Home / Romansa / Menantu Penguasa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Menantu Penguasa: Chapter 151 - Chapter 160

232 Chapters

Chapter 151

Satu hari kemudian, suasana perusahaan masih saja terlihat semrawut dan banyak masalah yang belum teratasi. Apalagi, belum ada investor yang menawarkan diri ataupun menerima penawaran proposal yang dikirimkan oleh Zidane. “Apa lagi yang harus dilakukan untuk mempertahankan perusahaan ini?” ucap Zidane bermonolog sambil duduk di tempatnya. Zidane menatap lurus ke arah komputer yang ada di depannya. Benda itu masih menyala dan sudah disiapkan untuk bekerja. Namun, kepala Zidane masih belum bisa tenang dalam mengerjakan pekerjaan. Dia hanya bisa melamun dengan pikiran kosong. Bahkan, dia sudah membuang waktu selama kurang lebih empat jam hanya memikirkan hal yang sama.Tiba-tiba, telinga Zidane mendengar sebuah suara ketukan pintu, tanpa ada salam. Belum dijawab, wanita yang saat ini menggunakan rok span sepanjang lutut itu sudah menyelonong masuk dan berjalan ke arah Zidane. “Ada apa, Nay?” tanya Zidane malas.Nayla duduk di depan meja kerja Zidane. Mereka berhadapan, namun tidak sek
Read more

Chapter 152

“Nay, Yogi, aku pergi duluan,” ucapnya sambil beranjak dari duduk dan mengusapkan tisu untuk membersihkan sisa minyak di bibirnya. Zidane beranjak pergi meninggalkan warung makan itu, setelah membayarkan semua pesanannya, termasuk pesanan milik Nayla. Yogi dan Nayla masih menetap di warung itu. Mereka saling terdiam, seakan tidak ada topik pembahasan yang lebih serius. Beberapa detik kemudian, Yogi membuka obrolan dengan Nayla yang sudah terlanjur kesal karena ditinggal oleh Zidane. “Nay, kamu nggak capek, ngejar-ngejar Zidane terus?” tanya Yogi sambil mengambil gelas berisi air es milik Nayla yang masih utuh. Nayla mentap tajam ke arah Yogi. “Apa urusannya sama kamu?”Yogi terdiam sesaat. Dia masih bingung harus menjawab apa. Padahal, di dalam hatinya sangat memberontak untuk mengungkapkan sesuatu. “Ah—Kasihan saja, ditolak mulu,” kata pria itu menyeruput sekali tegukan air es itu. “Nggak butuh belas kasihan,” jawab Nayla tegas sambil mengaduk bakso yang belum ditambahkan bumbu
Read more

Chapter 153

Kedua mata Zidane terpejam sambil memikirkan cara agar perusahaan ayahnya bisa selamat. Memang masalah ini sungguh memusingkan karena dihubungkan dengan kehidupan pribadinya. Andai saja kedua orang tuanya tidak mendesaknya menikahi Nayla, mungkin dia bisa berpikir lebih jernih. "Hahh... mengapa sangat rumit sekali?" keluh Zidane. Tiba-tiba saja pintu ruang kerjanya diketuk oleh seseorang. Ternyata yang datang adalah Nayla. Jelas kehadiran wanita itu membuat mood Zidane makin memburuk. "Mau apa lagi kau?" tanya Zidane dingin. "Kamu nggak pulang, Dane? Apa mau nginep di kantor?" Lagi-lagi Nayla sok perhatian pada Zidane. "Nanti juga aku pulang. Kau pulang duluan saja," usir Zidane. Nayla mendecak sambil geleng-geleng kepala. Dia tahu betul jika pria yang duduk di hadapannya itu pikirannya sedang kusut. "Kamu nggak usah mikirin soal perusahaan terlalu dalam, Dane. Nanti juga ada solusinya," ujar Nayla. Tampaknya Zidane makin kesal karena kehadiran Nayla. Rasanya dia ingin langsun
Read more

