“Terlalu dini untuk menyebut ini Suji Pati. Jenar masih harus menyesuaikan diri. Tapi sejauh ini terlihat bagus,” puji Sanggageni. Kedua pria itu masih terus memperhatikan tiap gerakan Jenar buah dari kekuatan tusuk konde keemasan milik Gantari. Meski gerakan Jenar terlihat kaku dan terpaksa, namun perlahan-lahan gadis itu mulai menemukan iramanya. Panik di wajahnya sudah jauh berkurang. Namun masih begitu banyak tanya yang tak belum dapat ia temukan jawabannya. “Apa kau benar-benar bermaksud menjadikan Arya raja Astagina selanjutnya, Braja?” tanya Ki Bayanaka. Ia amat penasaran mengapa Sanggageni memberikan tusuk konde itu pada Jenar. “Aku sendiri tak tahu, Kakanda. Jika takdir menuntun Arya untuk menjadi raja Astagina, tentu aku tak akan menolak. Bagaimana pun putraku itu satu-satunya keturunan Prabu Wirajaya yang tersisa. Tak ada yang lebih pantas dari dia, bukan?” Ki Bayanaka mengangguk setuju. Meski masih sangat muda, Arya memiliki kecakapan yang cukup menjadi pemimpin. Keingi
Baca selengkapnya