Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Bab 281 - Bab 290

Semua Bab Suamiku Jadul: Bab 281 - Bab 290

528 Bab

Dendam Bu Guru

Maaf, Bang Parlin, saya tidak bilang ini salah Abang ya, saya justru berterima kasih, karena chat Bang Parlin saya bisa seperti ini," kata Merry. "Berterima kasih? Ya, Allah, kamu pikir ini prestasi, kamu pikir dapat jodoh bupati itu sebuah prestasi, ibarat kata kamu itu bahagia di atas penderitaan orang lain, lihat Bu Dewan jadi bunuh diri, lihat Salsabila jadi trauma," kata Bang Parlin. Dia masih terlihat marah.Suasana makan malam itu jadi canggung, entah kenapa Bang Parlin bisa marah seperti ini. Padahal Merry dan mantan bupati itu bukan menyalahkan Bang Parlin, mereka justru berterimakasih. "Itu yang kusuka dari Bang Parlin ini, berani bicara, tak peduli siapa lawan bicaranya, jujur saja, di kabupaten ini hanya Bang Parlin yang berani tunjuk mukaku begini," kata Mantan bupati tersebut.Makan malam itu akhirnya bubar, Merry tampak tidak senang, akan tetapi yang aneh mantan bupati itu malah biasa saja."Bang, Abang kok marah-marah saja satu hari ini? Guru si Ucok Abang marahi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-08
Baca selengkapnya

Usiran Berbalas Mutasi

Bang Parlin putar balik, kami kembali ke sekolah tersebut. Jika Bu Guru itu membawa masalah pribadi ke sekolah. Itu sudah tidak bisa ditelolir. Saat kami sampai, Sudah ada Tugirin di depan gerbang sekolah. Pasti dia juga sedang menunggu istrinya. "Assalamualaikum, Bang Parlin," sapa Tugirin."Waalaikum salam," jawab Bang Parlin. Kami langsung masuk saja ke sekolah. Anak sekolah sudah pada pulang semua. Kami langsung menuju kantor sekolah tersebut.sedangkan Ucok menunggu di mobil."Eh, ada Bang Parlin, sang keluarga teladan, ada apa gerangan?" tanya seorang guru."Kami mau bertemu kepala sekolah," jawabku kemudian."Oh, mari, Pak, Bu, saya antar ke ruangan kepala sekolah, mungkin beliau belum pulang," kata Bapak tersebut."Saya ikut mendaftar keluarga teladan juga dulu, tapi Bang Parlin yang menang," kata Guru itu saat mengantarkan kami. Saat tiba di ruangan kepala sekolah, beliau tampak sudah bersiap hendak pulang."Ada apa ya, Pak?" tanyanya seraya mempersilahkan duduk."Kami mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Tukang Sampah?

Aku dan Ucok sampai berebutan melihat' HP Bang Parlin. Ternyata isinya adalah video kami lagi memberikan uang empat ratus juta itu. Entah siapa yang video kan kami, padahal saat itu aku tidak melihat orang memakai HP. (Alhamdulillah ya, Allah, si kembar akhirnya bisa berangkat, Tuhan telah mengirim orang baik pada kami, beliau adalah Bang Parlin dan keluarga, tidak banyak bicara, tidak seperti pejabat yang kasih lima ratus ribu tapi minta difoto. Bang Parlin dan keluarga memberikan empat ratus juta, kakak iparku sampai pingsan dua kali) begitu isi caption di status Facebook. Dari isinya itu berarti adiknya tukang itu. Aku coba cari tahu, ternyata dia kordinator penggalangan dana untuk si kembar."Ini sudah terlalu laju, ambil video diam-diam, terus upload juga diam-diam," kata Ucok."Ayah tak suka ini, segera ingatkan supaya dihapus," kata Bang Parlin."Sudah terlanjur menyebar, Yah, lihat ini berita juga sudah banyak, di YouTube juga sudah menyebar." kata Ucok kemudian."Wah, gawat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Ayah Terhebat Sedunia