Chapter 154

Pagi ini Annisa terlihat anggun memakai hijab abu-abu. Dia memilih setelan blazer peach serta rok plisket bahan premium yang berwarna sama dengan hijabnya sebagai outfit kerjanya hari ini. Zidane juga tak kalah tampan dengan setelan jas berwarna abu-abu. Pria itu sengaja mengenakan outfit yang terlihat senada dengan sang istri agar dibilang serasi. "Gimana aku tampan 'kan?" tanya Zidane sambil memegang kerah jasnya. Dia bahkan bergaya bak model di hadapan Annisa sehingga istrinya itu terkekeh geli. "Kamu tampan banget, Mas. Pokoknya semua pria lain lewat sama kamu," puji Annisa yang masih memasang senyuman di wajahnya. "Yang benar? Kamu bukannya cuma mau nyenengin aku aja?" Dahi Zidane berkerut samar sambil menatap Annisa lekat. Annisa mengangguk yakin sebab baginya memang hanya Zidane pria yang paling tampan. Meski ada pria lain yang katanya melebihi suaminya, tetap saja dia tak peduli. "Kamu juga yang paling cantik bagi aku. Wanita lain itu di mata aku semuanya kelihatan nge-b
Read more

Chapter 155

“Terima kasih, Pak, atas kerja samanya,” ucap Zidane sambil mengajak sang klien untuk berjabat tangan. Klien dengan jas hitam dan dasi merah hati itu pun membalas jabatan tangan itu diirngi dengan senyuman. Setelah itu, dia pamit pergi meninggalkan Zidane dan Nayla di salah satu kafe yang tidak jauh dari perusahaan.Nayla yang masih berdiri setelah mengamati langkah kaki klien itu pun mengambil berkas-berkasnya. “Habis ini kamu mau ke mana, Dane?” tanya Nayla. Zidane melihat ke arah jam tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul setengah tiga sore. Masih ada waktu setengah jam untuk mencari hadiah spesial. Namun, pada saat Zidane menatap ke arah depan, dia melihat Annisa tengah bersama seorang pria. “Mau menghampiri istriku,” jawab Zidane sambil melangkahkan kakinya ke depan.Nayla buru-buru berdiri dengan tegak. Benar saja, dia sudah kecepatan oleh langkah kaki Zidane yang mulai menjauh. Wanita dengan dua buah map di tangan itu pun mengikuti langkah kaki Zidane. “Dane, tunggu. Aku p
Read more

Chapter 156

Tiara dan Rizky tengah mencari tahu tentang keburukan yang dilakukan oleh Diki untuk menjatuhkan perusahaan milik Zidane. Mungkin saja, dengan hal itu bisa membuat hubungan Annisa dan Zidane bisa membaik dan mendapatkan restu dari orang tuanya. Namun, Tiara dan Rizky harus menyusun strategi yang matang sebelum terjun lebih dalam. “Kita harus bisa mendapatkan bukti, tanpa ketahuan. Kalau sampai salah satu dari kita ada yang tertangkap, bisa-bisa kita dibunuh secara mendadak oleh Diki.” Rizky memeringati Tiara yang saat ini menjadi kekasihnya. Tiara mengangguk dengan otak yang kosong. Masih memikirkan langkah paling baik untuk menjadi seorang mata-mata. “Kita terpisah?” tanya Tiara dengan suara lirih.“Tentu saja, nggak. Mana mungkin aku melepaskanmu,” jawab Rizky mendadak takut kehilangan sosok Tiara di dalam hidupnya.Tiara menarik napas panjang. “Maksud aku, kita terpisah untuk mencari bukti-bukti itu?” jawabnya sedikit kesal.“Oh, nggak. Berdua saja.”“Terus, kita harus melakukan
Read more

