Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 251 - Chapter 260

528 Chapters

Jebak Sana Jebak Sini

"Orang berpengalaman bagaimana?" tanyaku lagi suaraku meninggi."Maaf, Bang Parlin, kamu jadi terlibat sejauh ini, ada seorang perwira polisi yang tidak bisa terima, entahlah, aku juga sudah tidak tahu ini masalah apa," kata Bu Dewan lagi.Bu Dewan saja tidak mengerti, apalagi aku. Ah, ini tak bisa dibiarkan. Aku merasa terpaksa melakukan apa yang aku bisa. Akan kulawan dengan caraku.HP Nia berbunyi lagi, ada panggilan dari nomor tak dikenal, segera kuterima dan..."Hallo," "Jika ingin bicara tentang istri Anda, datang ke mari," katanya seraya menyebutkan tempat, tempatnya justru loby hotel. Kenapa bukan kantor polisi, setahuku tidak ada kantor KPK di kabupaten ini."Baik, aku datang," kataku langsung saja. Tak ada yang bisa diajak, Raja lagi di Medan, akhirnya aku dan Butet saja yang pergi. Saat tiba di tempat yang ditentukan. "Ayah, boleh aku bicara nanti," kata Butet."Silakan, Tet," "Ayah, jangan mau orang itu yang tentukan tempat, cari tempat yang diawasi cctv," katar Butet
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Sakit Berjamaah

Di dalam mesjid, aku ambil tempat duduk di sudut, sedangkan Butet duduk di shaf perempuan. Mulai melakukan ritual, salat sunnah dua rakaat, terus duduk bersila sambil berzikir. Membersihkan pikiran, fokus ke zikir dan doa.Makin larut dalam zikir, keringat mulai membanjiri tubuh. Aku sudah tak ingat waktu, tak ingat dunia, fokus ke zikir dan doa. Sampai kemudian bahuku ditepuk seseorang, aku menoleh."Khusuk sekali zikirnya, Pak, sampai lima kali kutepuk bahu bapak baru nyadar, kata seorang pria tua bersorban."Oh, maaf, Pak," jawabku kemudian."Maaf mengganggu, tapi ini sudah jam dua belas, waktunya mesjid ditutup, saya pengurus mesjid ini," kata bapak itu lagi.Kulihat ke belakang, Butet duduk sendirian di situ. Aku justru merasakan tidak aman jika harus keluar dari mesjid, Butet benar, mesjid ini tempat teraman."Maaf, Pak, bolehkah saya di sini sampai subuh?" kataku kemudian."Boleh saja sebenarnya, Pak, tapi dari jam dua belas malam sampai menjelang subuh, mesjid harus dikunci.
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Marah Yang Membuat Senang

Butet naik ke mobil, kami pun keluar dari tempat itu. Butet memang kadang keterlaluan, sebelum kami pergi, dia masih sempat mengancam."Jangan ada yang macam-macam ganggu kami ya, atau kalian semua ikut sakit perut," kata Butet.Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, dalam perjalanan Raja menelepon, katanya dia sudah kembali dari Medan. "Udah, Raja, kami tidak mau terlibat lagi, tolong jangan ganggu Butet," kataku saat dia meminta kami menunda pulang. Semuanya ini memang berasal dari pikiran Butet, Raja yang meminta pendapat Butet tentang penculikan, sehingga tertuduh seorang perwira muda, yang ternyata selingkuhan ibu dewan, yang juga punya koneksi ke pusat. Mulai dari percobaan jebakan narkoba, sampai KPK gadungan,."Iya, Pak, maaf, aku telah membuat kalian terlibat," kata Raja."Maaf juga, Raja, tapi tolong selesaikan semua, aku sudah memudahkan pekerjaanmu," kataku lagi."Memudahkan bagaimana, Pak?""Lihat siapa yang sakit perut, yang sakit perut berarti terlihat, soal
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Melompat Lebih Tinggi

