Beranda / Romansa / Menantu Penguasa / Bab 161 - Bab 170

Semua Bab Menantu Penguasa: Bab 161 - Bab 170

232 Bab

Chapter 161

“Kenapa?” tanya Zidane menatap Annisa yang terlihat cemas. “Ada masalah di kantor?” lanjutnya. “Nggak, Mas. Cuma masalah audit data. Karena ini sudah malam jadi besok saja bahasnya,” jawab Annisa tersenyum lebar. “Oh ....” “Mau lanjut pijat lagi, Mas?” tanya Annisa. “Iya, tapi sambil tiduran, ya. Mas ganti baju dulu,” jawab Zidane kemudian mengganti pakaian koko dan sarungnya. Annisa pun turut melepaskan mukena. Menyisakan pakaian tidurnya yang sudah melekat. Ia naik ke ranjang terlebih dahulu. Setelah itu disusul oleh Zidane. Annisa kembali melanjutkan pijatannya pada kepala sang suami. Zidane berbaring menghadap Annisa. Jadi mereka saling tatap satu sama lain. “Masalah berat pun akan terasa ringan kalau kaya gini. Dipijat sama kamu, lihat muka kamu.” “Apa, sih, Mas. Kamu setiap hari juga lihatnya muka aku. Emang ada wanita lain?” singgung Annisa menutupi groginya. “Ya nggak ada, Kia. Mas tidak akan berpaling dari kamu walau disuguhkan miss dunia sekalipun
Baca selengkapnya

Chapter 162

Annisa buru-buru berjalan cepat ke bahu jalan. Menghindari mobil yang melaju kencang ke arahnya. Mobil pun berlalu saat Annisa sudah berdiri dengan kaki gemetar di atas trotoar. “Astaghfirullah, hampir saja.” Jantung Annisa berdegup dua kali lipat ia hampir saja tertabrak mobil. “Lain kali hati-hati, Mbak. Jangan main hape kalau di tengah jalan,” tegur orang yang tadi meneriaki Annisa. “Iya, terima kasih.” Annisa masih syok. Ia memegangi dadanya yang bergemuruh. Tuhan masih mengizinkan Annisa hidup. Ia pun berjalan ke restoran yang sedang ia tuju. Ia menyakui ponsel dan belum membalas pesan dari suaminya. Tidak baik kalau fokusnya terpecah hanya karena ponsel. Annisa berjalan memesan makanan, kemudian duduk menunggu di meja dekat jendela yang langsung mengarah pada jalanan yang ramai. Ia kembali mengeluarkan ponselnya. [Kia, mas hari ini pulang malam, ya] Begitu isi pesan yang suaminya kirimkan. Annisa langsung menelepon suaminya untuk menanyakan hal yang le
Baca selengkapnya

Chapter 163

“Tidak ada yang menyuruhmu untuk bicara dan saya tidak butuh apa pun tanggapan darimu. Pintu keluar ada di sebelah kanan. Silakan keluar,” ucap Zidane penuh penekanan dalam setiap katanya. Tubuh Nayla menegang mendengar ucapan Zidane yang tidak bersahabat. Bahkan dia tak menyangka Zidane berani meninggikan suara padanya. “I-iya, Pak. Aku keluar sekarang juga.” Nayla beranjak dari kursinya. Ia berjalan cepat keluar dari ruangan Zidane. Ekspektasi Nayla begitu tinggi pada Zidane. Ia kira dia menyentuh dagunya untuk dicium. Namun ia mendapatkan semprotan kata-kata penuh penekanan. “Tch, kenapa dia malah mengamuk padaku?” tanya Nayla setelah keluar dari ruangan Zidane. Ia menghentakkan kakinya kesal. Tangannya mengepal kuat. Niat hati ingin mencuri hati Zidane malah didepak begitu saja. “Aku harus bagaimana mencuri hatinya? Aku sudah bisa mencuri hati orangtuanya, tapi mendapatkan hati Zidane susah sekali.” Nayla geram sekali, mengingat tadi Zidane menyebut istrinya.
Baca selengkapnya

