Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Bang Parlin Vs Butet

Share

Bang Parlin Vs Butet

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PoV Parlin

Aku merasa makin tua justru makin banyak masalah. Kasihan istri, masalah justru selalu merembet padanya. Mulai dari masalah Bupati, masalah partai sampai masalah Wak Haji.

Masalah Bu Dewan ini yang sangat membuat aku merasa bersalah. Istrinya bupati itu adalah anggota dewan binaanku dulu. Dulu saat aku mengundurkan diri dari ketua partai, dialah yang memintaku dengan khusus jadi dewan penasehat. Anggota khusus yang tidak perlu ikut rapat, tidak perlu ikut sosialisasi. Hanya memberikan nasehat-nasehat pada mereka yang jadi caleg.

Aku masih ingat dulu cara ibu itu memintaku jadi penasehat.

"Aku ibarat sapi limousin betina, butuh panduan untuk dapat hidup di tengah sawit, Anda adalah gembala idaman setiap sapi," begitu dia kirim pesan' wa. Entah kenapa aku tertarik, bahasanya itu sangat kusuka, akhirnya aku aktif memberi masukan dan saran untuknya, sampai akhirnya dia jadi anggota dewan, suaminya menang pemilihan bupati. Aku ikut bangga.

Mungkin karena jasaku itulah yang membu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (52)
goodnovel comment avatar
carsun18106
hahaha iya nia adaptasi sama kesukaan nya bang parlin
goodnovel comment avatar
sekai
keknya kita kudu suruh nia chat bang parlin aja pake puisi dan pantun at perumpamaan kalo mo ngobrol diskusi gituh... selain imej nia yg cerewet bs terkikis krn gosah ngomong cukup chat aja, c abang jg kan tertarik dan suka kan, kalo otaknya d pake, otaknya bekerja buat arti kan chat nia... hahaaaa
goodnovel comment avatar
sekai
ini keknya kita hrs hasut nia, dehh, buat tiap saat memuji bang parlin biar klepek", hrs terus manis" sama suami biar suaminya itu baper. kita komporin nia biar nia tampil beda makin cetar membahenol biar bang parlin tertarik dan mencair, bila perlu menguap at menyublim..... hahaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Gembala Idaman

    PoV NiaHari itu aku dan Ucok menghabiskan waktu bersama. Kami mengobrol ke sana ke mari, tentang agama, tentang perempuan. Entah kenapa Ucok ini punya pilihan melihat cewek. Dia selalu melihat cewek itu harus kaya. Amanda yang putri pengusaha, baru Salsabila yang Putri Bupati. "Mak, di usia seperti aku ini dulu, apa mamak sudah punya pacar?" Pertanyaan Ucok membuatku terkejut juga.Ucok sudah enam belas tahun, di usia segitu dulu, aku sudah kelas dua SMA, tentu saja sudah punya pacar. Bahkan saat SMP aku sudah mulai mengenal cinta monyet. Akan tetapi aku malu untuk mengakui, khawatir jadi motivasi untuknya."Tidaklah, Cok, sampai tamat SMA baru pacaran," kataku berbohong."Mamak bohong, etek Ria bilang mantan mamak sampai sebelas orang," kata Ucok."Hehehe, ketahuan, betul, Cok, tapi itu tidak baik," kataku akhirnya."Mak, kapan kita jenguk Salsa," kata Ucok lagi."Udah, Cok, gak usah terlalu dipikiri itu,""Kenapa pilihanku selalu salah ya, Mak, padahal aku sudah pasang kriteria ti

  • Suamiku Jadul   Virus C-2

    Kubaca satu persatu chat dari anggota dewan tersebut, tidak ada memang kalimat yang menjurus ke mesra atau kata cinta. Semua isinya penuh perumpamaan yang kadang sulit dimengerti. Aku coba cari chat lain, Ya, Allah, ternyata banyak perempuan chat padanya. Aku coba baca satu chatting dari nomor tak disimpan. (Assalamualaikum, Bang Parlin, mohon maaf, bukan maksud mengadu-ngadu, tapi aku lihat Bu Kades bicara berduaan dengan orang Arab itu di kantor desa) begitu pesannya. Langsung kulihat foto profil pengirim pesan tersebut, tidak ada foto, tidak ada nama. Kulihat tanggalnya kira-kira delapan bulan yang lalu. Penasaran juga apa jawaban Bang Parlin.(Walaikum salam, itu sudah maksud mengadu ya, saya percaya istri saya, dan saya tidak percaya pada Anda)Begitu balasan Bang Parlin. Kenapa Bang Parlin tidak pernah tunjukkan chat begini padaku, aku coba mengingat-ingat. Memang pernah Hermansyah datang ke kantor desa. Kami bicara, kebetulan staf desa tidak ada di kantor. Ya, Allah, ternyata