Pov NiaAku dibawah entah ke mana, sampai akhirnya tiba di salah satu gedung. Terus dibawa ke sebuah ruangan. Seorang wanita datang menemuiku."Singkat saja ya, kami berikan tawaran untuk Anda, temui bupati, terus serahkan uang ini, kamu dapat keringanan hukuman," kata Wanita tersebut."Kalian mau jebak bupati? kenapa aku yang dijebak?" tanyaku kemudian."Terserah Anda mau bilang bagaimana, ada kemungkinan Anda bebas jika bupati dapat di OTT,' katanya lagi."Kenapa orang yang serahkan uang itu padaku tidak ditangkap?" tanyaku kemudian."Pertanyaan yang cerdas, jawabannya akan Anda ketahui jika Anda bersedia antar uang ini," katanya lagi."Oh, yang antar uang sengaja tidak ditangkap ya? Permainan kalian licik," "Bagaimana? Saya tidak akan tawarkan ini dua kali, kami sudah cukup bukti Anda suruhan bupati," kata wanita itu lagi."Jawaban saya, tidak, sebaiknya cepat bebaskan saya, atau kalian dapat karmanya," kataku kemudian. Aku yakin, jika aku hilang, Bang Parlin akan membuat mereka s
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Saya Bermimpi?

Bang Parlin, Butet dan Ucok ikut keluar rumah. Belum ada yang turun dari mobil-mobil tersebut. Entah apa yang mereka tunggu. Apakah akan ada masalah lagi. Aku perhatikan mobil yang di depan. Platnya coklat khas polisi. Kemudian turun beberapa pria yang mobil di belakang, lalu mobil di depan dibuka pintunya. Ya, Ampun untuk buka pintu mobil pun harus menunggu, siapakah ini kira-kira?Seorang pria turun dari mobil dinas tersebut, pria tinggi besar pakaiannya pakaian biasa."Selamat siang, Pak Parlin, Bu Nia," katanya seraya menyalami kami satu persatu."Selamat siang juga," jawab Bang Parlin.Baru kemudian satu persatu mobil yang banyak itu terbuka pintunya. Beberapa pria dan wanita turun dari mobil tersebut. "Bang Parlin tak kenal saya, Kah?" tanya pria itu."Tentu saja kamu kenal, Pak Kapolres," Butet yang menjawab.Oh, ternyata Pak Kapolres, mau apa Kapolres ke rumah kami, apakah mau nangkap lagi."Ini Pak Rama, ketua DPRD, ini Pak Bima, Anggota dewan, dan ini Pak Abdullah, pejabat
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Tak Ada Kata Maaf

Perkataan Butet ini memang selalu menohok, entah bagaimana cara meredamnya. Ada bupati, kapolres sampai ketua DPRD. tapi Butet ini seakan tak peduli, ucapannya sampai membuat pejabat Bupati terdiam. "Tujuan kami mulia, Bang Parlin, memberantas korupsi dari kabupaten kita pada khususnya, Indonesia pada umumnya," kata Pejabat Bupati itu lagi."Bagaimana mau berantai korupsi, Pak, bapak datangnya sudah bawa suap, apa namanya, gratifikasi,' lagi-lagi Butet yang menjawab. Mereka memang datang bawa hadiah ada buket bunga, bahkan ada hadiah uang untuk Bang Parlin. Pejabat Bupati sampai geleng-geleng kepala."Pikirkan saja dulu, Bang Parlin, kita akan jadi tim yang solid," kata Kapolres."Baik, Pak, akan saya pikirkan," kata Bang Parlin.Para tamu itu lalu permisi untuk pulang. Di luar rumah ternyata sudah ramai warga desa, mereka minta foto bersama dengan tamu kami. Memang baru kali ini datang tamu dari ibukota kabupaten yang begitu lengkap. "Kami permisi pulang, Pak, oh, ya, Bu Felina t
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Cita-cita Langsing, Makan Tiga Piring

Aku pendendam? Apa iya, tapi Bang Parlin yang tiba-tiba nyanyikan lagu India, yang katanya lagu Sanjay Dutt, padahal Sanjay Dutt itu aktor, bukan penyanyi. "Bukan aku yang pendendam, tapi Abang yang gak bisa move on, dari sekian juta lagu, kenapa harus lagu Sanjay Dutt, karena lagu itu kesukaan Rata kan?" kataku kemudian."Aduh, Dek, bukan masalah lama itu, tapi masalah kita yang sekarang," jawab Bang Parlin."Mau masalah mana pun, tetap Rara ujungnya, Abang larang sebut nama Rara, tapi Abang nyanyi India, Sanjay dutt lagi, aku tanya Abang dari mana Abang bisa ngefans sama Sanjay dutt, karena Rara kan?" aku makin sewot saja."Astaghfirullah, kamu benar-benar sulit untuk memaafkan, itu maksudnya, Dek," kata Bang Parlin lagi."Ya, aku sudah maafkan, sudah lupakan, Abang yang tiba-tiba nyanyi India," kataku kemudian."Waduh, aku jadi rindu Butet," "Kok Butet pula, gak usah alihkan pembicaraan, Bang," "Aku rindu Butet, Dek, biar dia jelaskan sama adek, Abang mau coba jelaskan adek teru
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Ikhlaskan Suami Nikah Lagi

