Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Rasional dan Nasional

Share

Rasional dan Nasional

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suaraku yang keras ternyata bisa membuat Bang Parlin dan Bu Dewan terkejut juga. Bu dewan itu tampak berusaha memperbaiki letak duduknya. Bang Parlin melihatku, mungkin dia tidak menyangka aku bisa membentak anggota dewan.

"Baiklah, kita bicara di sini saja, mohon izin Bu Nia, jangan terkejut, kata Bu Dewan.

"Ya, silakan, silakan,"

"Bang Parlin, aku sudah merasakan hukuman akibat kejahatanku, dua hari dua malam aku menderita." kata Bu Dewan.

"Hmm, terus," aku yang berkata.

"Jadi gini, Bang Parlin, jika ini sampai menyebar ke publik, partai kita akan hancur, Pemilu tahun depan bisa-bisa kita tak dapat kursi lagi," kata Bu Dewan.

"Ya, terus,"

"Jadi, saya minta pada Bang Parlin, buat dulu semuanya sakit perut orang yang menzalimiku, jangan sampai aku dikorbankan, kalau aku yang dikorbankan, aku janji akan bicara ke publik, bila jatuh ya hancur sekalian, tapi bila aku tetap anggota dewan, aku janji akan membawa partai kita lima besar pada pemilu tahun depan," kata Bu Dewan lagi.

"Maksud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (42)
goodnovel comment avatar
Mrs.Zee
udah parah itu si buk dewan
goodnovel comment avatar
Ansyahri Romadhon
Tetap berbuat baik pak parlin,, tuhan akan membalas semua kebaikan anda.,menurut saya keluarga besar anda mendukung, tidak seperti keluarga pak dokter yang anda kagumi.
goodnovel comment avatar
Bintang Kejora
sedikit info, ketika pertama kali cerita ini dikontrak pH, saya pernah minta pemainnya Rafii dan gigi, gambaran saya Nia itu seperti Gigi, gemuk tapi sexi. produser langsung angkat tangan menyerah. Gak sanggup kita membayarnya itu. gitu katanya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Bika Ambon

    Bang Parlin putar arah, dia melaju dengan kecepatan tinggi. Selama disupiri Bang Parlin, baru kali ini kulihat dia mengemudi dengan kecepatan tinggi begini "Hati-hati, Bang, gak usah terlalu buru-buru, ajal itu di tangan Tuhan," kataku kemudian."Ini soal menyelamatkan nyawa manusia, Dek," kata Bang Parlin. Dia menurut juga, laju mobil melambat."Sampai segitunya menyelamatkan orang jahat," kataku lagi."Dek, adanSalsabila lo di situ, dia masih remaja, Bu Dewan bunuh diri terserah dia, tapi Salsabila," kata Bang Parlin."Iya, Bang, iya," "Telepon dulu Bu Dewan? kata Bang Parlin seraya menyerahkan HP-nya.Aku terima hp tersebut, lalu mencari nomor Bu Dewan dan coba menelepon lewat wa. Akan tetapi memanggil terus."Gak aktif, Bang," kataku kemudian."Telepon dulu Raja," perintah Bang Parlin lagi.Segera kutelepon Raja, syukurlah tersambung juga."Raja, kami punya feeling, Bu Dewan, akan bunuh diri bersama anaknya, tolong ke sana sekarang juga, dia hanya berdua di rumahnya, tidak ada A

  • Suamiku Jadul   Butet Pengacara Cilik

    Entah kenapa dengan hidup kami, kami bermasalah bukan karena berulah, akan tetap karena peduli masalah orang. Kini kami harus ke ibukota lagi. Kata polisi hanya dimintai keterangan, padahal itu kata halus diperiksa. Kami pasti dicurigai.Libur akhir pekan yang seharusnya istirahat, kini kami harus ke kota lagi. Ucok juga ikut, biarpun dia tidak ikut dan tidak tahu menahu. Dia tetap mau ikut.Akan tetapi ketika mau dimasukkan ke mobil polisi, Bang Parlin dengan tegaa menolak."Kami naik mobil sendiri," kata Bang Parlin."Sebaiknya naik mobil ini saja, Pak, kami datang dengan baik-baik karena sangat menghargai bapak," kata polisi itu."Ini penangkapan, Pak?" tanya Butet."Bukan, hanya menjemput saksi," jawab polisi tersebut."Apakah saksi harus ikut mobil polisi, Pak, kalau kami bukan tersangka, tidak usah maksa-maksa, kami datang dengan sukarela, kami tidak mau naik mobil patroli polisi itu," kata Butet."Oh, baiklah," jawab polisi itu akhirnya.Ketika kami sudah berangkat, malah dikaw