Karena semuanya sudah setuju, aku pun menelepon YouTuber tersebut, untuk menyampaikan kesediaan kami untuk tampil di podcast-nya."Saya senang sekali mendengar kabar ini, kapan kira-kira ibu sekeluarga punya waktu?" tanya Arita Chan.Besok ataupun lusa, kebetulan hari libur," jawabku kemudian."Ya, sudah, saya akan mengirim tiket ke Jakarta," katanya lagi."Jakarta?" "Iya, Bu," "Tak bisa kah kalian yang datang?" tanyaku lagi."Di mana tepatnya ibu," tanyanya.Aku pun memberitahu alamat lengkap kami."Waduh, jauh sekali, lima belas jam dari bandara terdekat," jawabnya kemudian, setelah agak lama dia diam."Jadi bagaimana baiknya?" "Begini saja, kami datang ke Medan, kita bertemu di Medan besok jam sembilan pagi. Jika deal, biar saya hubungi rekan di Medan untuk menyiapkan studio," katanya lagi."Bentar, ya, kami berunding dulu," jawabku kemudian.Aku pun memberi tahu pada Bang Parlin Ucok dan Butet."Kita ke Jakarta saja, Mak, sekalian jalan-jalan," kata Butet."Jumpa di Medan saja
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-10
Baca selengkapnya

Tantangan Untuk Youtuber

Kamera pun dimatikan. Arita tampak tidak senang dengan hasilnya. Beberapa kali dia periksa kembali siaran langsung tersebut. "Kalian tidak bisa diajak kerjasama," kata Arita."Maaf sekali atas ketidaknyamanannya," kataku kemudian. Untuk beberapa saat lamanya, Arita sibuk dengan HP -nya, lalu berbicaralah serius dengan beberapa kru-nya. Entah apa yang mereka bicarakan aku tak tahu."Kita masih bisa wawancara, tapi tidak siaran langsung lagi," kata Arita lagi."Boleh, boleh, tapi tetap seperti itu, kami tidak mau settingan," kata Bang Parlin."Ok, kita mulai." Kami kembali duduk, masih tetap di posisi semula. Arita ini memang sering buat konten mengangkat kemiskinan orang. Baru memberikan uang, orang yang diberikan uang lalu nangis-nangis. Juga suka membuat orang salah bicara', gugup dengan pertanyaannya. Aku baru tahu, sebagian besar pertanyaan dan jawaban sudah disetting."Kita kembali lagi dengan keluarga fenomenal, yaitu Keluarga Parlindungan Siregar." kata Arita memulai wawanc
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Dirampok Di Jakarta

Aku malas untuk berdebat, jika Bang Parlin sudah menggunakan hak veto-nya, tak ada yang bisa membantah. Jika dibantah pun pertengkaran yang akan datang Ketika aku hendak memesan mobil travel, terjadi perdebatan lagi. Aku memilih mobil travel karena praktis dan mudah. Akan tetapi Ucok malah ingin naik bus, Butet ingin naik pesawat. Lagi-lagi Bang Parlin menggunakan hak veto- yang, dia mau naik kereta api. Akhirnya kami naik taksi online ke pasar Senen, terus akan naik kereta api ke Bandung. "Kenapa ayah aja yang ngatur?" Butet protes."Demi kebaikan, Tet," jawab Bang Parlin."Kebaikan untuk Ayah?" kata Butet lagi."Kebaikan untuk kita semua, Tet," jawab Bang Parlin."Bagaimana bisa kebaikan untuk semua, yang kenal dokter itu cuma ayah," kata Butet lagi. Saat itu kami lagi menunggu kereta api."Begini, Tet, Belanja, Jalan-jalan ke kebun binatang, lihat monas sama ziarah, ayah tanya dulu kau, Tet, di antara yang empat itu mana pilihan paling baik mana? pilihan yang berpahala?" tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-12
Baca selengkapnya

Ketika Butet Abstain

Aku lalu memberitahu tentang telepon dari Sofyan Harahap ini. Bang Parlin terdiam, lalu kemudian dia sujud syukur. Entahlah, emosi Bang Parlin ini memang susah diprediksi. Saat begini dia justru sujud syukur dan menangis."Jalan menuju Baitullah memang berliku buat kita, Abang sangat terharu, Dek," kata Bang Parlin.Kami sekeluarga pun diskusi mendadak, itu salah satu kebiasaan baru keluarga kami. Diskusi, karena Ucok dan Butet sudah dewasa dalam hal pemikiran, jadi kami akan diskusi dulu sebelum mengambil keputusan. Biarpun lebih sering Bang Parlin yang memutuskan. "Ucok, Butet, ada tawaran naik haji tahun ini dari keluarga baik, orang tua mereka sudah terdaftar dan akan berangkat tahun ini, tapi keduanya sudah meninggal dunia, jadi ayah dan mamak ditawarkan menggantikan tempat kedua orang tua mereka, bagaimana pendapat kalian?" kata Bang Parlin memulai diskusi."Memangnya bisa begitu, Yah?" tanya Ucok."Bisa, ayah sudah periksa di google, memang bisa dialihkan ke ahli waris ata
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-14
Baca selengkapnya

