin justru bertanya, dia belum terima HP itu, atau dia tidak tahu masih terhubung."Mana kutahu, Bang, kalian kan penuh dengan perumpamaan," kataku lagi."Iya, Dek, tapi minjam suami? kok rasanya tidak enak ya, aku merasa seperti mobil yang dipinjamkan saja," kata Bang Parlin."Mana tau Abang memang dianggap mobil," kataku kemudian."Ah, tidak, Dek, hubungi balik, bilang gini, suamiku bukan barang yang bisa dipinjam," kata Bang Parlin."Oh, gitu, ibu sudah dengar sendiri, kan? suamiku bukan barang," kataku kemudian."Oh, ya, maaf ya, jika kalimat saya kurang sopan, tapi tolong, aku butuh keahlian Bang Parlin," katanya lagi dari seberang."Jika butuh ahli didatangi, Bu, bukan dipinjam, sudah dulu ya, Bu," kataku seraya mematikan pangg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-29
Baca selengkapnya

Merpati Terikat

Akhirnya kami setujui saja Butet lompat kelas, kami tandatangani surat persetujuan. Anehnya sekolah itu justru buat Butet yang lompat kelas itu jadi semacam iklan. Aku tahu karena melihat bannar di gerbang sekolah. Ada foto Butet serta tulisan."Prestasi Anda kebanggaan kami, Naduma Sari Siregar berhasil lompat kelas" begitu tulisan di banner tersebut."Butet, kau jadi bintang iklan," kataku saat kami keluar dari gedung sekolah tersebut. "Wah, musti minta royalti ini, mereka pasang ini tidak minta izin dulu," kata Butet. Ini memang sepertinya berlebihan, baru hari ini minta persetujuan kami, tapi sudah ada bannernya. tadi saat kamu masuk, banner itu belum ada. Berarti sudah dipersiapkan oleh sekolah itu.Biasanya Butet hanya kami jemput sekali dua bulan, libur Sabtu Minggu Butet tetap di asrama, katanya banyak kegiatan lain. Tapi belakangan ini, ada saja alasan untuk kami menjemput."Kita langsung pulang ini atau ada keperluan lain?" tanya Bang Parlin saat kami sudah naik mobil. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-29
Baca selengkapnya

Rasional dan Nasional

Suaraku yang keras ternyata bisa membuat Bang Parlin dan Bu Dewan terkejut juga. Bu dewan itu tampak berusaha memperbaiki letak duduknya. Bang Parlin melihatku, mungkin dia tidak menyangka aku bisa membentak anggota dewan. "Baiklah, kita bicara di sini saja, mohon izin Bu Nia, jangan terkejut, kata Bu Dewan."Ya, silakan, silakan," "Bang Parlin, aku sudah merasakan hukuman akibat kejahatanku, dua hari dua malam aku menderita." kata Bu Dewan."Hmm, terus," aku yang berkata."Jadi gini, Bang Parlin, jika ini sampai menyebar ke publik, partai kita akan hancur, Pemilu tahun depan bisa-bisa kita tak dapat kursi lagi," kata Bu Dewan."Ya, terus,""Jadi, saya minta pada Bang Parlin, buat dulu semuanya sakit perut orang yang menzalimiku, jangan sampai aku dikorbankan, kalau aku yang dikorbankan, aku janji akan bicara ke publik, bila jatuh ya hancur sekalian, tapi bila aku tetap anggota dewan, aku janji akan membawa partai kita lima besar pada pemilu tahun depan," kata Bu Dewan lagi."Maksud
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-29
Baca selengkapnya

Bika Ambon

Bang Parlin putar arah, dia melaju dengan kecepatan tinggi. Selama disupiri Bang Parlin, baru kali ini kulihat dia mengemudi dengan kecepatan tinggi begini "Hati-hati, Bang, gak usah terlalu buru-buru, ajal itu di tangan Tuhan," kataku kemudian."Ini soal menyelamatkan nyawa manusia, Dek," kata Bang Parlin. Dia menurut juga, laju mobil melambat."Sampai segitunya menyelamatkan orang jahat," kataku lagi."Dek, adanSalsabila lo di situ, dia masih remaja, Bu Dewan bunuh diri terserah dia, tapi Salsabila," kata Bang Parlin."Iya, Bang, iya," "Telepon dulu Bu Dewan? kata Bang Parlin seraya menyerahkan HP-nya.Aku terima hp tersebut, lalu mencari nomor Bu Dewan dan coba menelepon lewat wa. Akan tetapi memanggil terus."Gak aktif, Bang," kataku kemudian."Telepon dulu Raja," perintah Bang Parlin lagi.Segera kutelepon Raja, syukurlah tersambung juga."Raja, kami punya feeling, Bu Dewan, akan bunuh diri bersama anaknya, tolong ke sana sekarang juga, dia hanya berdua di rumahnya, tidak ada A
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-29
Baca selengkapnya