Pembicaraan dengan ibu itu membuat aku berpikir, aku memang tidak akan pernah bisa seikhlas itu. Ikhlas seperti itu mungkin tidak akan pernah bisa kuraih.Saat pulang dari sekolah Ucok, aku langsung ke kantor, sudah ada lagi Wak Haji di kantor menungguku. Berurusan dengan orang tua ini benar-benar menguras emosi."Sapi saja sudah mulai cari makan, ayam sudah lama bangun, kamu belum masuk kantor sampai jam sembilan," kata Wak Haji begitu aku datang."Maaf ya, Wak, aku atasan di sini, kepala desa, gak senang silakan pergi," aku kesal juga akhirnya, datang-datang sudah diomeli."Begitu cara pemimpin menghadapi kritik rakyatnya?" Wak Haji masih saja mengomel."Ya, begitulah, mau apa tadi, Wak?" tanyaku kemudian."Begini, itu tanah saya yang di simpang tiga itu mau saya wakafkan," kata Waktu Haji."Oh, Alhamdulillah," "Tolong dulu urus suratnya," "Baik, Wak, tolong lengkapi berkasnya," jawabku kemudian."Ini semua berkasnya, dasar kepala desa pemalas, belum lihat sudah bilang lengkapi,"
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Terlalu Sulit Untuk Memaafkan

Mata Bang Parlin terus melihat ke mataku, sepertinya dia ingin melihat keseriusan di mata ini. Aku menunduk."Kamu kenapa, Dek?" tanya Bang Parlin lagi."Aku mau belajar ikhlas, Bang, belajar memaafkan, kata Abang hati harus ikhlas," kataku lagi."Kok larinya ke kawin lagi?" tanya Bang Parlin."Kasta tertinggi ikhlas bagi perempuan itu adalah saat mengikhlaskan suaminya menikah lagi," kataku kemudian."Waduh, dari mana pula dapat ilmu begitu, Dek?" suara Bang Parlin mengeras."Aku dapat dari guru agama Ucok," kataku kemudian."Ya, Allah, Dek, beda konteks, Dek, beda, memang betul begitu, tapi itu konteks dalam rumah tangga, Dek, masalah kita kan konteks di hati dalam hal memaafkan," kata Bang Parlin."Aku bingung, Bang, orang yang sakit' perut, yang buat sakit perut Abang, kok aku yang disalahkan tidak bisa ikhlas, tidak bisa memaafkan?" kataku kemudian."Udah, Dek, jangan sedih, Adek tidak pernah ngomong soal poligami, Abang pun gak pernah, eh, pernah juga tapi bercanda," kata Bang P
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Wak Haji Kena Batunya (Lagi)

Kenapa Ibunya Salsabila belum sembuh juga? Sementara semua yang terlibat sudah sembuh. Apakah Bu Dewan itu punya penyakit lain? Atau aku tidak bisa memaafkan dirinya. Padahal aku sudah coba memaafkan dengan tulus.Pagi itu aku tidak ke kantor, selepas mengantarkan Ucok sekolah, aku pulang ke rumah. Bang Parlindungan juga tidak ke kebun. Kami mempersiapkan sambutan untuk tamu yang akan datang. Camilan sudah dipersiapkan, minuman juga. Rumah pun sudah dibereskan.Ada mobil parkir di depan rumah, kukira tamu yang datang, ternyata anaknya Wak Haji bersama Wak Haji. "Assalamualaikum," salam Wak Haji."Waalaikumsalam,"Aku dan Bang Parlin menyalami kedua tamu tersebut. Mereka lalu duduk di sofa."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanyaku basa-basi."Begini, Bu Kades, kemarin kan aku pergi urus suratnya, ternyata penerima wakaf itu harus jelas. Yayasan keagamaan, atau masyarakat desa, jadi aku pilih masyarakat desa saja, terus aku akan wakaf kan tanah itu ke desa ini, dengan syarat bentuk pan
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
53
DMCA.com Protection Status