Share

Ikhlaskan Suami Nikah Lagi

Pembicaraan dengan ibu itu membuat aku berpikir, aku memang tidak akan pernah bisa seikhlas itu. Ikhlas seperti itu mungkin tidak akan pernah bisa kuraih.

Saat pulang dari sekolah Ucok, aku langsung ke kantor, sudah ada lagi Wak Haji di kantor menungguku. Berurusan dengan orang tua ini benar-benar menguras emosi.

"Sapi saja sudah mulai cari makan, ayam sudah lama bangun, kamu belum masuk kantor sampai jam sembilan," kata Wak Haji begitu aku datang.

"Maaf ya, Wak, aku atasan di sini, kepala desa, gak senang silakan pergi," aku kesal juga akhirnya, datang-datang sudah diomeli.

"Begitu cara pemimpin menghadapi kritik rakyatnya?" Wak Haji masih saja mengomel.

"Ya, begitulah, mau apa tadi, Wak?" tanyaku kemudian.

"Begini, itu tanah saya yang di simpang tiga itu mau saya wakafkan," kata Waktu Haji.

"Oh, Alhamdulillah,"

"Tolong dulu urus suratnya,"

"Baik, Wak, tolong lengkapi berkasnya," jawabku kemudian.

"Ini semua berkasnya, dasar kepala desa pemalas, belum lihat sudah bilang lengkapi,"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (40)
goodnovel comment avatar
Ansyahri Romadhon
Menurut saya bukan buk nia atau pak parlin yang tidak bisa memaafkan,, mungkin ibuk dewan itu sudah kena gejala stres,, sakit nya pura-pura.. Logika nya sakit kan cuma yang punya badan yang bisa merasakan, orang lain mana bisa,,,, lanjut kan thor.
goodnovel comment avatar
carsun18106
nia kek udh males nanggepinnya ya jd iya iya aja biar cepet kali
goodnovel comment avatar
carsun18106
jd suuzon lg deh bang parlin suka chat2an bu dewan berbalas pantun giti dr dulu hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status