Home / Romansa / Menantu Penguasa / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Menantu Penguasa: Chapter 141 - Chapter 150

232 Chapters

Chapter 141

Lift berdenting, tak lama kemudian pintunya terbuka. Di depan sana ada beberapa orang yang sedang menunggu ingin naik ke lantai atas. Hal tersebut berhasil menyelamatkan Rizky dan Tiara untuk sementara waktu.Selang beberapa menit, lift tersebut sudah mengantarkan Annisa di lantai tempat ruang kerjanya berada. Sebelum dia keluar dari lift, Annisa sengaja berbalik untuk melihat Rizky dan menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan hingga membuat nyali Rizky sedikit menciut.Annisa pergi ke ruangannya diikuti oleh Tiara, sang asisten. Begitu dia sudah berada di ruangannya, Annisa langsung mengintrogasi sekretarisnya itu dengan serius."Sejak kapan kau dekat dengan Rizky?" tanya Annisa.Tiara langsung menunduk, tak berani menatap mata Annisa. Dia sadar sudah melakukan kesalahan. Di perusahaan, para karyawan dilarang berpacaran karena bisa mengganggu kualitas pekerjaan."Maafkan aku, Nona. Aku tahu aku salah, tapi semua terjadi di luar dugaanku," ucap Tiara den
Read more

Chapter 142

Derap langkah tegap berjalan memasuki kantor perusahaan Alfian. Kedatangannya menyita banyak perhatian dari para karyawan yang baru kali ini melihat secara langsung sosok putra tinggal dari pemilik perusahaan.Selama ini mereka hanya mendengar kabar angin bagaimana rupa sang pewaris tunggal itu. Dan ternyata wajah CEO barunya itu lebih tampan dari kabar yang mereka dengar dan gambar yang terpasang di beberapa media."Selamat pagi Tuan Kayson, selamat datang di perusahaan," sambut seorang wanita cantik yang begitu sangat familiar."Nayla? Sedang apa kau di sini?" tanya Zidane.Wanita itu tersenyum ramah, berusaha tetap bersikap tenang."Aku memang bekerja di sini. Dan mulai sekarang, aku akan menjadi sekretarismu," jelas Nayla tanpa ragu.Dia mengulurkan tangan di hadapan Zidane sambil berucap, "senang bisa bekerja sama denganmu."Zidane berdecak, dia juga memalingkan wajah ke samping dan menghela napas kasar.'Sial!' umpatnya dalam hati.Sebe
Read more

Chapter 143

Zidane nampak kesal setelah dia mengkonfirmasi papanya tentang Nayla. Namun, saat ini dia tidak bisa melakukan apa pun. Dia tidak peduli dengan Nayla, yang Zidane pedulikan hanyalah ingin cepat-cepat menyelesaikan permasalahan perusahaan yang akan menyebabkan gulung tikar untuk selamanya.Suara getaran ponsel yang beradu dengan kaca meja berhasil menyadarkan Zidane dari lamunannya. Dia meraih ponselnya lalu tersenyum saat melihat notifikasi pesan dari istrinya.[Semangat, Suamiku. Aku mencintaimu.]Senyum itu semakin mengembang setelah membaca isi pesannya. Ah, rasanya dia jadi merindukan istrinya itu.Beberapa detik kemudian, Zidane mengerikan balasan untuk Annisa lalu segera mengirimnya.[Aku juga mencintaimu, Istriku.]Kedua alis Nayla mengernyit dalam saat tak sengaja melihat Zidane sedang tersenyum-senyum sendiri melihat ponselnya. Hal tersebut membuatnya merasa cemburu dan tidak senang."Permisi, Pak Zidane. Kau sudah ditunggu di ruang meeting
Read more