  • Suamiku Jadul   Bang Parlin Sudah Sombong

    Nomor WA itu tidak bisa dihubungi lagi, saat aku coba hubungi pakai nomorku tidak bisa lagi. Ini mungkin penipuan. Ya, Allah, uang itu setengah miliar lebih."Apa tadi nama travelnya?" tanyaku kemudian.Bang Parlin mengatakan, lalu aku ketik di pencarian google, tidak ada terdaftar. "Bang, kantornya di mana?" tanyaku kemudian."Itu, Dek, sehabis kota arah ke sini kan adar ruko baru dibangun," kata Bang Parlin."Ya, Allah, Abang sudah kena tipu, Bang," kataku kemudian."Waduh kok bisa ada orang menipu atas nama agama ya, ini yang paling kubenci." kata Bang Parlin."Abang yang salah, terlalu mudah percaya," kataku kemudian."Kok Abang pula yang salah, yang nipu siapa?" kata Bang Parlin."Iyalah, mudah sekali percaya, gak periksa dulu, main transfer saja," kataku kemudian."Itulah logika orang sekarang, yang tertipu yang disalahkan, misalnya motor itu di curi orang, bagaimana kalau adek yang disalahkan, kenapa tak dikunci ganda? Pencuri dibela," kata Bang Parlin."Iyalah, Bang, kan' k

  • Suamiku Jadul   Butterfly Effect

    Setengah milliar uang kami melayang, Bang Parlin tidak mau menggunakan ilmunya. Padahal mudah saja baginya jika memang dia mau. Aku coba mengingat ke belakang. Bang Parlin memang jarang memakai ilmunya jika soal uang. Pertama kali kulihat dia memakai ilmu tersebut saat rumah kami kemalingan. Ada kain adat pusaka warisan yang ikut hilang. Yang ternyata kemudian pelakunya adikku sendiri.Bahkan saat sapi kami seharga tiga ratus juta dilarikan orang, Bang Parlin tidak mempergunakan ilmunya. Akan tetapi aku tetap tidak rela uang setengah miliar itu melayang begitu saja."Bang, usaha dong, itu setengah milliar lo, Bang, panen satu tahun belum tentu terkumpul segitu," kataku lagi."Ini karena Abang juga, Dek, kalian benar, ini salah Abang," kata Bang Parlin."Udah, Bang, aku tarik ucapanku, ini salah mereka, mereka gunakan agama untuk cari uang, menipu atas nama agama," matayku kemudian."Gak bisa, Dek, Abang gak tega, karena kecerobohan sendiri orang lain jadi susah, Abang ceroboh," kata

  • Suamiku Jadul   Poligami Karena Takut Istri

    PoV ParlinSaat istri ajak untuk mengadu ke kantor polisi, aku tidak mau, karena sadar memang ini salahku yang terlalu mudah percaya. Yang telah bergeser niat. Nia malah pergi bersama Ucok, kata Nia, biarpun tak berharap kembali, akan tetapi untuk memberikan efek jera pada penipu tersebut.Selain karena memang dari dulu paling malas berurusan dengan polisi, aku juga ada kerjaan, yaitu membawa mobil ke bengkel. Mobil pengangkut sawit kami lagi bermasalah. Di daerah kami hanya ada satu bengkel mobil.Di bengkel aku bertemu Tugirin, teringat pesan istri mudanya. "Bang Haji, aku maunbicara ini," kataku ketika kami bertemu."Oh, ayo kita ngopi," jawab Tugirin. Kami pun pergi ke warung kopi yang tidak jauh dari bengkel tersebut."Ada apa ya, Bang Parlin, tumben, aku jadi degdegan ini," kata Tugurin setelah dia memesan kopi."Sebenarnya ini masalah pribadi, tidak ada hakku untuk mengurusi, tapi kemarin aku bertemu Bu Guru Agama, dia titip pesan, katanya dia tidak setuju Bang Haji nikah lagi

