Dia harus menggantikan kakak kembarnya menjadi istri dari seorang pria paling berpengaruh di kota itu. Sang kakak yang kabur dan meninggalkan suami dan anaknya, membuat dia terjerat dalam cinta dan balas dendam sang kakak ipar. Zea Ananda Mikola, wanita berusia 25 tahun seorang dokter spesialis anak. Kesalahan sang kakak harus ditanggung oleh Zea demi menyelamatkan sang ayah dari pria kejam bernama Zayyan Kennedy Leigh. "Kak Zeva sudah kembali, Tuan. Sekarang kau bisa melepaskan aku." Zea Ananda Mikola. "Kau tidak akan bisa pergi dariku. Mulai sekarang kau adalah milikku." Zayyan Kennedy Leigh.
View More"Kenapa harus aku, Ayah?" protes seorang wanita berjas warna putih khas seorang dokter.
"Zea, Ayah mohon. Tolong gantikan kakakmu untuk sementara waktu. Dia kabur dari rumah suaminya, Ar terus mencari ibunya," pinta seorang pria paruh baya pada anak perempuannya itu."Tidak bisa, Ayah. Aku tidak akan bisa seperti Kak Zeva. Bagaimana kalau kak Zayyan tahu Ayah membohonginya, aku atau pun Ayah kita akan sama-sama dalam bahaya," ucap sang anak."Kau bisa, Zea. Hanya kau yang bisa menyelamatkan Ayah." Pria tersebut masih memohon agar anaknya mau mengikuti apa yang dia katakan.Sang anak menghela napas panjang dan menatap ayahnya dengan kasihan."Haruskah aku menggantikan kakak, Yah? Lalu bagaimana dengan pekerjaanku?" Dia menatap ayahnya dengan sendu."Untuk sementara kau harus meninggalkan pekerjaanmu dulu, Zea. Sampai kakakmu kembali."Zea Ananda Mikola wanita berusia 25 tahun. Dia salah satu tenaga medis kedokteran spesialis anak di salah satu rumah sakit negeri di Ibukota. Memiliki wajah cantik dan rupawan membuat dia menjadi salah satu sosok yang banyak dikagumi oleh kaum adam. Namun, hingga kini Zea masih saja betah dalam kesendirian.Zea kembali menatap sang ayah yang sudah berlutut di depan kakinya."Kalau sampai kak Zayyan tahu jika kakakmu kabur. Dia pasti akan membunuh ayah," ucapnya.Zea tersenyum lalu mengangkat tubuh Miko agar berdiri kembali. Bagaimanapun, dia adalah seorang anak yang tidak akan tega jika ayahnya diperlakukan kasar oleh orang lain."Baiklah, Ayah. Aku akan menggantikan kakak," ucapnya mengalah."Terima kasih, Zea." Pria paruh baya itu memeluk anak bungsunya. "Maafkan Ayah yang harus mengorbankan mu. Ayah berjanji setelah Zevanya kembali, kau akan terbebas dari semua ini."Zea mengusap punggung sang ayah. Dia tidak begitu tahu apa penyebab sang kakak meninggalkan suami dan anaknya. Ke mana kakaknya itu pergi? Apa dia tidak kasihan pada anak kecil yang merenggek mencari dirinya? Atau memang ada hal lain yang sebenarnya terjadi?"Sudahlah, Ayah. Jangan berkata seperti itu, aku adalah anak Ayah. Sudah sepatutnya aku membantumu," ucap Zea melepaskan pelukan Miko.Miko mengangguk dan menyeka air matanya. Sebenarnya dia tidak tega mengorbankan Zea . Namun, tak ada cara lain lagi karena jika sampai sang menantu tahu jika anaknya Zevanya menghilang, pastilah dirinya akan dihabisi oleh pria yang tak memiliki perasaan itu."Iya sudah, sekarang siapkan barang-barangmu. Ayah akan mengantarmu ke mansion tuan Zayyan," ucap Miko."Iya, Ayah."Zea masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu baru saja pulang dari rumah sakit. Wajahnya terlihat lelah karena banyak menanggani pasien hari ini."Kenapa nasibku jadi begini? Kak Zeva ke mana sih?" Dia menggerutu kesal sambil memasukan pakaiannya ke dalam koper.Zea duduk di bibir ranjang dan menatap sebuah figura yang terletak di atas nakas. Dia rengkuh benda yang sudah hampir usang tersebut, perlahan air mata bergulir dan jatuh menggelinding dari kelopak mata indahnya."Bu, aku berjanji akan membahagiakan ayah dan kakak. Apapun akan aku lakukan untuk mereka," ucapnya terdengar lirih dan menyayat hati.Tak mau lama-lama meratapi kesedihan. Zea keluar dari kamar sambil menyeret kopernya. Setelah sang kakak menikah dengan pria ternama di Ibukota. Dia hanya tinggal bersama sang ayah dan menjaga lelaki paruh baya itu sepenuh hati. Miko memiliki hutang ratusan juta sehingga mengharuskan dia menyerahkan anaknya — Zevanya menjadi penebus dari hutang itu. Sekarang, Zea lah yang akan kembali berjuang demi menyelamatkan ayahnya."Apa kau sudah siap?" tanya Miko."Sudah, Ayah," jawab Zea."Ayo!"Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Lalu meninggalkan rumah mewah itu dan menuju mansion yang akan menjadi tempat tinggal Zea sampai kakaknya kembali."Zea, kau harus seperti kakakmu. Jangan sampai tuan Zayyan curiga jika kau bukan Zeva," ucap Miko mengingatkan."Tapi, Ayah..." Zea menarik napas dalam. "Bagaimana caranya aku meniru sifat kakak?"Zevanya dan Zea dua wanita kembar identik. Terlahir dengan wajah serupa dan suara yang mirip serta seluruh anggota tubuh yang tak dapat dibedakan. Walaupun terlahir dari rahim yang sama, akan tetapi sifat keduanya sungguh bertolak belakang. Zevanya seorang wanita sosialita yang berprofesi sebagai model papan atas. Dia terbiasa dengan kehidupan yang glamour dan mewah. Itulah sebabnya dia menerima lamaran Zayyan karena dia tidak akan bisa hidup tanpa uang dan harta. Sementara Zea, gadis polos dan lugu. Sejak kecil dia sudah terdidik dan dididik mandiri oleh sang ayah. Ia memiliki segudang prestasi hingga bisa masuk fakultas kedokteran dengan beasiswa penuh. Oleh sebab itu, Zea sangat menyayangi ayahnya karena memang hanya sang ayah yang dia miliki di dunia ini.Mobil yang Miko kendarai sampai di sebuah mansion mewah. Keduanya keluar dari mobil, mata Zea berdecak kagum melihat bangunan mewah bak istana di depannya."Ayah, rumahnya besar sekali!" seru Zea.Seperti orang kampung wanita itu celingak-celinguk melihat fatamorgana tanaman bunga di depan pekarangan mansion mewah suami kakaknya."Zea, tolong jaga sikapmu!" bisik Miko."Eh iya, Ayah."Mereka berdua berjalan masuk. Kedatangan Miko dan Zea ternyata sudah disambut oleh para pelayan yang bertugas di sana.Di sana tampak lelaki tampan berdiri menatap ke arah dua manusia itu. Tangan terselip di saku celana kanan dan kirinya. Sorotan mata tajam dengan rahang yang keras, tak ada senyum dari bibirnya. Dia seperti jelmaan iblis yang siap menerkam mangsanya kapan saja."Selamat malam, Tuan Zayyan. Saya sudah berhasil membawa Zeva pulang," ucap Miko.Zea bergidik ngeri melihat tatapan kakak iparnya itu. Semoga saja Zayyan tidak sadar jika dirinya