Butet Pengacara Cilik

Entah kenapa dengan hidup kami, kami bermasalah bukan karena berulah, akan tetap karena peduli masalah orang. Kini kami harus ke ibukota lagi. Kata polisi hanya dimintai keterangan, padahal itu kata halus diperiksa. Kami pasti dicurigai.Libur akhir pekan yang seharusnya istirahat, kini kami harus ke kota lagi. Ucok juga ikut, biarpun dia tidak ikut dan tidak tahu menahu. Dia tetap mau ikut.Akan tetapi ketika mau dimasukkan ke mobil polisi, Bang Parlin dengan tegaa menolak."Kami naik mobil sendiri," kata Bang Parlin."Sebaiknya naik mobil ini saja, Pak, kami datang dengan baik-baik karena sangat menghargai bapak," kata polisi itu."Ini penangkapan, Pak?" tanya Butet."Bukan, hanya menjemput saksi," jawab polisi tersebut."Apakah saksi harus ikut mobil polisi, Pak, kalau kami bukan tersangka, tidak usah maksa-maksa, kami datang dengan sukarela, kami tidak mau naik mobil patroli polisi itu," kata Butet."Oh, baiklah," jawab polisi itu akhirnya.Ketika kami sudah berangkat, malah dikaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Malaikat Pencatat Kebaikan

Polisi itu tampak melongo mendengar perkataan Butet, polisi yang berdiri sampai geleng-geleng kepala."Tolong jangan berbelit-belit, baiklah, sayar tulis feeling saja, sekarang pertanyaan lain. Pada pukul 14 WIB, kalian masuk ke komplek, ada bukti tanda tangan di pos sekuriti, pertanyaan saya, kalian datang ke sana dalam rangka apa?" kata Polisi itu lagi."Diundang, Pak," jawab Butet."Siapa yang undang?" "Salsabila, dia temanku, jika bapak minta bukti surat undangan, tentu tidak ada, ini hanya undangan bertamu," kata Butet lagi. Polisi itu malah tertawa."Terus pukul lima belas lewat tiga puluh menit, kalian keluar dari rumah tersebut, ada bukti video cctv di pos sekuriti, pertanyaan saya, apa yang kalian lakukan di rumah itu selama satu setengah jam?" tanya polisi itu lagi."Bertemu teman, Pak, ngerti lah bapak jika anak gadis bertemu temannya, bahas cowok, bahas oppa Korea segala macam," kata Butet.Akhirnya Butet yang jadi juru bicara kami."Terus, Pak Parlin sama Bu Nia melaku
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Poligami Itu Takdir?

Kami sampai di rumah saat menjelang Magrib, kemudian masing-masing sibuk mandi, Ucok dan ayahnya ke mesjid untuk salat berjamaah, aku dan Butet salat di rumah. Selesai salat perut sudah lapar, karena hari ini tidak masak, tidak ada makanan. "Mak, kita masak Indomie goreng, yuk," kata Butet.Aku justru teringat mie goreng beracun Bu Dewan itu. Baru saja bahas itu seharian, sudah minta mie goreng pula si Butet ini."Telur dadar aja, Tet, mamak trauma mie goreng," kataku kemudian."Hahaha, mamak ada-ada saja," "Betul, Tet, baru saja kejadian begitu, sudah mau masak lagi," kataku lagi.Kami lagi membahas makan apa, Bang Parlin dan Ucok pulang dari masjid. "Bang kita makan apa?" tanyaku kemudian."Makan nasilah, Dek," jawab Bang Parlin."Maksudnya lauknya apa, Bang? gak masak hari ini," kataku lagi."Kita makan bakso, yuk," ajak Ucok.Kulihat Bang Parlin, dia orang yang tidak mau makan bakso atau mie ayam, entah kenapa dari dulu Bang Parlin tidak mau makan Bakso."Di dekat sekolah Ucok
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
53
DMCA.com Protection Status