Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 221 - Chapter 230

528 Chapters

Teori Darwin

ParliNia 2Part 39Ini untuk pertama kali aku sampai dipanggil ke sekolah, Ucok sama sekali tak pernah berulah. Entah apa yang sudah dilakukan Butet. Kutelepon Bang Parlin, suamiku itu pun datang menjemputku ke kantor kepala desa. Dia membawa mobil bak terbuka yang biasa kami pakai membawakan sawit. Lalu kami berangkat bersama ke sekolah."Kenapalah kira-kira si Butet ini?" tanya Bang Parlin. "Gak tau, Bang, gurunya gak mau bilang," jawabku."Mulut si Butet itu terlalu laju, Dek," kata Bang Parlin lagi."Iya, Bang, aku jadi khawatir sekali, cepatlah, Bang," kataku kemudian.Sekolah itu terletak di ibukota kecamatan, sekitar empat puluh lima menit naik mobil dari desa kami. Saat kami sampai. Seorang securiti mengarahkan kami langsung ke ruangan BK. Ketika kami sampai di ruangan itu, terlihat Butet duduk, begitu melihat kami dia langsung menangis. Ini sesuatu yang jarang, biarpun dia anak perempuan, akan tetapi dia jarang menangis."Ada apa ya, Bu?" tanyaku pada gutu BK tersebut. Ter
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

Bab Akhir

ParliNia 2Part 40.Butet terlihat semangat untuk pindah sekolah, akan tetapi aku justru sedih. Sekolah favorit itu ada di kota, sistem asrama pula. Mereka menyebutnya SMP-IT. Itu artinya Butet akan tinggal di asrama, di ibukota kabupaten pula. Apakah aku sudah siap melepas Butet?"Bang, sebaiknya cari sekolah lain untuk Butet, jangan yang dibilang pak bupati," kataku pada Bang Parlin."Iya, Dek, satu hari gak dengar ocehannya sudah rindu, apalagi dia tinggal di asrama," kata Bang Parlin."Entahlah, Bang, apakah Butet sudah bisa mandiri?" kataku lagi."Itulah, Abang juga berat melepasnya, tapi di sini sekolah SMP hanya itu, ada pun satu lagi di kecamatan sebelah, jauh," kata Bang Parlin.Ketika kami diskusikan hal itu dengan Butet, dia malah lebih semangat pindah sekolah ke kota. "Aku kan sudah bisa nyuci baju sendiri, Mak," kata Butet."Hidup itu bukan hanya nyuci, Butet," jawabku."Iya juga, Mak, tapi aku yakin bisa, tenang aja, Mak," kata Butet.Dengan berat hati, kamu akhirnya
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Curhat

ParliNia Bang Parlin punya kesibukan baru, dia jadi panitia pembangunan pesantren di desa kami. Pesantren yang bernama Pesantren Modern Sawit Nauli itu dibangun di bekas tempat hiburan malam. Hermansyah menyumbang tanah, Bupati ikut menggalang dana. Akan tetapi masalah timbul dari desa kami sendiri. Adalah Wak Haji Syaifudin, orang yang dituakan di desa itu tidak setuju dengan pembangunan pesantren tersebut."Minyak sama air itu tidak bisa dicampur, mendirikan pesantren di tempat maksiat tidak akan berkah. Tak adalah lokasi lain?" Begitu Alasan Wak Haji- begitulah bapak ini biasa disapa."Apakah ada dalilnya yang mengharamkan, Wak Haji? " tanya Bang Parlin, saat itu kami lagi musyawarah desa atas permintaan Wak Haji ini.Wak Haji Syaifudin berdiri, dia kemudian memandang seluruh peserta rapat tersebut."Dengar hadis ini dulu ya, saya tidak asal berucap, Abu Hurairah berkata, "Kami istirahat malam ketika safar bersama Nabi Muhammad SAW, kami tidak bangun di waktu Subuh sampai terbit
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