  • Suamiku Jadul   Malaikat Pencatat Kebaikan

    Polisi itu tampak melongo mendengar perkataan Butet, polisi yang berdiri sampai geleng-geleng kepala."Tolong jangan berbelit-belit, baiklah, sayar tulis feeling saja, sekarang pertanyaan lain. Pada pukul 14 WIB, kalian masuk ke komplek, ada bukti tanda tangan di pos sekuriti, pertanyaan saya, kalian datang ke sana dalam rangka apa?" kata Polisi itu lagi."Diundang, Pak," jawab Butet."Siapa yang undang?" "Salsabila, dia temanku, jika bapak minta bukti surat undangan, tentu tidak ada, ini hanya undangan bertamu," kata Butet lagi. Polisi itu malah tertawa."Terus pukul lima belas lewat tiga puluh menit, kalian keluar dari rumah tersebut, ada bukti video cctv di pos sekuriti, pertanyaan saya, apa yang kalian lakukan di rumah itu selama satu setengah jam?" tanya polisi itu lagi."Bertemu teman, Pak, ngerti lah bapak jika anak gadis bertemu temannya, bahas cowok, bahas oppa Korea segala macam," kata Butet.Akhirnya Butet yang jadi juru bicara kami."Terus, Pak Parlin sama Bu Nia melaku

  • Suamiku Jadul   Poligami Itu Takdir?

    Kami sampai di rumah saat menjelang Magrib, kemudian masing-masing sibuk mandi, Ucok dan ayahnya ke mesjid untuk salat berjamaah, aku dan Butet salat di rumah. Selesai salat perut sudah lapar, karena hari ini tidak masak, tidak ada makanan. "Mak, kita masak Indomie goreng, yuk," kata Butet.Aku justru teringat mie goreng beracun Bu Dewan itu. Baru saja bahas itu seharian, sudah minta mie goreng pula si Butet ini."Telur dadar aja, Tet, mamak trauma mie goreng," kataku kemudian."Hahaha, mamak ada-ada saja," "Betul, Tet, baru saja kejadian begitu, sudah mau masak lagi," kataku lagi.Kami lagi membahas makan apa, Bang Parlin dan Ucok pulang dari masjid. "Bang kita makan apa?" tanyaku kemudian."Makan nasilah, Dek," jawab Bang Parlin."Maksudnya lauknya apa, Bang? gak masak hari ini," kataku lagi."Kita makan bakso, yuk," ajak Ucok.Kulihat Bang Parlin, dia orang yang tidak mau makan bakso atau mie ayam, entah kenapa dari dulu Bang Parlin tidak mau makan Bakso."Di dekat sekolah Ucok

  • Suamiku Jadul   Bang Parlin Gila Hormat?

    "Kapan pula Abang selingkuh, ada-ada saja kamu, Dek?" kata Bang Parlin."Selingkuh hati, Bang," jawabku."Ya, Allah, masih itu saja cerita, mulai dari jaman HP masih Nokia sampai Oppo, masih itu saja yang dibahas," kata Bang Parlin."Ada yang terbaru, Bang, di jaman Oppo ini," "Apa pula itu?""Ulurkan aku belalai, aku kadal yang terjebak di lumpur hisap," kataku seraya memonyongkan bibir."Hahaha, berpandangan itu jangan ke belakang, Dek, tatap ke depan, apa yang harus kita lakukan ke depannya, bukan apa yang kulakukan dulu, apa visi misi keluarga kita ke depannya, bagaimana cara kita meredam Butet yang terlalu kritis, bagaimana cara kita memberikan pandangan pada Ucok yang masih labil," kata Bang Parlin."Tambahannya, Bang, bagaimana cara kita menghargai pasangan, bagaimana cara kita melupakan mantan," kataku lagi."Ah, kamu, Dek, kurang menghargai apa lagi aku, Dek? seluruh penghasilan kuberikan padamu. Aku tanya dulu kau, Dek, ada gak laki-laki kek Abang ini, panen sawit tiga pul