Chapter 164

“Gimana masakan buatan mas?” tanya Zidane pada Annisa. Annisa memakan ayam kecap buatan suaminya. Ia mengecap rasa makanan tersebut dalam lidah. “Eum enak,” ucapnya setelah menelan makanannya. “Enak beneran atau bohongan?” Zidane menaik-turunkan alisnya. “Beneran, Mas. Apa mulai besok Mas aja yang masak?” canda Annisa. “Nanti mas jadi bapak rumah tangga dong.” “Iya sekalian nanti yang hamil Mas aja.” Annisa memecahkan tawanya. Sementara itu, Zidane terdiam melihat istrinya yang menyinggung soal kehamilan. Apakah Annisa ingin segera memiliki anak? Ia memperhatikan Annisa yang masih tertawa mengalunkan suara tawanya yang merdu. Ia baru melihat tawa lepas Annisa. Setelah dari kemarin Annisa selalu memasang wajah bingung karena tidak ia jawab ketika bertanya sedang ada masalah apa. “Sayang,” panggil Zidane mengalihkan tawa Annisa. “Iya, Mas,” jawabnya. “Kamu sudah ingin jadi ibu?” tanya Zidane membuat Annisa diam terpaku. Menjadi ibu adalah cita-cita mul
Baca selengkapnya

Chapter 165

Bab 1. Hasil ProposalDi ruanganny, Zidane duduk di kursinya dengan seriusnya menatap sebuah dokumen di tangannya. Wajahnya mengerut seolah tampak tidak suka dengan apa yang tertulis di dalam sana. Zidane menghela napas dan menyenderkan tubuhnya pada penyangga kursi yang diduduki. Menatap tajam pada Nayla di depannya, berdiri dengan menundukkan kepalanya. Sesekali Nayla itu melirik, menatap pada Zidane yang terlihat marah itu.“A-apa ada yang Pak Zidane permasalahkan dengan isi proposal tersebut?” tanya Nayla takut-takut.Zidane mengerutkan dahinya, ia pun kembali duduk pada posisinya semula dan menaruh berkas dokumen itu dengan cukup keras. Menghasilkan suara yang menggema ke seluruh ruangan. Nayla bergidik terkejut mendengar suara dari berkas yang dibanting oleh Zidane. Mata Nayla melirik pada berkas yang terpampang jelas di atas meja dengan isinya yang berantakan akibat bantingan keras oleh Zidane. Di sampingnya menumpuk banyaknya dokumen yang baru saja ditanda-tangani oleh Zidan
Baca selengkapnya

Chapter 166

Bab 2. KemurkaanPak Alfian tersenyum senang mendengar penuturan Zidane tentang perusahaannya yang tidak akan bangkrut. Dan sepenuhnya bangkit seperti semula. Proposal yang Zidane sampaikan membawa harapan baru pada Pak Alfian. Ia terlihat sangat bangga dan langsung menyetujui proposal yang telah disampaikan oleh Zidane.“Bagus, ayah bangga padamu. Ini luar biasa, tentu saja. Kita bisa bangkit dan memulihkan perusahaan seperti semula. Zidane, terimakasih. Terimakasih karena telah menolong ayah,” ucap Pak Alfian bangkit dari tempat duduknya.Ia berjalan dan menghampiri Zidane. Mengulurkan tangannya dan tentu saja, Zidane langsung menyambut uluran tangan ayahnya itu. Keduanya pun saling melempar senyum dan saling berpelukkan. Sementara Pak Diki yang ada di sana menatap tidak suka. Ia mengepal tangannya, dan menahan amarahnya. Setelah selesai mempresentasikan proposal, Zidane kembali ke ruangannya seorang diri.Sedangkan, Nayla mengikuti Pak Diki untuk masuk ke ruangannya. Saat keduanya
Baca selengkapnya

Chapter 167

Pagi itu, suasana kantor sangat tegang sekali. Sudah seminggu berlalu dari presentasi proposal yang Zidane kumpulkan. Tapi, ia mengingikan semua para pejabat untuk menghadiri rapat dadakan yang diadakan hari itu. Tak hanya para semua atasan yang kebingungan, tapi Pak Alfian pun sama bingungnya dengan apa yang sedang Zidane lakukan hari ini. Ia sedang duduk di ruangannya dan menatap sebuah dokumen yang baru saja dikirim oleh Zidane melalu email.“Apa ini ... adalah hari kebangkitan perusahaanku? Zidane, kamu memang tidak pernah mengecewakan ayah,” ucapnya sembari tersenyum lebar. Ia sangat puas akan hasil yang diberikan Zidane.Beberapa dewan direksi, para manajer dan semua jajaran atas sudah berdatangan dan memasuki ruang rapat. Mereka semua sangat kebingungan karena diundang dalam rapat yang begitu sangat dadakan sehingga mereka harus menunda acara yang sudah dijadwalkan.Tak terkecuali Pak Diki yang semakin gusar dengan rapat yang diadakan hari itu. Ia sedikit ragu untuk menghadiri
Baca selengkapnya