bukan Zevanya. Entah bagaimana nasibnya nanti hidup dengan pria seperti tembok itu?Zayyan menatap Zea dari ujung kaki sampai ujung rambut. Sudut bibir pria itu tertarik, tetapi tak ada yang menyadari."Kau sedang tidak menipuku 'kan, Tua Bangka?" tanya Zayyan dingin, tetapi tatapan matanya tertuju pada Zea.Zea terkejut mendengar pertanyaan lelaki itu pada ayahnya, sungguh tak ada sopannya sama sekali. Jika saja sang ayah tidak mengingatkannya tadi, sudah pasti dia akan melabrak lelaki itu."Saya tidak mengerti apa yang Anda ucapkan, Tuan," kilah Miko berusaha mengontrol kegugupannya."Baiklah, aku percaya padamu. Namun, kau harus ingat sekali saja kau menipuku. Kau akan tahu apa yang bisa aku lakukan padamu!" ancamnya.Miko membalas dengan anggukan. Keringat dingin mengucur di dahinya, dia melirik Zea sekilas berharap jika gadis itu bisa menyelamatkannya dengan menjadi Zevanya sampai anaknya itu kembali."Saya tidak akan berani menipu Anda, Tuan," sahut Miko."Bagus! Harusnya memang begitu karena kau tahu, aku bukan orang yang mudah ditipu. Aku jelas tahu mana yang asli dan mana yang palsu!" bisik Zayyan di telinga Miko.Bersambung ...Satu tahun kemudian ...Samuel, Josua, Niko dan juga Sean, keempat pria tampan dengan sejuta pesona itu keluar dari ruangan rias. Mereka memakai tuxedo dengan warna yang sama. Dilengkapi dasi kupu-kupu yang membuat tampilan mereka begitu memukau. Saat mereka berjalan ke arah karpet, merah jepretan kamera saling menggema dan bersahutan untuk memotret pria-pria tampan yang menyerupai dewa Yunani itu. Hari ini, Sean, Josua, Niko dan juga Samuel mengakhiri masa lajang mereka. Pria-pria matang yang berusia dewasa itu akhirnya memutuskan untuk berkeluarga, walau sebelumnya banyak pertimbangan. Namun, siapa sangka sekarang telah menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. "Ayah!" sapa si kembar melambaikan tangannya dari jarak jauh. Sean tersenyum melihat anak-anak Zea yang begitu antusias menyambut hari bahagianya. Sekarang, ia benar-benar sudah bisa melepaskan semua perasaan cintanya pada wanita yang pernah bersemayam begitu lama. Sean sudah menemukan wanita yang tepat untuk
"Kenapa lama sekali sih?" Samuel melirik arloji yang ada di tangannya. Menunggu adalah hal paling membosankan. Lelaki itu tampak gelisah, apalagi waktu terus berjalan. Dia bisa terlambat dan nanti akan diledek oleh Josua dan juga Niko. Malam ini, Josua dan Niko sengaja mengajak Samuel untuk bertemu di sebuah restoran membawa pasangan masing-masing. Jika Samuel belum juga menemukan calon pasangan hidupnya. Maka, Josua dan Niko akan mencarikan sendiri, calon yang tepat untuk sahabat mereka tersebut. Derap langkah kaki membuat Samuel mengangkat pandangannya. Seketika lelaki itu mematung bahkan tanpa sadar berdiri dari duduknya. Mulutnya terbuka lebar dan mengangga karena melihat perubahan yang begitu signifikan pada asisten sekaligus gadis berkacamata tebal yang selalu mengikuti perintahnya. "Sudah selesai, Tuan!" ujar salah satu pelayan butik. "Hem!" Samuel berdehem sambil memperbaiki dasinya yang setengah bergerak.Riri tersenyum kaku, jujur saja dia tak nyaman dengan dress ini.