Chapter 144

"Pak Morgan?" gumam Annisa pelan.Pria yang baru saja disebutkan namanya oleh Annisa itu tersenyum manis dan berhenti tepat di hadapannya.Sedetik kemudian, Morgan mengulurkan tangan di hadapan Annisa untuk bersalaman. "Selamat, ya. Kamu mempresentasikan semuanya dengan sangat sempurna," ucapnya.Meski ragu, akhirnya Annisa membalas jabatan tangan Morgan yang ingin memberi selamat atas keberhasilannya mendapatkan tender besar."Terima kasih," jawab Annisa singkat sembari mengulas senyum tipis.Jabatan tangan mereka terlepas. Ada jeda selama beberapa detik yang menciptakan rasa canggung di antara mereka."Kalian mau pergi ke mana setelah ini?" tanya Morgan berbasa-basi untuk mencairkan suasana. Dia melihat Annisa, beberapa detik kemudian beralih menatap Tiara yang berdiri besamoingan dengan Annisa."Kami mau cari makan siang, Nona Annisa yang traktir," jawab Tiara tanpa filter.Morgan kembali menatap Annisa, nampak tenang dan tampan. Ya, meskipun bagi Annisa, Zidane tetap pria paling
Read more

Chapter 145

"Terima kasih atas kerja samanya. Kalau ada hal yang perlu ditanyakan, Anda bisa langsung menghubungi kontak saya," ucap Zidane kepada pria paruh baya yang baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaannya.Zidane mengulurkan tangan untuk bersalaman."Saya sangat percaya kalian pasti berhasil, itu sebabnya saya setuju dengan kerja sama ini," balas pria paruh baya itu sembari menjabat tangan dan satu tangannya lagi menepuk bahu Zidane."Kalau begitu saya duluan. Sekali lagi terima kasih," ucap Zidane yang di balas dengan anggukkan ringan oleh partner bisnisnya itu.Zidane membereskan semua dokumen-dokumen penting miliknya. Setelah itu, dia segera pergi dari sana karena ingin kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya hari ini.Langkah tegap itu terhenti tepat saat dia melewati ruang umum dalam restoran dan melihat seseorang yang dikenali ada di salah satu meja pengunjung.Kedua alisnya saling bertautan sembari menyipitkan mata menatap pemandangan tak biasa di had
Read more

Chapter 146

Annisa mengejapkan matanya, dia terkejut dan tak menyangka suaminya akan mengatakan semua itu kepada Morgan. Dia tidak tahu apa masalah di antara mereka sehingga tiba-tiba saja mengubah suasana menjadi tegang."Zidane, kenapa kau bicara seperti itu?" ucap Annisa pelan sembari menarik lengan suaminya agar menyudahi perdebatan yang tidak jelas itu.Annisa memalingkan wajah ke arah Morgan, menatap pria itu dengan sorot yang menunjukkan tidak enak hati atas apa yang baru saja dikatakan oleh suaminya."Maafkan suamiku, dia tidak bermaksud bicara seperti itu," ucap Annisa kepada Morgan.Zidane menggertakkan giginya. Emosinya sedang tidak stabil saat ini, sehingga kata maaf yang terlontar dari mulut sang istri kepada Morgan terdengar seperti sebuah pembelaan untuk pria lain dari pada dirinya."Tidak masalah, aku sudah terbiasa dengan sikapnya yang seperti ini. Bukankah begitu, Zidane?" sahut Morgan sembari menatap Zidane dengan sorot yang sulit diartikan.Tidak terlihat tanda-tanda perdamaia
Read more

Chapter 147

Bibir Annisa sempat menganga sepersekian detik mendengar penuturan sang suami. Bagaimana bisa Zidane berpikiran seburuk itu pada orang asing?"Kamu terlalu suudzon pada orang lain, Zidane.""Aku tidak berbicara karena suudzon, tapi itulah faktanya!" Zidane bersikeras. Keposesifannya yang seperti ini membuat tubuh Annisa yang lelah, menjadi lebih penat karenanya."Mengapa kamu menjadi seperti ini? Siapa yang mau merebut istri orang lain dengan kesadaran penuh?""Kalau ada bagaimana?" Zidane malah membalikkan pertanyaan.Membuat sepasang tangan milik Annisa terdekap di depan perut."Kamu itu ...." Annisa membungkam bibirnya, tak sanggup lagi melanjutkan kalimat melihat tingkah sang suami."Terserahlah!" Akhirnya Annisa menyerah, dia buang pandangan ke arah jendela. Memperhatikan jalanan padat kota dengan cahaya sinar mentari yang menerpa cerah. Hawa yang panas seakan menambah buruk mood wanita berhijab tersebut.Melihat perubahan sikap sang istri, Zildane menepikan mobilnya. Menarik ta
Read more

