Home / Urban / Suamiku Jadul / Bab Akhir

Share

Bab Akhir

Author: Bintang Kejora
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

ParliNia 2

Part 40.

Butet terlihat semangat untuk pindah sekolah, akan tetapi aku justru sedih. Sekolah favorit itu ada di kota, sistem asrama pula. Mereka menyebutnya SMP-IT. Itu artinya Butet akan tinggal di asrama, di ibukota kabupaten pula. Apakah aku sudah siap melepas Butet?

"Bang, sebaiknya cari sekolah lain untuk Butet, jangan yang dibilang pak bupati," kataku pada Bang Parlin.

"Iya, Dek, satu hari gak dengar ocehannya sudah rindu, apalagi dia tinggal di asrama," kata Bang Parlin.

"Entahlah, Bang, apakah Butet sudah bisa mandiri?" kataku lagi.

"Itulah, Abang juga berat melepasnya, tapi di sini sekolah SMP hanya itu, ada pun satu lagi di kecamatan sebelah, jauh," kata Bang Parlin.

Ketika kami diskusikan hal itu dengan Butet, dia malah lebih semangat pindah sekolah ke kota.

"Aku kan sudah bisa nyuci baju sendiri, Mak," kata Butet.

"Hidup itu bukan hanya nyuci, Butet," jawabku.

"Iya juga, Mak, tapi aku yakin bisa, tenang aja, Mak," kata Butet.

Dengan berat hati, kamu akhirnya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (44)
goodnovel comment avatar
Ella Moechtar
Sedih tau” Ud tamat aj Ditggu utk sinetronnya ...
goodnovel comment avatar
Tutis AR
byk novel yg sy baca baik buku ataupun online, ini salah satu kesukaan saya, inspiratif, ada suka duka yg dikemas dgn pas menurut sy, selamat ya tuk penulis
goodnovel comment avatar
rhaz mart
ak juga nu ggu sinetronny
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Jadul   Curhat

    ParliNia Bang Parlin punya kesibukan baru, dia jadi panitia pembangunan pesantren di desa kami. Pesantren yang bernama Pesantren Modern Sawit Nauli itu dibangun di bekas tempat hiburan malam. Hermansyah menyumbang tanah, Bupati ikut menggalang dana. Akan tetapi masalah timbul dari desa kami sendiri. Adalah Wak Haji Syaifudin, orang yang dituakan di desa itu tidak setuju dengan pembangunan pesantren tersebut."Minyak sama air itu tidak bisa dicampur, mendirikan pesantren di tempat maksiat tidak akan berkah. Tak adalah lokasi lain?" Begitu Alasan Wak Haji- begitulah bapak ini biasa disapa."Apakah ada dalilnya yang mengharamkan, Wak Haji? " tanya Bang Parlin, saat itu kami lagi musyawarah desa atas permintaan Wak Haji ini.Wak Haji Syaifudin berdiri, dia kemudian memandang seluruh peserta rapat tersebut."Dengar hadis ini dulu ya, saya tidak asal berucap, Abu Hurairah berkata, "Kami istirahat malam ketika safar bersama Nabi Muhammad SAW, kami tidak bangun di waktu Subuh sampai terbit

  • Suamiku Jadul   Bupati Galau

    Bupati GalauBang Parlin menatapku lalu menatap layar ponsel tersebut. Lalu dia menatap Ucok. Entah apa yang mau dikatakan Bang Parlin sampai harus menghentikan mobil."Nanti kita bicara di rumah," kata Bang Parlin.Mungkin Bang Parlin cemburu bupati curhat padaku, akan tetapi dia tidak bisa berkata-kata karena ada Ucok. Sepanjang perjalanan pulang Bang Parlin terus diam. Ucok pun kembali tidur. Ketika kami sampai di rumah, hari sudah menjelang malam. Kami langsung mandi dan salat magrib berjamaah. Setelah selesai salat magrib, Ucok ke samping rumah, di mana ada sekolah mengaji kami. "Dek, ini sudah tidak beres, kenapa bupati sampai curhat padamu, heh?" kata Bang Parlin."Aku mana tau, Bang?" jawabku seraya angkat bahu."Kok gak tau, kan HP-mu, berarti kalian sudah sering chat," kata Bang Parlin lagi."Gak kok," "Jadi apa maksudnya ini, kenapa curhat masalah rumah tangga pada istri orang kenapa kamu terima?" suara Bang Parlin makin keras."Tidak tahu, Bang, tidak tahu," kataku kem