Bupati Galau

Bupati GalauBang Parlin menatapku lalu menatap layar ponsel tersebut. Lalu dia menatap Ucok. Entah apa yang mau dikatakan Bang Parlin sampai harus menghentikan mobil."Nanti kita bicara di rumah," kata Bang Parlin.Mungkin Bang Parlin cemburu bupati curhat padaku, akan tetapi dia tidak bisa berkata-kata karena ada Ucok. Sepanjang perjalanan pulang Bang Parlin terus diam. Ucok pun kembali tidur. Ketika kami sampai di rumah, hari sudah menjelang malam. Kami langsung mandi dan salat magrib berjamaah. Setelah selesai salat magrib, Ucok ke samping rumah, di mana ada sekolah mengaji kami. "Dek, ini sudah tidak beres, kenapa bupati sampai curhat padamu, heh?" kata Bang Parlin."Aku mana tau, Bang?" jawabku seraya angkat bahu."Kok gak tau, kan HP-mu, berarti kalian sudah sering chat," kata Bang Parlin lagi."Gak kok," "Jadi apa maksudnya ini, kenapa curhat masalah rumah tangga pada istri orang kenapa kamu terima?" suara Bang Parlin makin keras."Tidak tahu, Bang, tidak tahu," kataku kem
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Butet Luar Biasa

Butet Luar Biasa"Bang, apa ini, kok bupati chat bilang terima kasih," kataku setelah mengikuti Bang Parlin ke kamar."Bupati kita lagi galau, jadi Abang berikan nasihat jitu," jawab Bang Parlin."Mana dia chat-nya?" tanyaku lagi."HP-mu canggih kali, Abang salah klik akhirnya hilang,' kata Bang Parlin lagi Apa kira-kira nasihat Bang Parlin sampai membuat bupati berterima kasih? "Abang bilang apa?" tanyaku lagi."Ya, biasa, Dek, nasihat pernikahan," jawab Bang Parlin.Aku berbaring di samping Bang Parlin dengan HP masih di tangan, penasaran juga apa yang Bang Parlin bilang. "Betul juga ya kata orang, jabatan, harta, bukan jaminan kebahagiaan," kata Bang Parlin."Iya, Bang," "Tapi tanpa harta sulit untuk bahagia, aku sudah rasakan itu," kata Bang Parlin lagi."Iya, Bang,""Seperti Wak Haji, dia tidak iri orang punya kebun sawit luas, rumah cantik, tapi ketika orang mau bangun pesantren dia langsung iri, harus dia yang paling bisa berbuat dalam hal keagamaan,""Betul, Bang, aku juga
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Wak Haji

Wak Haji Aku langsung menarik tangan Butet, bukan hanya karena dia langsung protes. Dia bicara sama Wak Haji tanpa pakai Haji, Hanya Wak saja. Aku saja yang kepala desa bicara tanpa haji, Wak itu marah. Apalagi anak remaja seperti Butet."Padahal karaoke itu dekat rumah Wak, Wak tidak protes, sampai digerebek polisi, Wak diam saja. Orang mau bangun pesantren, Wak pula keberatan," Butet masih bicara, padahal aku sudah coba memeganginya.Wak haji justru tidak menanggapi, dia seperti pura-pura tidak dengar. Dia lanjut bicara dengan bapak Bupati."Beribadah di tempat maksiat itu hukumnya makruh, Pak Bupati, jelas hadisnya, Rasulullah bahkan tidak salat subuh karena lagi berada di lokasi yang dijadikan orang tempat maksiat," kata Wak Haji lagi.Bupati justru melihat Butet, lalu bupati itu membukakan tangannya sebelah, seperti menyuruh Butet berbicara."Iya, Wak, betul itu, tapi itu bukan tempat maksiat, akan tetapi bekas, bekas ya, Wak, sedangkan mantan pelaku maksiat saja boleh bertobat
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Anak Titipan Bupati

Ditaksir BupatiRisih juga mendengar bupati yang ingin bicara berdua, ini sudah tidak benar. Tidak mungkin aku bicara berdua, sementara aku orang yang sudah punya suami. Biar dia bupati sekalipun."Bicara di sini saja, Pak," jawabku kemudian.Dia melihat anaknya yang terus nempel di dekatnya, oh, aku mulai paham, mungkin pembicaraan yang tidak boleh didengar anak kecil, bukan yang tidak boleh didengar Bang Parlin. Sementara Bang Parlin masih di warung, dia tampak berbicara serius dengan pemilik warung tersebut. "Masuk mobil duluan, Salsabila," perintah Bupati pada anaknya. Anak sebaya Butet itu menurut perkataan ayahnya."Begini, Bu Nia, saya mau minta tolong Salsabila kutitipkan di sini dulu, kami mau bicarakan hubungan kami, membicarakan bagi harta gono gini, aku tidak ingin Salsabila melihat itu semua, jadi dia di sini saja dulu sama Butet, bolehkah?" kata Bupati."Boleh, Pak, boleh," jawabku kemudian."Aku khawatir perceraian ini merusak mental Salsabila, kalau dua abangnya suda
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Ambisi Besar Dana Kurang

