“Jangan lepaskan, Arya!” lirih Rara Anjani. Namun Arya tak menghiraukannya. Hanya ada dua pilihan sekarang. Menikmati tubuh perempuan cantik ini atau berusaha menyelamatkan diri. Dan dengan terus mencumbunya, Arya sama sekali tak bisa berpikir jernih. “Kita sudah dikepung, Rara! Aku mendengar ada yang menyiramkan sesuatu ke dinding dan atap bilik! Kalau pun pengintai tahu aku hanya pura-pura terlena, kita sudah terlambat! Ranajaya akan membunuh kita berdua!” seru Arya. Pemuda itu melerai pelukan Rara Anjani. Perempuan itu bersungut dan merapikan sebagian pakaiannya yang terbuka. Arya berjalan cepat menuju pintu biliknya, terkunci dari luar. Pun begitu dengan jendela. Dan ia juga tak bisa menemukan busur Agnitama-nya. “Bedebah! Mereka sudah merencanakan ini!” rutuk Arya. “Ayo, Arya, berpikir!” pemuda itu berjalan mondar-mandir sambil memegangi kepalanya. Berharap ada ide bagus di tengah kondisi darurat seperti ini. Rara Anjani terduduk lemas tak bersemangat. Ia menuangkan segelas ai
Baca selengkapnya