Sean keluar dari ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul siang tengah hari. Waktunya ia makan siang. Langkah lelaki itu terhenti saat melihat Ema duduk di bangku tunggu depan ruangan ibunya. Bersama seorang pria berseragam polisi yang tidak lain adalah Bima. Entah, kenapa ia tidak suka melihat lelaki itu. "Itu kan 'pria kemarin? Apa itu kekasihnya?" ujar Sean, nada bicaranya tampak tak suka. Tidak mungkin dia menyukai Ema. Pertemuan mereka hanya kebetulan, bukan keinginan. Tampak Ema berbicara serius dengan Bima. Sesekali Bima mengusap punggung gadis itu untuk menyalurkan kekuatan padanya. Sean menghampiri mereka berdua. Ia sedikit penasaran, apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu. "Dokter Sean," sapa Ema sambil berdiri. Sean mengangguk. "Bagaimana keadaan Ibu?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Bima. Sean seperti sedang bermusuhan dengan orang yang baru saja ditemui dan kenal. Sementara Bima memperhatikan Sean dari ujung kaki sampai ujung rambut. Satu kata, Sean tidak hanya t
"Terima kasih, Dok." Ema melepaskan sealbeat di tubuhnya. "Aku ingin menjengguk ibumu juga." Tanpa menunggu jawaban dari Ema. Sean turun keluar duluan dari mobil. "Apa, Dok?" Ema ikut keluar dari mobil. "Tapi di ini sudah malam, Dok," sambungnya. "Memangnya kenapa kalau malam?" Sean menaikan kedua alisnya. "Apa Dokter tidak ingin istirahat?" tanya Ema mendesah pelan. "Ini rumah sakitku, aku bisa istirahat di ruanganku nanti!" jawab lelaki itu sombong, lalu dia berjalan duluan. Ema menghela napas panjang lalu mengikuti langkah kaki Sean. Sampai di depan ruangan sang ibu, Ema berhenti sejenak. Dia mengelus dadanya, seakan ada rasa sakit yang terasa mencengkeram di sana. "Ada apa?" tanya Sean heran. "Tidak apa-apa, Dok. Saya hanya sedang mengontrol emosi, supaya tidak terlihat sedih di depan ibu." Anak mana yang tidak akan sedih melihat wanita yang sudah melahirkannya terbaring lemah di atas ranjang. Sean manggut-manggut paham. Dia masih berdiri di belakang Ema yang hanya tingg
"Kau mengingatku, Niko?" Gadis itu tersenyum mengejek ke arah lekakis yang tampak syok melihat wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Niko terdengar begitu dingin. Gadis itu malah tersenyum santai, sembari mengigit apel di tangannya. Dia suka melihat wajah kesal dan marah Niko padanya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri pada diri gadis tersebut. "Kenapa kau menggagalkan pengiriman senjataku, Nara?" tanya Niko marah. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, Niko," ujar gadis bernama Nara itu. Rambut panjang yang sengaja dikuncir kuda. Matanya coklat dengan hidung mancung. Senyumnya manis, apalagi memakai pakaian ketat ala seorang bodyguard. "Maksudmu?" Gadis itu melempar ponselnya ke arah Niko. Lelaki tersebut mengambil ponsel itu dengan cepat. "Lihatlah!" Niko melihat video yang ada di layar ponsel milik Nara. Pupil matanya hampir saja keluar ketika melihat apa yang ada di sana. "Kau pikir pengiriman senjatamu aman? Untung saja tuan Zayyan segera m
Sean terdiam mendengar jawaban Ema. Entah, kenapa hatinya merasa tergerak mendengar penuturan gadis itu. "Anda ingin pesan apa, Dok?" tanya Ema lagi yang masih memegang kertas dan juga pulpen di tangannya.Sean terdiam sejenak, lalu dia menatap Ema. "Duduklah!" suruhnya. "Hah?!" "Duduklah!" titahnya lagi. Ema menurut dengan wajah polosnya. Sebenarnya dia bingung, kenapa Sean malah memintanya duduk? "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Ema tak nyaman. Sebab, para pelayan yang lain menatap ke arahnya. "Sudah makan?" Ema menggeleng karena memang dia belum makan. Setelah shif siang tadi. Dirinya langsung ke restoran hingga lupa makan malam. Sean lalu melambaikan tangannya pada salah satu waiters dan memesan makanan untuk mereka berdua. "Biar saya saja, Dok!" ujar Ema. "Jangan!" cegah Sean. "Duduklah, kita makan bersama," ucapnya. Walaupun dengan nada dingin, tetapi terdengar perhatian. "Tapi, Dok–""Menurutlah, Ema!" tekan Sean yang sedikit geram. Wanita di luar sana berlomb