Wak Haji tampak marah sekali, atau anak-anakku memang kurang ajar? begitu sulit bagi mereka menyebut Wak Haji. Padahal sudah pernah kuingatkan.Pembangunan belum dimulai, Wak Haji seperti sudah kesulitan dana. Untuk biaya mengangkut materialnya saja dia tidak mau memakai uang pribadinya. Sehingga sampai dua hari kemudian material bangunan itu belum diangkut ke tanahnya.Hari itu kami sekeluarga pergi ke kebun, karena anak bupati ada di rumah, dia ikut kami ke kebun. Sepanjang jalan dia terus saja siaran langsung. Sampai di kebun Ucok dan Bang Parlin membawa Rembo dan tiga sapi lain ke pinggir sungai. Tempat kami biasa liburan tipis-tipis. Sudah lama juga aku tidak ke mariBatu itu masih ada di bukit, Ukiran Ni Ya juga masih terlihat jelas. Pondok yang berada di bukit itu juga masih ada."Ada pondok di atas!" seru Salsabila sambil menunjuk bukit."Itu proyek gagal," jawab Butet."Proyek gagal bagaimana?" Salsabila masih bertanya."Ya, gagal, gak jadi, tadinya kami mau bangun taz mahal
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Ketika Bang Parlin Marah

****Ucok ini sudah keterlaluan, Salsabila masih tiga belas tahun. Itu pula dia incar pakai acara makan bakso segala."Aku mau ikut gak dikasih Abang, Mak," kata Butet lagi.Kuambil HP, niatnya mau nelepon Ucok, akan tetapi belum sempat aku nelepon mereka sudah pulang. Berjalan kaki sambil berpegangan tangan terlihat di ujung jalan."Astaghfirullah," aku istighfar.Dari jauh sudah kelihatan Ucok, mereka sudah tak berpegangan tangan lagi. Belum sempat aku bicara. Salsabila yang duluan bicara."Aku tadi pengen bakso, Tante, kuajak Ucok, aku yang bayar kok," kata Salsabila.Tadinya aku sudah mau marah-marah, akan tetapi melihat wajah keduanya aku jadi tak tega. Akan kunasehati anakku setelah Salsabila pergi.Aku jadi merasa Salsabila tak bisa tinggal di rumah kami, remaja yang rasa ingin tahunya sangat besar, aku takut Ucok dan Salsabila berbuat yang tidak-tidak, apalagi mereka dalam satu rumah. Sementara libur panjang masih tiga hari lagi."Tet, kau temani si Salsabila ya, jangan biarka
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Terjebak Di Antara Dua Pilihan

Wak Haji masih menunduk, mungkin dia sudah kena mental karena ocehan Butet. Dia lalu berdiri lalu melihat ke arah Bang Parlin yang sudah marah."Baiklah, Parlin, aku menyerah, kukembalikan padamu semua," kata Wak Haji."Ya, memang mau saya ambil alih," kata Bang Parlin."Begini Parlin, tolong hargai saya, tolong namanya pakai nama saya, pondok pesantren kyai haji Syaifuddin Lubis. Itu impian saya sejak dulu," kata Wak Haji lagi."Apalah arti sebuah nama, Wak Haji?" kata Bang Parlin."Kau tidak akan mengerti Parlin, ini semua berkasnya, namanya sudah diganti," kata Wak Haji lagi.Begitu pentingnya sama Wak Haji masalah nama ini, dia sampai marah jika dipanggil tanpa pakai haji, kini dia mau ambil alih pembangunan pesantren hanya karena dia ingin namanya jadi abadi di pondok pesantren tersebut."Maaf, Wak Haji, kami tidak bisa janji," kata Bang Parlin."Kami permisi dulu, Wak Haji," kataku kemudian seraya mengambil semua berkasnya itu.Kami pulang dari rumah Wak Haji, masih berjalan kak
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
53
DMCA.com Protection Status