  • Suamiku Jadul   Bang Parlin Vs Butet

    PoV ParlinAku merasa makin tua justru makin banyak masalah. Kasihan istri, masalah justru selalu merembet padanya. Mulai dari masalah Bupati, masalah partai sampai masalah Wak Haji.Masalah Bu Dewan ini yang sangat membuat aku merasa bersalah. Istrinya bupati itu adalah anggota dewan binaanku dulu. Dulu saat aku mengundurkan diri dari ketua partai, dialah yang memintaku dengan khusus jadi dewan penasehat. Anggota khusus yang tidak perlu ikut rapat, tidak perlu ikut sosialisasi. Hanya memberikan nasehat-nasehat pada mereka yang jadi caleg.Aku masih ingat dulu cara ibu itu memintaku jadi penasehat."Aku ibarat sapi limousin betina, butuh panduan untuk dapat hidup di tengah sawit, Anda adalah gembala idaman setiap sapi," begitu dia kirim pesan' wa. Entah kenapa aku tertarik, bahasanya itu sangat kusuka, akhirnya aku aktif memberi masukan dan saran untuknya, sampai akhirnya dia jadi anggota dewan, suaminya menang pemilihan bupati. Aku ikut bangga.Mungkin karena jasaku itulah yang membu

  • Suamiku Jadul   Gembala Idaman

    PoV NiaHari itu aku dan Ucok menghabiskan waktu bersama. Kami mengobrol ke sana ke mari, tentang agama, tentang perempuan. Entah kenapa Ucok ini punya pilihan melihat cewek. Dia selalu melihat cewek itu harus kaya. Amanda yang putri pengusaha, baru Salsabila yang Putri Bupati. "Mak, di usia seperti aku ini dulu, apa mamak sudah punya pacar?" Pertanyaan Ucok membuatku terkejut juga.Ucok sudah enam belas tahun, di usia segitu dulu, aku sudah kelas dua SMA, tentu saja sudah punya pacar. Bahkan saat SMP aku sudah mulai mengenal cinta monyet. Akan tetapi aku malu untuk mengakui, khawatir jadi motivasi untuknya."Tidaklah, Cok, sampai tamat SMA baru pacaran," kataku berbohong."Mamak bohong, etek Ria bilang mantan mamak sampai sebelas orang," kata Ucok."Hehehe, ketahuan, betul, Cok, tapi itu tidak baik," kataku akhirnya."Mak, kapan kita jenguk Salsa," kata Ucok lagi."Udah, Cok, gak usah terlalu dipikiri itu,""Kenapa pilihanku selalu salah ya, Mak, padahal aku sudah pasang kriteria ti

  • Suamiku Jadul   Virus C-2

    Kubaca satu persatu chat dari anggota dewan tersebut, tidak ada memang kalimat yang menjurus ke mesra atau kata cinta. Semua isinya penuh perumpamaan yang kadang sulit dimengerti. Aku coba cari chat lain, Ya, Allah, ternyata banyak perempuan chat padanya. Aku coba baca satu chatting dari nomor tak disimpan. (Assalamualaikum, Bang Parlin, mohon maaf, bukan maksud mengadu-ngadu, tapi aku lihat Bu Kades bicara berduaan dengan orang Arab itu di kantor desa) begitu pesannya. Langsung kulihat foto profil pengirim pesan tersebut, tidak ada foto, tidak ada nama. Kulihat tanggalnya kira-kira delapan bulan yang lalu. Penasaran juga apa jawaban Bang Parlin.(Walaikum salam, itu sudah maksud mengadu ya, saya percaya istri saya, dan saya tidak percaya pada Anda)Begitu balasan Bang Parlin. Kenapa Bang Parlin tidak pernah tunjukkan chat begini padaku, aku coba mengingat-ingat. Memang pernah Hermansyah datang ke kantor desa. Kami bicara, kebetulan staf desa tidak ada di kantor. Ya, Allah, ternyata

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status