Chapter 168

Zidane menatap lurus ke arah Diki yang tampak pias. Atmosfer di dalam ruangan terasa begitu dingin. Rasa tegang mendominasi. Ucapan Zidane masih menggantung. “Ada sebuah kejutan untuk perusahaan ini. Inilah pelaku di balik merosotnya grafik keuangan di perusahaan kita.” Zidane memutar sebuah video dan menunjukkannya pada proyektor yang kini menjadi pusat perhatian. Sebuah video di mana Diki dengan jelas memberikan banyak sekali uang dan memperlihatkan pengkhianatan yang ia lancarkan dengan rekannya untuk menjatuhkan perusahaan ini. Zidane menyunggingkan senyum puas. Ia menatap satu persatu pengkhianat perusahaan ini yang kini memucat dengan keringat dingin yang membasahi dahi. Tidak ada yang bisa berkutik. Kini terungkap siapa dalang di balik menurunnya profit perusahaan. “Saya tidak perlu membuang waktu untuk menjelaskan apa yang sudah terekam dalam cctv,” ujar Zidane menghentikan video. Para petinggi perusahaan menatap ke arah Pak Diki yang terungkap melakukan penyua
Baca selengkapnya

Chapter 169

Kepanikan menyerang diri Nayla kalah melihat banyak polisi yang mendatangi perusahaan. Nayla tidak diperbolehkan mendekat ke arah ruang meeting. Ia hanya bisa melihat dari kejauhan. Ia meremas tangannya cemas. “Kamu kenapa, Nay?” tanya salah satu staf karyawan yang melihat Nayla memantau ruang rapat. Tubuh Nayla tersentak. “Eh, aku tidak apa-apa. Memang kenapa?” Nayla bertanya balik. “Kamu kelihatan cemas gitu lihatin polisi di sana. Polisi di luar sana untuk menangkap pengkhianat kantor ‘kan?” Nayla menjawab dengan bergumam. “Siapa saja, ya, kira-kira yang akan ditangkap oleh polisi?” tanya staf karyawan tersebut. Detik itu juga pintu ruang meeting dibuka. Polisi bergerak menodongkan senjata api ke kepala Pak Diki. Nayla yang melihatnya mengatupkan kedua tangan di depan mulut. “Papah ....” Manik mata Nayla berkaca. Ia hampir memecahkan tangisnya. Polisi tersebut membawa ayahnya dan orang-orang yang terlibat dalam kasus ini. Pak Diki yang berjalan dengan diser
Baca selengkapnya

Chapter 170

Zidane tidak memiliki rasa hormat pada gadis yang ada di hadapannya. Menjatuhkan harga diri sebagai perempuan di depannya. Tentu Zidane bukan laki-laki yang haus belaian wanita. “Semua yang dilakukan ayahmu akan dipertanggungjawabkan. Satu lagi, saya tidak sudi untuk didekati oleh wanita sepertimu.” Zidane mendorong tubuh Nayla yang menghalangi pintu. Gila sekali, Zidane saja yang mendengar Nayla mengucapkan kata-kata tidak pantas malu. Entah apa isi pikiran gadis itu. Cinta membuat Nayla gila dan tidak bisa lagi berpikir positif. Ia menatap punggung Zidane yang menjauh. Ia pun berteriak frustasi. “Kenapa seperti ini?” tanya Nayla meremas rambutnya sendiri. Penampilan Nayla jauh sekali dari kata rapi. Rambut acak-acakan, pakaian kusut dan wajah yang make-upnya sudah luntur. Ditambah kedua mata yang sembab. Nayla pantas disebut stres dengan penampilannya yang sekarang. Langkahnya untuk mendapatkan Zidane terhenti di sini. Ia kehilangan semuanya hanya demi mendapatk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
24
DMCA.com Protection Status