Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 231 - Chapter 240

528 Chapters

Racun

Bupati yang bermasalah, kami akhirnya yang ribut. Aku jadi merasa bersalah juga, dulu sering orang bilang, wanita itu pengingat sejarah. Akhirnya aku merasakannya juga. Padahal kami sudah janji tidak boleh lagi ada Rara di Antara kami, tidak boleh lagu sebut kata Rara di keluarga kami.Setelah makan dan minum, kami lanjutkan perjalanan ke ibukota kabupaten. Pesan dari bupati datang lagi, isinya mengingatkan supaya Salsabila memilih ayahnya. Aku tidak balas lagi, tidak tahu harus turuti yang mana, akhirnya tidak ada yang kubilang. Saat tiba di sekolah, ternyata ibunya Salsabila sudah ada di situ. Begitu kami sampai langsung disambut ibunya Salsabila dengan pelukan. Tak berapa lama kemudian Bupati juga datang ke sekolah tersebut. Jadilah suami istri yang sudah bercerai itu berkumpul. Kami diajak bicara. Entah kenapa aku jadi merasa terjebak di masalah mereka."Salsabila sayang, besok pilih sama Mama ya, besok mama jemput kau kemari, mama sudah bicara dengan guru," kata ibunya Salsabila
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Apalah Arti Sebuah Nama?

Suasana jadi tegang, lalu seorang remaja tanggung muncul dari kerumunan orang."Aku saksi hidupnya, ayahku mati karena sakit perut," kata pemuda itu.Aku kenal pemuda tersebut, ayahnya dulu pernah memintnah kami atas suruhan kepala desa lama. Kemudian ayahnya meninggal karena keracunan miras oplosan. Padahal aku bantu keluarganya dengan zakat saat itu."Kitar usir tukang racun' dari desa ini," teriak Wak Haji lagi.Ini sudah tidak bisa dibiarkan, Wak Haji sudah keterlaluan. Akan tetapi kami tidak bisa melakukan perlawanan dengan situasi seperti ini. "Ini fitnah, kita lihat saja nanti," kata Bang Parlin.Lalu kami keluar dari kerumunan tersebut. Kembali pulang ke rumah. "Bagaimana ini, Bang?" tanyaku pada Bang Parlin."Tunggu dulu, Dek," kata Bang Parlin seraya menatap Ucok."Cok, apakah kau buat sakit perut orang yang mencuri semen itu?" tanya Bang Parlin pada anaknya."Nggak, Yah, gak ada," jawab Ucok."Lalu kenapa orang sakit perut?" tanya Bang Parlin lagi. Berarti bukan juga Ban
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

Wak Haji Kena Batunya

Dua teman pemuda itu akhirnya datang juga, satu lelaki sudah agak tua, satu lagi masih kelihatan muda. Mereka lalu duduk bersila di rumah pemuda yang bernama Min tersebut."Begini, Bapak-bapak, semen yang kalian angkut itu adalah semen untuk pembangunan pesantren," kata Bang Parlin memulai pembicaraan."Kami tahu, Bang, aku sebagai sopir dan pemilik truk selalu hati-hati menerima pekerjaan," jawab pria yang agak tua."Hati-hati bagaimana?" tanyaku kemudian."Sebelum saya terima orderan, saya harus pastikan itu bukan barang curian, , Wak Haji menjamin, memang dia pengelola pesantren tersebut, nama pesantrennya saja nama dia," jawab pria itu, "lagian dia haji lo, masa kami gak percaya," sambungnya lagi."Iya, betul, tapi ini jebakan untuk kalian dia kesulitan dana lanjutan pembangunan, aduh, bagaimana ya menjelaskannya?" Bang Parlin sepertinya bingung."Tapi masa dicuri punya sendiri? gak masuk logika?" kata Pria itu lagi"Bukan punya sendiri, punya pesantren, dulu aku yang jadi ketua p
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Anak Bupati Diculik