Chapter 148

Sepersekian detik Annisa mematung mendengar lontaran permintaan sang mertua. Lantas, sebuah air bergulir menetesi pipinya tanpa suara.Hatinya berdenyut nyeri, permintaan berbagi suami bukankah itu merupakan hal yang keji."Apa Anda salah memakan sesuatu hari ini, Om?" tanya Annisa menahan gemelatuk rahangnya yang mengeras."Kamu berbicara seperti itu pada saya? Dasar tidak sopan!" bentak Alfian meradang."Mana yang lebih tidak sopan? Perkataan Anda barusan atau perkataan saya yang menjawabi Anda?""Kamu—" Alfian mencoba meredam amarahnya."Bagaimana Zidane bisa menikahi gadis angkuh sepertimu? Bahkan kamu tidak tahu bagaimana menghormati orang yang lebih tua.""Saya tidak pernah melucuti rasa hormat saya pada Anda, Om. Tapi, sikap dan ucapan Anda lah yang membuat diri Anda tidak pantas dihormati."Alfian bangkit dan menggebrak meja di depannya. Membuat seluruh pasang mata pengunjung terarah pada meja mereka.Annisa tersenyum pedar, lantas dia meminta Alfian untuk duduk dan kembali te
Read more

Chapter 149

Zidane merasa aneh dengan perkataan Annisa. Tak biasanya wanita yang merupakan istrinya itu mengatakan hal tersebut. Entah mengapa dia mempunyai firasat jika ada sesuatu hal yang terjadi pada Annisa. "Kamu ini ngomong apa? Kok tiba-tiba takut kehilangan aku? Aku tidak akan ke mana-mana kok." Zidane langsung memegang kedua pundak Annisa dan menghadapkan tubuh istrinya itu ke hadapannya hingga mereka saling bertatap dalam satu garis lurus. "Bukan pergi begitu maksud aku, tapi yang lain," sahut Annisa. "Yang lain gimana?" Lagi-lagi kedua alis Zidane bertaut. "Ya, misalnya kamu tiba-tiba ninggalin aku karena sesuatu hal," lirih Annisa. Wanita yang saat ini masih menggunakan hijab itu menurunkan pandangannya seolah tak mampu menatap netra suaminya yang penuh dengan rasa penasaran. Zidane menghela napas lirih sambil memejamkan matanya sejenak. Dia semakin yakin jika memang ada sesuatu yang terjadi pada Annisa saat mereka berdua sedang tidak bersama. "Kia, coba lihat mata aku. Aku cuma
Read more

Chapter 150

Saat ini Zidane tengah duduk di kursi ruang kerja kantornya. Sedari tadi dia memegang serta memijit pelipisnya ketika membaca beberapa dokumen mengenai masalah yang ada di perusahaan milik Alfian—ayahnya."Kenapa masalah ini terus-terusan membuatku pusing? Aku harus segera menyelesaikan masalah ini, kalau tidak mereka pasti akan memaksaku menikahi Nayla dengan alasan menyelamatkan perusahaan," gumam Zidane. Helaan napas lirih Zidane terdengar di ruang kerja yang sepi itu. Saat ini pria itu memang sedang sendiri karena Nayla belum datang. Sejujurnya dia sudah muak harus berdampingan dengan wanita itu dan menjadikannya sekretaris, tapi dia saat ini memang tak mempunyai pilihan lain. Tak lama dari itu, Nayla pun menampakkan batang hidungnya. Seperti biasa dia selalu bersikap sok ramah pada Zidane. "Dane, nanti siang ayahku mau mengajak kita untuk makan bersama. Kau tidak keberatan dan berniat menolak 'kan?"Wanita yang saat ini menggunakan rok span pendek berwarna hitam itu langsung t
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
DMCA.com Protection Status