Lelang Ongkos Naik Haji

Aku terkejut mendengar perkataan mereka. Ternyata feeling Butet benar, yang ikhlas itu memang sangat sulit. Mereka mau berikan kuota haji itu karena tahu kami bisa bayar lima ratus juta untuk dua orang. "Maaf, kupikir kalian berikan sebagai sumbangan," kata Bang Parlin."Waduh, maaf Bang Parlin, kita bukan orang kaya, orang tua kami meninggal tidak mewariskan apapun, hanya kuota haji itu, sudah ada yang menawar tiga ratus juta, tapi kami masih mencari penawar tertinggi, ini kuota yang sudah tiga belas tahun lo, Pak," kata Pria itu lagi."Bapak melelang orang tua sendiri?" Butet tiba-tiba ikut bicara.Gawat, jika Butet ikut bicara, bisa gawat ini. "Bukan melelang, hanya realistis, kami lakukan untuk yang terbaik, orang tua kami juga pasti bangga tabungannya puluhan tahun bisa berguna bagi anaknya," kata pria itu lagi."Maaf sekali, Pak Sofyan, kami tidak bisa," kata Bang Parlin."Ini kesempatan bagus lo, Pak, bapak bisa makin viral jika langsung berangkat," kata Sofyan."Waduh, maaf
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-14
Baca selengkapnya

Watak dan Batak

Kami batal berangkat, tak enak juga jika mengabaikan undangan teman. Yang pertama kami kunjungi adalah Abangku. Saudara tertua dari enam kami bersaudara. Saat sampai di rumah mereka, aku terkejut, Abangku ini ternyata sudah berubah. Dia kaya raya kini. Rumahnya sudah mewah, mobil mewah terparkir di halaman."Udah kaya Abang sekarang ya?" kataku demi melihat' mobile Pajero parkir di depan rumahnya."Alhamdulillah, Nia, semua karena kalian," kata Abangku."Kok karena kami, Tulang, rezeki itu datangnya dari Allah, jangan bilang karena kami," Butet langsung protes. Anak gadisku ini memang begini adanya, dia suka mendengarkan orang dewasa bicara, jika ada yang tidak cocok, dia langsung protes. "Iya, Butet, maksudnya karena ayahmu berkasus, Tulang jadi dapat uang, kami modalkan uangnya untuk jual beli properti, Alhamdulillah berkembang," kata Abang.Begitulah memang kehidupan ini kadang, dari kasus orang lain, orang lain yang bisa mendapatkan keuntungan. Yang dimaksud Abang itu adalah kasu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-16
Baca selengkapnya

Saat Ucok dan Butet Berdebat

Perdebatan kami terpaksa berhenti karena sudah tiba di depan rumah Rapi. Dia dan istrinya sudah menunggu di depan rumah, begitu kami turun langsung disambut dengan salaman."Nampak kali kau tukang makan itu, Rapet, dah segajah besarmu," candaku pada Rapi "Kau pun, sudah sekerbau," jawab Rapi.Kami yang biasa bercanda kasar dari kecil seperti sulit untuk dirubah. Jika bertemu mereka kebiasaan lama itu pasti muncul lagi. Di kami bercanda dengan nama hewan itu sudah biasa. Namaku saja Niyet, singkatan dari Nia monyet, si Rapi jadi Rapet. Semua teman kami namanya berakhiran et. "Kau yang hamil, Rapet, bukan istrimu," kataku lagi seraya menunjuk perutnya yang buncit."Hahaha, istriku langsing, Niyet," jawab Rapi.Aku terdiam, jika bicara tentang tubuhku yang makin berisi, aku tidak punya bahan candaan lagi, padahal aku yang duluan buat candaan soal body."Jangan ngaku suami sukses jika tidak bisa membuat istrinya gemuk," kata Bang Parlin. Di luar dugaan Bang Parlin ikut-ikutan, biasanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2728293031
...
53
DMCA.com Protection Status