Share

109. Penyesalan dan Harapan

Sakuntala berusaha bangkit. Namun Prabu Ranajaya menggenggam pergelangan kaki kirinya dengan erat. Tak bisa dilepaskan meski pemuda itu meronta-ronta sekuat tenaga. Beberapa kali bahkan ia hempaskan kaki kanannya ke kepala pria yang mulai terbakar itu. Tak ada lagi pergerakan dan suara dari Prabu Ranajaya.

“Prajurit! Apa yang kalian lihat? Tangkap pembunuh itu!” seru Senopati Sakuntala di tengah kepanikannya.

Prajurit-prajurit itu mulai meragu. Meski Arya adalah pembunuh Prabu Ranajaya, tapi ia tetap seorang Patih. Sedang orang yang baru saja memberi perintah memang seorang Senopati, tapi ia orang yang meninggalkan mereka dan raja mereka dalam bahaya tadi.

“Lihat lah, Sakuntala. Ini buah dari perbuatanmu. Tak ada yang menaruh hormat pada orang yang mementingkan diri sendiri!” seru Arya.

“Kurang ajar kalian!” teriak Senopati Sakuntala geram.

Sesungguhnya sekarang ia hanya ingin cengkeraman Prabu Ranajaya di kakinya terlepas. Tubuh penguasa Astagina itu sudah tak utuh lagi. Bahkan d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status