“Ya, andai bisa berulang, aku akan pulang secepatnya setelah bertugas di Wedari Praja agar bisa turut melindungi Kakekmu,” ratap Prabu Ranajaya, kelopak matanya sudah digenangi cairan bening yang akan segera meluncur bila tak ditahan pemiliknya. “Jadi, apa sampai sekarang tak ada kejelasan siapa dalangnya, Gusti?” Arya masih berusaha menahan emosinya. Getaran pada pada suaranya mencirikan hal itu. “Siapa lagi kalau bukan Baka Nirdaya?” Ucapan Prabu Ranajaya membuat Arya tersentak. “Mereka orang-orang yang tak puas dengan kepemimpinan Kakekmu, lalu menghasut banyak pendekar tangguh seperti Ayahandamu agar mendukung mereka.” Kelicikan pria di sisi Arya benar-benar kasar. Ia berujar seolah Arya tak memiliki hubungan dekat dengan orang-orang Baka Nirdaya. Orang ini tak mengerti bahwa para pendekar itu rela mati demi menumpas tirani. Sedang dia hanya meminta orang lain mati untuk mempertahankan kedudukannya. “Sudah, tak usah kau pikirkan. Baka Nirdaya sudah dipukul mundur. Butuh waktu b
Read more