"Bang, lihat ini," kataku pada Bang Parlin seraya menunjukkan chat dari bupati."Bupati yang gerak cepat ya, belum ditanya dia sudah lapor duluan," kata Bang Parlin."Anaknya hilang lo, Bang," kataku lagi."Iya, anaknya hilang, seharusnya lapor polisi, ini laporan ke istri orang," kata Bang Parlin."Apa, Mak, Salsabila hilang?" kata Ucok seraya melihat isi HP-ku "Iya, katanya kabur dari sekolah," jawabku."Ayo kita cari, Yah," kata Ucok."Hilangnya baru tadi siang, bentar lagi pasti pulang," kata Bang Parlin."Ayah kok gitu, gak peduli kali?" tanya Ucok "Dia anak bupati, Cok, banyak yang peduli, gak usah kita cari pun banyak yang cari," kata Bang Parlin.Ucok yang justru jadi sibuk, beberapa kali dia coba hubungi Salsabila, akan tetapi HP-nya tidak aktif. Ucok tampak gelisah."Ayo kita cari, Yah," kata Ucok lagi.Ucok seperti makin gelisah, akan tetapi Bang Parlin cuek saja. Entah kenapa Bang Parlin ini, dia seperti kehilangan kepeduliannya. "Jangan-jangan Butet ikut hilang?" kata
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Mendadak Detektif

"Kenapa harus istriku?" tanya Bang Parlin lagi."Maaf, jika memang tidak bersedia, kami tidak bisa memaksa, ini memang berbahaya," kata seorang polisi berbaju kameja putih."Baik, saya bersedia," kataku kemudian.Bang Parlin langsung menarik tanganku untuk menjauh. "Dek, ini berbahaya, lagian ini bukan urusan kita, biar saja polisi yang urus," kata Bang Parlin."Aku penasaran, Bang, kenapa harus aku?" kataku kemudian."Itulah, karena mereka kenal Adek, tidak usahlah," kata Bang Parlin lagi."Gak apa-apa, Bang, tenang saja," kataku kemudian.Seorang polisi lalu membawaku ke ruangan khusus, polisi wanita memasangkan semacam kamera kecil di tas yang kubawa."Bu Nia, mohon maaf melibatkan Anda, tapi pelakunya berarti orang yang kenal Anda, bisa berikan gambaran kira-kira siapa yang dicurigai?" kata polisi tersebut.Aku lalu berpikir, siapa kira-kira, Wak Haji kah? Mungkin Wak itu tidak terima kami mempermainkannya. Akan tetapi aku ragu Wak Haji sampai menculik, anak bupati lagi. Ini buka
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

Meminjam Otak Butet

Sudah ada kapal menunggu kami, sepertinya memang sudah disediakan. Transaksi akan dilaksanakan di tengah laut. Kami sekeluarga ikut naik kapal kecil tersebut. Dua tas besar berisi uang diangkat Bang Parlin dan Ucok.Tanpa banyak tanya kami dibawa entah ke mana. Lalu berhenti di dekat kapal lain."Sini uangnya," teriak seseorang dari kapal lain tersebut."Bebaskan dulu sandera," kataku bergaya bak mafia.Mereka lalu menunjukkan video di hp, tampak Salsabila sudah dibebaskan dan sudah bersama orang tuanya. "Boleh tahu siapa kalian?" tanya Bang Parlin."Hahaha, lucu, mana boleh tahu," jawab pria tersebut."Udah, cepat berikan uangnya?" kata seseorang lagi."Maaf, Bang, kami sebetulnya tidak peduli siapa kalian, toh tugas kami hanya mengantar, tapi kami sekeluarga lagi taruhan, kataku kalian suruhan bupati, kata istriku kalian suruhan ibunya anak itu, anakku ini bilang kalian suruhan Salsabila, yang ini bilang kalian polisi," kata Bang Parlin."Cepatlah, lempar kemari uangnya,' teriak se
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more

Wak Haji Belum Tamat

Ternyata Raja serius, dia mau pinjam Butet untuk diskusi. Entah apa yang membuat Raja minta diskusi dengan anak SMP. (Boleh, tapi harus kami dampingi) balasku akhirnya.(Ok, kami yang datang ke sana, atau kalian yang datang ke mari) pesan dari Raja lagi.(Ini lagi menunggu sekolahnya diliburkan karena penculikan itu. Jadi, jika Butet sudah mau masuk sekolah, kami antar ke sana) pesanku kemudian.Keesokan harinya, belum ada kabar dari guru. Sekolah tetap diliburkan karena kasus ini jadi geger, bagaimana tidak geger? Anak bupati diculik di lingkungan sekolah tersebut, sementara sekolah itu salah satu sekolah paling elit se-kabupaten. Anak pejabat banyak yang menimba ilmu di situ."Bang, si Raja kirim pesan, katanya dia mau pinjam Butet," laporku pads Bang Parlin, saat itu kami lagi berduaan di kamar. Hari sudah malam, sekolah mengaji sudah tutup."Mau ngapain pinjam Butet?" tanya Bang Parlin."Katanya mau diskusi seputar kasus penculikan itu," kataku lagi."Lah, kepolisian kekurangan a
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more