  • Suamiku Jadul   Butet Luar Biasa

    Butet Luar Biasa"Bang, apa ini, kok bupati chat bilang terima kasih," kataku setelah mengikuti Bang Parlin ke kamar."Bupati kita lagi galau, jadi Abang berikan nasihat jitu," jawab Bang Parlin."Mana dia chat-nya?" tanyaku lagi."HP-mu canggih kali, Abang salah klik akhirnya hilang,' kata Bang Parlin lagi Apa kira-kira nasihat Bang Parlin sampai membuat bupati berterima kasih? "Abang bilang apa?" tanyaku lagi."Ya, biasa, Dek, nasihat pernikahan," jawab Bang Parlin.Aku berbaring di samping Bang Parlin dengan HP masih di tangan, penasaran juga apa yang Bang Parlin bilang. "Betul juga ya kata orang, jabatan, harta, bukan jaminan kebahagiaan," kata Bang Parlin."Iya, Bang," "Tapi tanpa harta sulit untuk bahagia, aku sudah rasakan itu," kata Bang Parlin lagi."Iya, Bang,""Seperti Wak Haji, dia tidak iri orang punya kebun sawit luas, rumah cantik, tapi ketika orang mau bangun pesantren dia langsung iri, harus dia yang paling bisa berbuat dalam hal keagamaan,""Betul, Bang, aku juga

  • Suamiku Jadul   Wak Haji

    Wak Haji Aku langsung menarik tangan Butet, bukan hanya karena dia langsung protes. Dia bicara sama Wak Haji tanpa pakai Haji, Hanya Wak saja. Aku saja yang kepala desa bicara tanpa haji, Wak itu marah. Apalagi anak remaja seperti Butet."Padahal karaoke itu dekat rumah Wak, Wak tidak protes, sampai digerebek polisi, Wak diam saja. Orang mau bangun pesantren, Wak pula keberatan," Butet masih bicara, padahal aku sudah coba memeganginya.Wak haji justru tidak menanggapi, dia seperti pura-pura tidak dengar. Dia lanjut bicara dengan bapak Bupati."Beribadah di tempat maksiat itu hukumnya makruh, Pak Bupati, jelas hadisnya, Rasulullah bahkan tidak salat subuh karena lagi berada di lokasi yang dijadikan orang tempat maksiat," kata Wak Haji lagi.Bupati justru melihat Butet, lalu bupati itu membukakan tangannya sebelah, seperti menyuruh Butet berbicara."Iya, Wak, betul itu, tapi itu bukan tempat maksiat, akan tetapi bekas, bekas ya, Wak, sedangkan mantan pelaku maksiat saja boleh bertobat

  • Suamiku Jadul   Anak Titipan Bupati

    Ditaksir BupatiRisih juga mendengar bupati yang ingin bicara berdua, ini sudah tidak benar. Tidak mungkin aku bicara berdua, sementara aku orang yang sudah punya suami. Biar dia bupati sekalipun."Bicara di sini saja, Pak," jawabku kemudian.Dia melihat anaknya yang terus nempel di dekatnya, oh, aku mulai paham, mungkin pembicaraan yang tidak boleh didengar anak kecil, bukan yang tidak boleh didengar Bang Parlin. Sementara Bang Parlin masih di warung, dia tampak berbicara serius dengan pemilik warung tersebut. "Masuk mobil duluan, Salsabila," perintah Bupati pada anaknya. Anak sebaya Butet itu menurut perkataan ayahnya."Begini, Bu Nia, saya mau minta tolong Salsabila kutitipkan di sini dulu, kami mau bicarakan hubungan kami, membicarakan bagi harta gono gini, aku tidak ingin Salsabila melihat itu semua, jadi dia di sini saja dulu sama Butet, bolehkah?" kata Bupati."Boleh, Pak, boleh," jawabku kemudian."Aku khawatir perceraian ini merusak mental Salsabila, kalau dua abangnya suda

  • Suamiku Jadul   Ambisi Besar Dana Kurang

    Wak Haji tampak marah sekali, atau anak-anakku memang kurang ajar? begitu sulit bagi mereka menyebut Wak Haji. Padahal sudah pernah kuingatkan.Pembangunan belum dimulai, Wak Haji seperti sudah kesulitan dana. Untuk biaya mengangkut materialnya saja dia tidak mau memakai uang pribadinya. Sehingga sampai dua hari kemudian material bangunan itu belum diangkut ke tanahnya.Hari itu kami sekeluarga pergi ke kebun, karena anak bupati ada di rumah, dia ikut kami ke kebun. Sepanjang jalan dia terus saja siaran langsung. Sampai di kebun Ucok dan Bang Parlin membawa Rembo dan tiga sapi lain ke pinggir sungai. Tempat kami biasa liburan tipis-tipis. Sudah lama juga aku tidak ke mariBatu itu masih ada di bukit, Ukiran Ni Ya juga masih terlihat jelas. Pondok yang berada di bukit itu juga masih ada."Ada pondok di atas!" seru Salsabila sambil menunjuk bukit."Itu proyek gagal," jawab Butet."Proyek gagal bagaimana?" Salsabila masih bertanya."Ya, gagal, gak jadi, tadinya kami mau bangun taz mahal

  • Suamiku Jadul   Ketika Bang Parlin Marah

    ****Ucok ini sudah keterlaluan, Salsabila masih tiga belas tahun. Itu pula dia incar pakai acara makan bakso segala."Aku mau ikut gak dikasih Abang, Mak," kata Butet lagi.Kuambil HP, niatnya mau nelepon Ucok, akan tetapi belum sempat aku nelepon mereka sudah pulang. Berjalan kaki sambil berpegangan tangan terlihat di ujung jalan."Astaghfirullah," aku istighfar.Dari jauh sudah kelihatan Ucok, mereka sudah tak berpegangan tangan lagi. Belum sempat aku bicara. Salsabila yang duluan bicara."Aku tadi pengen bakso, Tante, kuajak Ucok, aku yang bayar kok," kata Salsabila.Tadinya aku sudah mau marah-marah, akan tetapi melihat wajah keduanya aku jadi tak tega. Akan kunasehati anakku setelah Salsabila pergi.Aku jadi merasa Salsabila tak bisa tinggal di rumah kami, remaja yang rasa ingin tahunya sangat besar, aku takut Ucok dan Salsabila berbuat yang tidak-tidak, apalagi mereka dalam satu rumah. Sementara libur panjang masih tiga hari lagi."Tet, kau temani si Salsabila ya, jangan biarka

  • Suamiku Jadul   Terjebak Di Antara Dua Pilihan

    Wak Haji masih menunduk, mungkin dia sudah kena mental karena ocehan Butet. Dia lalu berdiri lalu melihat ke arah Bang Parlin yang sudah marah."Baiklah, Parlin, aku menyerah, kukembalikan padamu semua," kata Wak Haji."Ya, memang mau saya ambil alih," kata Bang Parlin."Begini Parlin, tolong hargai saya, tolong namanya pakai nama saya, pondok pesantren kyai haji Syaifuddin Lubis. Itu impian saya sejak dulu," kata Wak Haji lagi."Apalah arti sebuah nama, Wak Haji?" kata Bang Parlin."Kau tidak akan mengerti Parlin, ini semua berkasnya, namanya sudah diganti," kata Wak Haji lagi.Begitu pentingnya sama Wak Haji masalah nama ini, dia sampai marah jika dipanggil tanpa pakai haji, kini dia mau ambil alih pembangunan pesantren hanya karena dia ingin namanya jadi abadi di pondok pesantren tersebut."Maaf, Wak Haji, kami tidak bisa janji," kata Bang Parlin."Kami permisi dulu, Wak Haji," kataku kemudian seraya mengambil semua berkasnya itu.Kami pulang dari rumah Wak Haji, masih berjalan kak

Latest chapter

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status