  • Suamiku Jadul   Uang Ujian

    PoV NiaNomor yang sudah memblokir tiba-tiba membuka blokiran kembali. Lalu menelepon Bang Parlin. Bang Parlin terlihat bingung, dia lalu memberikan HP tersebut padaku."Halo," sapaku mencoba ramah."Ini siapa?" tanyanya dari seberang."Lo, yang seharusnya bertanya itu saya, Anda siapa?" tanyaku kesal."Oh, saya perwakilan dari travel yang Anda ikut mendaftar untuk haji Furoda, kami akan kembalikan uang kalian," katanya kemudian."Kenapa dikembalikan?" tanyaku."Lihat berita, kami dituduh mau nipu, padahal pindah kantor," "Oh, di mana kantor kalian sekarang?""Untuk saat ini belum buka,""Katanya pindah?" "Iya, berencana pindah,""Berapa orang yang sakit perut di situ?," tanyaku akhirnya."Kok tau, jadi benar kalian tukang santet?" "Begini saja, datang baik-baik, kembalikan semua uang yang kalian tipu, atau temanmu itu semua tidak akan pernah sembuh," kataku kemudian."Datang ke mana?""Ke kantor polisi,""Aduh, tolonglah, jangan kantor polisi, kami kembalikan saja uang kalian,"

  • Suamiku Jadul   Bu Guru Agama Yang Lagi Merana

    Ucok belum pulang juga dari sekolah, padahal dia sangat diperlukan untuk memaafkan para penipu tersebut. Karena dia yang sudah membuat mereka sakit perut. Akhirnya kami menjemput Ucok. Saat tiba di gerbang sekolah, kami bertemu Tugirin. Dia berdiri di samping motor besarnya. Bang Parlin memarkirkan mobil, kami mendekati Tugirin."Mau jemput istri," katanya tanpa ditanya. Aku heran juga, bukankah tadi Bu guru itu bilang sudah diceraikan?"Katanya pulangnya agak lama, ada acara," kata Tugirin lagi tanpa kamu tanya."Bagaimana, Bang Haji? akur kan?" tanya Bang Parlin."Alhamdulillah, akur dan sehat," kata Tugirin.Aku makin heran, padahal baru tadi pagi istrinya bilang Tugirin ngamuk dan menceraikan dua isterinya. Ini malah akur? Ingin juga bertanya, akan tetapi aku khawatir dianggap kepo dengan rumah tangga orang, padahal memang iya."Mau ngajak istri ke kota, belanja," kata Tugirin lagi, padahal lagi-lagi kami tidak bertanya."Oh, istri yang mana kah, dua-duanya?" Akhirnya aku bertany

  • Suamiku Jadul   Niat Baik Tak Selalu Berujung Baik

    Saat tiba di ibukota kabupaten, kami langsung ke kantor polisi. Terus melapor supaya memanggil semua orang yang tertipu tersebut. Polisi malah terkejut."Maaf, Pak, Bu, ini tidak biasa, apakah pelaku penipuan itu saudaranya Anda?" tanya polisi itu."Oh, bukan, Pak, mereka cuma kembalikan pada kami, terus kami akan kembalikan pada korban lain, karena di kantor ini data yang ada, ya, kami ke mari," kata Bang Parlin."Kenapa saat pelaku penipuan mengembalikan uangnya tidak Anda tangkap, lalu antar ke kantor polisi, atau bisa juga hubungi polisi, biar kami jemput," kata polisi itu lagi."Udahlah, Pak, kalau tidak mau memanggil orangnya, sini datanya saja, biar kami antar sendiri," kataku kesal."Bukan begitu, Bu, ini sudah masuk pengaduan, jika memang harus berdamai, pelaku harus hadir di sini, bukan dikembalikan begitu saja," kata polisi tersebut."Kok rumit kali, Pak, kami hanya mau kembalikan uang orang yang ditipu?" kataku lagi."Harus sesuai prosedur, Bu, berdamai di luar boleh saja,

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status