Kades Juga Manusia

Suasana jadi tegang, Wak Haji tetap tidak memperbolehkan jenazah dibawa ke masjid untuk disalatkan. Dia tetap bersikukuh fardu kifayah yang pertama dan kedua tidak sah. Keluarga yang kemalangan jadi emosi, sempat terjadi adu mulut, akan tetapi Wak Haji serta beberapa orang pengikutnya tetap pada pendirian. Wak Haji benar-benar sudah hitam hatinya, segala cara dia lakukan untuk menjatuhkan kami.Akhirnya jenazah tidak dibawa ke masjid, Bang Parlin menyarankan untuk disalatkan di rumah saja. Aku makin geram sama Wak Haji ini."Baik, Wak Haji, kita perang," kataku pada pria tua tersebut."Baik, kita lihat mana yang diikuti masyarakat, ulama teraniaya atau pemimpin zalim," kata Wak Haji.Aku benar-benar sudah marah kali ini, belum pernah aku semarah ini pada wargaku."Tunggu saja, Wak," kataku seraya beranjak dari hadapannya.Baru kali ini dalam sejarah desa ini ada jenazah tidak bisa disalatkan di mesjid. Bahkan yang meninggal bunuh diri masih disalatkan. Wak Haji ini benar-benar ngajak
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Kades Vs Penghulu

Suasana rapat jadi riuh, setelah Wak Haji berkata begitu, seperti banyak yang mendukung. Memang tidak bisa dipungkiri, peran Wak Haji di desa sangat banyak, akan tetapi untuk semua pekerjaannya itu dapat bayaran. Jika ada yang meninggal dunia, dia berperan sebagai bilal mayit, jika ada yang nikahan dia berperan sebagai penghulu. Dia juga yang sering baca doa jika ada acara."Saya sudah siapkan pengganti Wak Haji, bukan cuma satu, tapi tiga sekaligus, mereka sudah lulus pesantren, sudah tahu semuanya," kata Bang Parlin seraya menunjuk tiga anak angkatnya."Saya juga sudah persiapkan pengganti kepala desa, pemimpin itu wajib laki-laki, ibaratnya imam salat, haram hukumnya perempuan mengimami laki-laki. Apakah kita mau selamanya berbuat haram?" Wak Haji sepertinya take mau kalah."Sebaiknya masalah ini kita bawa ke pusat, kita serahkan pada bupati," usul seseorang."Tidak bisa, ini masalah masyarakat, bukan masalah bupati, lagi pula bupati itu temannya," Wak Haji langsung menyanggah."Ka
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Otak Langka

"Bagaimana?" tanya Bang Parlin setelah aku berhenti menelepon. Aku melihat Bang Parlin, dia tampak ikut kepo juga. Akan tetapi timbul niatku ingin mengerjai Bang Parlin. "Ternyata ini berhubungan dengan perselingkuhan," kataku kemudian.Bang Parlin tampak terkejut, matanya mendelik."Ah, pasti bukan hasil otak Butet itu, dia mana tau soal perselingkuhan," kata Bang Parlin."Tapi si Raja bilang otak Butet itu langka, mereka dapat kasus besar karena dibantu Butet," kataku lagi."Kasus apa pula itu?" "Itu dia, perselingkuhan, bupati diduga selingkuh dengan bawahannya," kataku lagi seraya mengamati mimik wajah Bang Parlin."Kan, benar dugaanku, ini pasti ulah Bupati, ngomong-ngomong dia selingkuh dengan siapa?" tanya Bang Parlin."Belum tahu, Bang, gosipnya dengan kepala desa," kataku seraya coba menahan senyum."Oooo," jawab Bang Parlin singkat. "Siapa ya kepala desanya?" aku terus memancing Bang Parlin."Entahlah, kutelepon dulu istrinya ya," kata Bang Parlin seraya mengambil HP-nya
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
53
DMCA.com Protection Status