Home / Romansa / Menantu Penguasa / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Menantu Penguasa: Chapter 121 - Chapter 130

232 Chapters

Chapter 121

"Bagaiamana ini Alfi? Kau bilang akan menjodohkan Kay dengan Nayla, tapi ternyata dia sudah menikah. Asal kau tahu karena masalah ini Nayla jadi syok dan sedih!" hardik Diki kepada Alfian.Mata elang itu begitu tajam menatap lawan bicaranya seolah sedang menuntut sebuah pertanggungjawaban atas gagalnya rencana yang telah mereka sepakati.Alfian menghela napas panjang lalu memalingkan wajahnya ke arah lain sebentar sambil mendecakkan bibir."Ini semua di luar dugaanku. Aku dan istriku juga baru tahu Kayson sudah menikah," jawab Alfian bernada berat."Aku benar-benar minta maaf kepadamu dan juga Nayla. Aku paham pasti anakmu sangat kecewa, tetapi mau bagaimana lagi? Sekarang tidak mungkin kita akan meneruskan perjodohan ini," jelas Alfian."Aku sendiri tidak habis pikir dengan Kayson, bisa-bisanya dia mengambil keputusan tanpa berunding dahulu dengan kami. Jujur saja, aku sangat kecewa kepadanya," sambung Alfian lagi setelah beberapa detik ada jeda p
Read more

Chapter 122

"Kalau begitu, saya pamit pulang dulu. Semoga Nona Annisa lekas sehat," ucap Morgan sambil tersenyum ramah kepada Annisa yang sedang duduk di atas ranjangnya sambil bersandar pada tumpukan bantal.Pria tampan itu mengulurkan tangan hendak berjabat tangan dengan Annisa. Melihat hal itu Annisa pun ingin membalasnya, tetapi niatnya tertahan karena tiba-tiba saja Zidane mendahului aktivitasnya."Terima kasih sudah menjenguk istri saya. Pintu ke luarnya ada di sebelah sana," ucap Zidane sarkas sambil menatap tajam wajah Morgan.Annisa melongo melihat tingkah suaminya yang sangat tidak sopan itu. Pandangannya beralih ke arah Morgan yang nampak tenang menghadapi sikap Zidane yang kurang baik terhadapnya.Dengan cepat gadis itu menarik lengan Zidane, lalu meminta maaf kepada Morgan atas sikap suaminya yang sangat kekanak-kanakan itu."Dia hanya bercanda saja, jangan kau ambil hati, ya. Memang kadang-kadang sikapnya itu sangat menyebalkan." Annisa berucap s
Read more

Chapter 123

"Jangan membenciku. Apa kau ingin melihatku gila?" ujar Zidane sambil bertanya kepada Annisa.Kedua alis gadis itu mengernyit dalam. "Apa hubungannya aku membencimu dengan kau menjadi gila?" tanyanya.Zidane mengulum senyum. "Tentu ada hubungannya," jawabnya. Dia menatap manik teduh itu dalam-dalam lalu turun ke bawah tepat di bibir tipis sang istri. "Jika kau membenciku, kau akan meninggalkan aku dan semua itu akan membuatku gila," aku Zidane kemudian."Kau tahu aku sangat mencintaimu, Kia. Bahkan kau selalu bertahta di hati ini sejak lama, bahkan walau kau tak bisa mengingatku," jelas Zidane.Annisa semakin mengernyitkan alis sambil menyipitkan matanya, terheran akan perkataan Zidane pada kalimat terakhirnya."Sejak lama?"Zidane mengangguk mengiakan."Kapan itu?" tanya Annisa lagi.Zidane terdiam, memperlihatkan ekspresi seperti sedang berpikir. Sementara itu, Annisa terdiam karena menunggu penjelasan suaminya."Hm, a
Read more

Chapter 124

"Kau mau ke mana sepagi ini sudah rapi?" tanya Zidane.Matanya menyipit saat melihat istrinya sudah berpenampilan rapi. Gadis berhijab itu berjalan mendekati Zidane yang sedang menata makanan untuk sarapan di atas meja makan. Annisa menggeser salah satu kursi lalu mendudukinya dengan santai."Aku sudah bosan terlalu lama berdiam diri di rumah. Aku merindukan suasana kantor," ucap Annisa santai.Seminggu berada di rumah tanpa aktivitas adalah waktu yang sangat lama dan membosankan bagi Annisa. Dia merindukan suasana bekerja di kantor. Setidaknya, dia bisa mengerjakan sesuatu yang berguna dari pada berdiam bagaikan pengangguran. Zidane tak langsung menyahuti, pria beralis tebal itu mengernyitkan kedua laisnya menatap wajah sang istri dengan pandangan yang sulit dimengerti."Bosan?" ulang Zidane.Annisa mengangguk mengiakan sambil mengambil nasi goreng ke dalam piringnya."Ya, aku merasa penat setiap hari hanya diam. Itu membuatku
Read more

Chapter 125

Zidane tekekeh pelan tanpa dosa saat melihat sang istri tak berhenti menggerutu kesal kepadanya. Bagaimana tidak, penampilan yang semula rapi dan wangi siap untuk berangkat ke kantor, seketika menjadi sembrawut karena ulahnya yang tak bisa menahan diri untuk tidak melakukan adegan romantis di atas ranjang.Perlahan dia turun dari ranjang, mengikuti langkah Annisa yang hendak ke kamar mandi. Namun, langkahnya tertahan di ambang pintu saat tak mendapat izin masuk dari sitrinya itu."Kau mau ke mana?" tanya Annisa ketus sambil menyipitkan matanya menatap wajah tanpa dosa Zidane."Mau ikut mandi," sahut Zidane sambil menyeringai dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.Refleks, Annisa langsung memelototkan matanya menatap Zidane dengan sorot galaknya."Tidak boleh!" tolak Annisa tegas. Dia segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam agar Zidane tidak bisa menerobos masuk.Akan sangat berbahaya jika sampai Zidane dibiarkan ikut mandi bersama.
Read more

Chapter 126

Annisa menatap Zidane dalam diam yang sedang fokus mengemudi mobil menuju ke kantor. Wajah pria itu nampak kusut walau sikapnya tetap tenang. Tiba-tiba saja, dering ponsel dalam tas Annisa berbunyi, menarik gadis itu dari lamunannya. Dia langsung menggeser icon berwarna hijau begitu tahu orang yang menghubunginya.Gadis berhijab itu berbicara, sekilas menoleh melihat ke arah Zidane yang masih fokus mengemudikan mobilnya. Tak lama kemudian, sambungan telepon terputus dan Annisa kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas."Kenapa kau tidak mengaktifkan ponselmu?" tanya Annisa kepada suaminya. "Baru saja Rizky menghubungiku. Dia berusaha menghubungimu dari tadi, tapi katanya tidak bisa," ucap Annisa lagi.Zidane menoleh, tidak langsung menjawab perkataan istrinya. Dia merogoh ponsel dari dalam saku jas yang dikenkanannya dengan satu tangan."Ah, iya. Aku lupa mengaktifkannya," ucapnya tenang sambil memperlihatkan layar benda pipih itu kepada Annisa. Sepersekia
Read more

Chapter 127

Zidane menghentikan mobilnya tepat di parkiran kantor dan langsung mematikan mesinnya. Dia menghela napas panjang sebelum akhirnya melihat ke arah sang istri yang masih menunggunya berbicara."Bukan masalah serius. Aku pasti akan segera menyelesaikan semuanya," ucap Zidane sambil tersenyum tipis kepada Annisa."Kau yakin tidak butuh bantuanku?" tanya Annisa sambil menatap dalam-dalam wajah suaminya."Hm."Zidane kembali tersenyum, dia mengusap puncak kepala Annisa yang terhalang hijab dengan lembut."Yang perlu kau lakukan hanya cukup berada di sampingku dan tetap mencintaiku selamanya," sambung Zidane lagi.Tak ada yang terucap dari mulut Annisa. Dia hanya diam sambil memerhatikan wajah Zidane. Seolah sedang berusaha membaca apa yang ada di dalam pikiran suaminya itu sekarang."Jika kau membutuhkan bantuanku, katakan saja. Jangan merasa sungkan. Aku pasti akan berusaha membantumu," ucap Annisa serius. "Itu pun kalau kau menganggapku
Read more

Chapter 128

Annisa sama sekali tak beranjak dari tempat duduknya menyelesaikan pekerjaan yang sudah menggunung di atas meja. Dia bahkan melewatkan waktu makan siangnya karena terlalu fokus pada pekerjaannya. Suara ketukan pintu dari luar sedikit menarik fokus Annisa. Dia lngsung mengizinkan orang itu masuk ke ruangannya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop yang sedari tadi terus menyala. Langkah Zidane terhenti sejenak di ambang pintu sambil melihat istrinya yang sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Dia berjalan mendekat lalu menaruh kantung kresek berwarna putih berisi makanan di atas meja kerja Annisa. "Kerja boleh, tapi jangan sampai lupa makan," ucapnya sambil menatap Annisa yang saat itu masih fokus pada layar laptopnya. Mendengar suara yang sangat familiar, gadis itu pun mendongak untuk memastikannya. Kedua sudut bibirnya tertarik sedikit ke atas mengulas sebuah senyum yang sangat manis. "Kukira kau Tiara," sahut Annisa tenang. "Sedang apa kau d
Read more

Chapter 129

"Zidane," panggil Rizky. Dia langsung berjalan menghampiri CEO-nya yang sedang ingin dia temui untuk menyampaikan informasi penting terkait jadwal meeting. "Kebetulan sekali aku bertemu denganmu di sini," ucap Rizky. Dia membuka buku catatan kecil miliknya lalu kembali menatap wajah Zidane. "Sore ini kau ada meeting dadakan dengan pak Pramana," jelasnya. "Bukankah meeting itu besok lusa?" "Ya, tapi baru saja pak Pramana menghubungiku, memberitahu kalau jadwalnya dimajukan menjadi pukul lima sore hari ini karena lusa dia akan pergi ke luar negeri," jelas Rizky. Zidane memainkan bibirnya kemudian mengangguk mengiakan. "Kalau begitu kau siapkan semua dokumen yang diperlukan untuk meeting sekarang!" titahnya sembari berjalan melanjutkan niatnya pergi ke ruang kerjanya. "Aku sudah menyiapkan semuanya," jawab Rizky yakin. "Baguslah," ucap Zidane datar. Sepersekian detik kemudian, dia berhenti dan berbalik melihat Rizky yang berjalan
Read more

Chapter 130

Annisa bergeming, terkejut melihat wanita yang ada di hadapannya sekarang. Dia pernah melihat wajah itu sekali saat acara makan malam bersama Nayla beberapa waktu yang lalu. "Waalaikumsalam," jawab wanita paruh baya itu dengan nada yang terdengar tidak ramah. Dia menatap tajam wajah Annisa dari atas ke bawah lalu ke atas lagi dengan sorot yang menampakkan ketidaksukaannya. "Ta-tante," gumam Annisa gugup. Matanya mengejap seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Setelah kesadarannya terkumpul, dia langsung bergegas membuka pintu rumahnya dan mempersilakan tamu tak terduga itu masuk bersamanya. "Silakan masuk, Tante," ucap Annisa. Vivi bergeming sesaat masih menatap Annisa dengan sorot yang galak, lalu dia berjalan memasuki bangunan rumah tempat tinggal putranya yang baru dia ketahui sekarang. "Kenapa kau pulang sendiri? Di mana Kayson?" tanya Vivi bernada ketus. "Dia ada meeting penting bersama klien," jawab Annisa. Gad
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
24
DMCA.com Protection Status