Share

Racun

Author: Bintang Kejora
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bupati yang bermasalah, kami akhirnya yang ribut. Aku jadi merasa bersalah juga, dulu sering orang bilang, wanita itu pengingat sejarah. Akhirnya aku merasakannya juga. Padahal kami sudah janji tidak boleh lagi ada Rara di Antara kami, tidak boleh lagu sebut kata Rara di keluarga kami.

Setelah makan dan minum, kami lanjutkan perjalanan ke ibukota kabupaten. Pesan dari bupati datang lagi, isinya mengingatkan supaya Salsabila memilih ayahnya. Aku tidak balas lagi, tidak tahu harus turuti yang mana, akhirnya tidak ada yang kubilang.

Saat tiba di sekolah, ternyata ibunya Salsabila sudah ada di situ. Begitu kami sampai langsung disambut ibunya Salsabila dengan pelukan. Tak berapa lama kemudian Bupati juga datang ke sekolah tersebut. Jadilah suami istri yang sudah bercerai itu berkumpul. Kami diajak bicara. Entah kenapa aku jadi merasa terjebak di masalah mereka.

"Salsabila sayang, besok pilih sama Mama ya, besok mama jemput kau kemari, mama sudah bicara dengan guru," kata ibunya Salsabila
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (20)
goodnovel comment avatar
Husnidar Alias Sani
tak berkaitan cerita, tp gimana offkan auto unlocknya?
goodnovel comment avatar
sekai
apa kita kudu bikin ufc, yaa?!
goodnovel comment avatar
sekai
lahh kan emang mantan.. kan g bilang mantan pacar at mantan tunangan at mantan kekasih palagi mantan istri..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Jadul   Apalah Arti Sebuah Nama?

    Suasana jadi tegang, lalu seorang remaja tanggung muncul dari kerumunan orang."Aku saksi hidupnya, ayahku mati karena sakit perut," kata pemuda itu.Aku kenal pemuda tersebut, ayahnya dulu pernah memintnah kami atas suruhan kepala desa lama. Kemudian ayahnya meninggal karena keracunan miras oplosan. Padahal aku bantu keluarganya dengan zakat saat itu."Kitar usir tukang racun' dari desa ini," teriak Wak Haji lagi.Ini sudah tidak bisa dibiarkan, Wak Haji sudah keterlaluan. Akan tetapi kami tidak bisa melakukan perlawanan dengan situasi seperti ini. "Ini fitnah, kita lihat saja nanti," kata Bang Parlin.Lalu kami keluar dari kerumunan tersebut. Kembali pulang ke rumah. "Bagaimana ini, Bang?" tanyaku pada Bang Parlin."Tunggu dulu, Dek," kata Bang Parlin seraya menatap Ucok."Cok, apakah kau buat sakit perut orang yang mencuri semen itu?" tanya Bang Parlin pada anaknya."Nggak, Yah, gak ada," jawab Ucok."Lalu kenapa orang sakit perut?" tanya Bang Parlin lagi. Berarti bukan juga Ban

  • Suamiku Jadul   Wak Haji Kena Batunya

    Dua teman pemuda itu akhirnya datang juga, satu lelaki sudah agak tua, satu lagi masih kelihatan muda. Mereka lalu duduk bersila di rumah pemuda yang bernama Min tersebut."Begini, Bapak-bapak, semen yang kalian angkut itu adalah semen untuk pembangunan pesantren," kata Bang Parlin memulai pembicaraan."Kami tahu, Bang, aku sebagai sopir dan pemilik truk selalu hati-hati menerima pekerjaan," jawab pria yang agak tua."Hati-hati bagaimana?" tanyaku kemudian."Sebelum saya terima orderan, saya harus pastikan itu bukan barang curian, , Wak Haji menjamin, memang dia pengelola pesantren tersebut, nama pesantrennya saja nama dia," jawab pria itu, "lagian dia haji lo, masa kami gak percaya," sambungnya lagi."Iya, betul, tapi ini jebakan untuk kalian dia kesulitan dana lanjutan pembangunan, aduh, bagaimana ya menjelaskannya?" Bang Parlin sepertinya bingung."Tapi masa dicuri punya sendiri? gak masuk logika?" kata Pria itu lagi"Bukan punya sendiri, punya pesantren, dulu aku yang jadi ketua p