"Melihat tuan Zavier dan nona Shania yang menikah, aku jadi ingin menikah," ujar Niko mendesah. "Memang punya calon?" Josua melirik sahabatnya. "Ada, banyak," jawab Niko penuh percaya diri. Jika dia mau banyak sekali wanita yang mengantri untuk menjadi istrinya. Namun, wanita-wanita itu hanya mengincar harta dan ketampanannya saja. Niko ingin menemukan wanita yang tulus mencintai dirinya, seperti Zea mencintai Zayyan contohnya. Sementara Samuel terdiam saja. Dia melihat betapa cantik dan bahagianya Shania duduk di pelaminan bersama lelaki terbaik pilihannya. Lagi-lagi, pria itu tersenyum kecut karena selalu gagal dalam hal percintaan. Padahal selain jatuh cinta pada Zea berkali-kali, ia juga menyukai Shania dan berharap wanita itu akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Namun, apalah daya jodoh memang tidak selalu bisa dipaksakan. "Hem!" Josua berdehem di dekat telinga Samuel. "Kenapa?" tanyanya. Walaupun sudah tahu, tetapi sengaja bertanya untuk sekedar basa-basi. "Tidak," kilah Sam
Shania menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis cantik berstatus model itu tampak tersenyum lebar, ketika gaun mewah tersebut melekat dengan sempurna di tubuh ramping dan juga mungilnya."Kak, apa aku sudah cantik?" tanyanya pada sang kakak yang sedari menunggunya. "Cantik!" balas Sean. "Apa kak Zavier akan terpesona padaku?" tanyanya lagi yang seolah belum puas. "Tidak," jawab Sean. Shania mendengkus kesal. Ia menatap kakaknya malas. "Kakak." "Sudahlah, jangan terlalu lama. Zavier sudah menunggu," ujar Sean terkekeh melihat wajah kesal adiknya. Lagian Shania terus bertanya, apa dia cantik? Apa Zavier akan terpesona padanya? Sean saja bosan dengan pertanyaan tersebut. "Ayo, Kak!" ajak Shania. "Tapi..." Gadis itu mendesah pelan. "Tapi, kenapa?" Sean menatap adiknya. Shania tersenyum kecut. Di hari bahagia harusnya dikelilingi oleh orang tua serta orang-orang yang menyayanginya. Namun, tidak dengan Shania sang ayah dan sang ibu bahkan tak meluangkan waktu sedikitpun untu
Zayyan bangun pagi sekali. Sementara Zea masih terlelap nyaman. Sejak hamil, wanita ini tak hanya manja tapi juga sedikit pemalas. "Sayang, bangun!" panggil Zayyan"Sudah siang ya, Kak?" Zea sontak duduk sembari mengucek matanya. Wanita itu masih berusaha mengumpulkan sejuta nyawanya yang terasa hilang ke alam mimpi. "Iya, Sayang. Ayo cuci muka dulu!" Zayyan menyimak selimut mereka. "Iya, Kak." "Kakak gendong, ya." Zayyan langsung mengangkat tubuh wanita itu. Usia kehamilan Zea sudah memasuki bulan keenam. Jadi masa mengidamnya pun sudah berkurang hanya manjanya masih kuat. "Kak, maaf merepotkan mu," ucap Zea tak enak hati. "Sama sekali tidak, Sayang. Aku ingin kau terus manja-manja padaku." Zayyan mencolek dagu istrinya dengan gemas. "Ehem, tidak mungkin aku manja terus, Kak. Sudah ayo cuci muka, kita harus siapkan sarapan untuk anak-anak," ajak Zea. Setelah mencuci muka dan gosok gigi kedua pasangan itu keluar dari kamar mandi. Seperti biasa aktivitas pagi adalah mengur
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments