Share

94. Astakencana

“Sudah lama aku menantimu, Gusti Patih Arya Nandika!” sambut Adipati Kertajaya di kediamannya, sebuah Kadipaten di sebelah selatan wilayah Astagina. Daerah itu memiliki ciri dikelilingi oleh tebing-tebing batu yang indah. Berimbang dengan sebutan ‘Lumbung Padi’ Astagina.

Kedua laki-laki berbeda usia itu segera masuk ke dalam bangunan megah Astakencana. Adipati Kertajaya mempersilahkan Arya untuk duduk di sebuah kursi mewah dengan banyak hidangan di atas meja.

“Adipati, terima kasih sudah menyambutku. Tapi maaf, hidangan seperti ini juga ada di Astagina. Apakah kau bisa menunjukkan padaku keindahan Astakencana ini?” pinta Arya sekaligus menolak secara halus.

“Tentu saja, Gusti. Mari ikut aku!”

Adipati Kertajaya memberikan isyarat pada beberapa prajurit. Seorang lelaki berpakaian paling berbeda datang kepadanya dengan penuh hormat. Lalu memasang telinganya untuk mendengar bisikan junjungannya. Lelaki itu mengangguk dan minta undur diri.

Mereka berdua berjalan perlahan menuju sebuah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status