  • Suamiku Jadul   Anak Bupati Diculik

    "Bang, lihat ini," kataku pada Bang Parlin seraya menunjukkan chat dari bupati."Bupati yang gerak cepat ya, belum ditanya dia sudah lapor duluan," kata Bang Parlin."Anaknya hilang lo, Bang," kataku lagi."Iya, anaknya hilang, seharusnya lapor polisi, ini laporan ke istri orang," kata Bang Parlin."Apa, Mak, Salsabila hilang?" kata Ucok seraya melihat isi HP-ku "Iya, katanya kabur dari sekolah," jawabku."Ayo kita cari, Yah," kata Ucok."Hilangnya baru tadi siang, bentar lagi pasti pulang," kata Bang Parlin."Ayah kok gitu, gak peduli kali?" tanya Ucok "Dia anak bupati, Cok, banyak yang peduli, gak usah kita cari pun banyak yang cari," kata Bang Parlin.Ucok yang justru jadi sibuk, beberapa kali dia coba hubungi Salsabila, akan tetapi HP-nya tidak aktif. Ucok tampak gelisah."Ayo kita cari, Yah," kata Ucok lagi.Ucok seperti makin gelisah, akan tetapi Bang Parlin cuek saja. Entah kenapa Bang Parlin ini, dia seperti kehilangan kepeduliannya. "Jangan-jangan Butet ikut hilang?" kata

  • Suamiku Jadul   Mendadak Detektif

    "Kenapa harus istriku?" tanya Bang Parlin lagi."Maaf, jika memang tidak bersedia, kami tidak bisa memaksa, ini memang berbahaya," kata seorang polisi berbaju kameja putih."Baik, saya bersedia," kataku kemudian.Bang Parlin langsung menarik tanganku untuk menjauh. "Dek, ini berbahaya, lagian ini bukan urusan kita, biar saja polisi yang urus," kata Bang Parlin."Aku penasaran, Bang, kenapa harus aku?" kataku kemudian."Itulah, karena mereka kenal Adek, tidak usahlah," kata Bang Parlin lagi."Gak apa-apa, Bang, tenang saja," kataku kemudian.Seorang polisi lalu membawaku ke ruangan khusus, polisi wanita memasangkan semacam kamera kecil di tas yang kubawa."Bu Nia, mohon maaf melibatkan Anda, tapi pelakunya berarti orang yang kenal Anda, bisa berikan gambaran kira-kira siapa yang dicurigai?" kata polisi tersebut.Aku lalu berpikir, siapa kira-kira, Wak Haji kah? Mungkin Wak itu tidak terima kami mempermainkannya. Akan tetapi aku ragu Wak Haji sampai menculik, anak bupati lagi. Ini buka

  • Suamiku Jadul   Meminjam Otak Butet

    Sudah ada kapal menunggu kami, sepertinya memang sudah disediakan. Transaksi akan dilaksanakan di tengah laut. Kami sekeluarga ikut naik kapal kecil tersebut. Dua tas besar berisi uang diangkat Bang Parlin dan Ucok.Tanpa banyak tanya kami dibawa entah ke mana. Lalu berhenti di dekat kapal lain."Sini uangnya," teriak seseorang dari kapal lain tersebut."Bebaskan dulu sandera," kataku bergaya bak mafia.Mereka lalu menunjukkan video di hp, tampak Salsabila sudah dibebaskan dan sudah bersama orang tuanya. "Boleh tahu siapa kalian?" tanya Bang Parlin."Hahaha, lucu, mana boleh tahu," jawab pria tersebut."Udah, cepat berikan uangnya?" kata seseorang lagi."Maaf, Bang, kami sebetulnya tidak peduli siapa kalian, toh tugas kami hanya mengantar, tapi kami sekeluarga lagi taruhan, kataku kalian suruhan bupati, kata istriku kalian suruhan ibunya anak itu, anakku ini bilang kalian suruhan Salsabila, yang ini bilang kalian polisi," kata Bang Parlin."Cepatlah, lempar kemari uangnya,' teriak se

  • Suamiku Jadul   Wak Haji Belum Tamat

    Ternyata Raja serius, dia mau pinjam Butet untuk diskusi. Entah apa yang membuat Raja minta diskusi dengan anak SMP. (Boleh, tapi harus kami dampingi) balasku akhirnya.(Ok, kami yang datang ke sana, atau kalian yang datang ke mari) pesan dari Raja lagi.(Ini lagi menunggu sekolahnya diliburkan karena penculikan itu. Jadi, jika Butet sudah mau masuk sekolah, kami antar ke sana) pesanku kemudian.Keesokan harinya, belum ada kabar dari guru. Sekolah tetap diliburkan karena kasus ini jadi geger, bagaimana tidak geger? Anak bupati diculik di lingkungan sekolah tersebut, sementara sekolah itu salah satu sekolah paling elit se-kabupaten. Anak pejabat banyak yang menimba ilmu di situ."Bang, si Raja kirim pesan, katanya dia mau pinjam Butet," laporku pads Bang Parlin, saat itu kami lagi berduaan di kamar. Hari sudah malam, sekolah mengaji sudah tutup."Mau ngapain pinjam Butet?" tanya Bang Parlin."Katanya mau diskusi seputar kasus penculikan itu," kataku lagi."Lah, kepolisian kekurangan a

  • Suamiku Jadul   Kades Juga Manusia

    Suasana jadi tegang, Wak Haji tetap tidak memperbolehkan jenazah dibawa ke masjid untuk disalatkan. Dia tetap bersikukuh fardu kifayah yang pertama dan kedua tidak sah. Keluarga yang kemalangan jadi emosi, sempat terjadi adu mulut, akan tetapi Wak Haji serta beberapa orang pengikutnya tetap pada pendirian. Wak Haji benar-benar sudah hitam hatinya, segala cara dia lakukan untuk menjatuhkan kami.Akhirnya jenazah tidak dibawa ke masjid, Bang Parlin menyarankan untuk disalatkan di rumah saja. Aku makin geram sama Wak Haji ini."Baik, Wak Haji, kita perang," kataku pada pria tua tersebut."Baik, kita lihat mana yang diikuti masyarakat, ulama teraniaya atau pemimpin zalim," kata Wak Haji.Aku benar-benar sudah marah kali ini, belum pernah aku semarah ini pada wargaku."Tunggu saja, Wak," kataku seraya beranjak dari hadapannya.Baru kali ini dalam sejarah desa ini ada jenazah tidak bisa disalatkan di mesjid. Bahkan yang meninggal bunuh diri masih disalatkan. Wak Haji ini benar-benar ngajak

  • Suamiku Jadul   Kades Vs Penghulu

    Suasana rapat jadi riuh, setelah Wak Haji berkata begitu, seperti banyak yang mendukung. Memang tidak bisa dipungkiri, peran Wak Haji di desa sangat banyak, akan tetapi untuk semua pekerjaannya itu dapat bayaran. Jika ada yang meninggal dunia, dia berperan sebagai bilal mayit, jika ada yang nikahan dia berperan sebagai penghulu. Dia juga yang sering baca doa jika ada acara."Saya sudah siapkan pengganti Wak Haji, bukan cuma satu, tapi tiga sekaligus, mereka sudah lulus pesantren, sudah tahu semuanya," kata Bang Parlin seraya menunjuk tiga anak angkatnya."Saya juga sudah persiapkan pengganti kepala desa, pemimpin itu wajib laki-laki, ibaratnya imam salat, haram hukumnya perempuan mengimami laki-laki. Apakah kita mau selamanya berbuat haram?" Wak Haji sepertinya take mau kalah."Sebaiknya masalah ini kita bawa ke pusat, kita serahkan pada bupati," usul seseorang."Tidak bisa, ini masalah masyarakat, bukan masalah bupati, lagi pula bupati itu temannya," Wak Haji langsung menyanggah."Ka

Latest chapter

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status