Chapter 157

Saat ini pasangan bucin itu sudah sampai di rumah Tiara. Rizky terburu-buru menyambungkan ponsel Tiara yang tadi mereka gunakan untuk merekam ke laptop miliknya. Harapan mereka adalah suara rekaman itu bisa terdengar lebih jernih supaya dapat menjadi bukti yang akurat. "Tadi pas kamu ngerekam, aku sempat ambil foto. Aku bela-belain pakai sisa memori buat ini supaya bisa bantu Pak Zidane," ujar Rizky. "Woah... ternyata pacar aku ini sangat luar biasa ya! Punya dedikasi tinggi terhadap atasan," puji Tiara sambil mengacungkan kedua jempol tangan pada kekasihnya. "Jelas dong. Waktu pertama kali aku dapat tugas ini dari Pak Zidane aja, udah bikin aku deg-degan banget. Soalnya aku juga udah geram sih sama orang jahat yang berusaha menghancurkan rumah tangga Pak Zidane dan Bu Annisa. Kamu tahu nggak kalau mereka berdua itu pasangan panutan aku," ungkap Rizky menggebu. Kedua alis Tiara bertaut. Ia penasaran dengan maksud Rizky soal sebutan 'panutan' yang dibilang oleh kekasihnya itu. "Pa
Read more

Chapter 158

Beberapa hari setelah Rizky dan Tiara berhasil mengumpulkan lumayan banyak bukti, mereka memutuskan untuk membuat janji pertemuan dengan Zidane. Mereka tidak ingin suasana semakin runyam. Bahkan, mungkin saja menyebabkan banyak masalah baru yang hadir di dalam kehidupan Zidane. “Yakin, mau sekarang?” tanya Tiara kepada Rizky.Saat ini, mereka berada di rumah Tiara sambil memindahkan banyak barang bukti yang sudah didapatkannya. Memang, mereka sengaja menyimpan semua berkas itu ke perangkat lain agar tidak menghilang, dikarenakan penyimpanan ponsel yang sudah tidak memenuhi. File itu sedang dipindahkan ke dalam flashdisk. “Iya. Sebelum wanita pelakor itu semakin berulah,” kata Rizky masih fokus memindahkan berkas-berkas yang bisa membongkar keburukan dan kejahatan Nayla dan Diki.“Memang, kamu sudah menghubungi Pak Zidane?” tanya Tiara.Tiara duduk di sebuah kursi plastik yang ada di depan kekasihnya. Dia dengan santai menagamati Rizky sambil menikmati sebungkus batagor. Makanan favo
Read more

Chapter 159

Zidane termangu menatap layar laptopnya yang menampakkan rekaman tentang bukti yang diberikan oleh Rizky dan Tiara tadi siang. Pikirannya jadi kalut, bingung harus menerima kenyataan tersebut dengan cara apa. Zidane berkali-kali melihat rekaman tersebut, memastikan jika sosok pria yang ada di sana adalah benar Dika. Tega sekali pria itu, sampai-sampai menghalalkan segala cara. Ia sama sekali tidak menyangka jika Diki akan membayar orang untuk membuat kecurangan di perusahaan sang ayah. Semuanya hanya demi agar Nayla bisa menikah dengannya. Mana mungkin ia mau menikah dengan wanita lain di saat ia sudah memiliki istri yang begitu sempurna? Bukankah Keterlaluan sekali? Zidane tidak akan menyikapi semuanya dengan santai lagi. Tangan Zidane mengepal kuat, ia menutup laptopnya dengan kasar. Zidane harus segera bertindak, Diki bisa menghentikan rencanannya. Ia yakin betul, pria itu saat ini pasti sedang memikirkan segala cara untuk mengancamnya lagi. “Aku buatin kopi untuk kamu, diminum
Read more

Chapter 160

Usai rapat, Diki sama sekali tidak bisa tenang usai Zidane menyindir pengkhianat. Kedua tangannya berkeringat. Pikirannya selalu terbayang jika ia ketahuan. Jantungnya pun berdegup dengan ritme kencang. Apalagi Zidane menegur dirinya di ruang rapat. Diki mengatur napasnya agar lebih tenang lagi. “Semua akan baik-baik saja,” gumamnya yang baru saja keluar dari ruang rapat. “Baik-baik saja apanya, Pak Diki?” tanya Alfian yang tidak sengaja mendengar gumaman Diki. Para direksi yang baru keluar pun berhenti. Mereka memperhatikan Diki yang kini tampak pias. Diki menelan salivanya, ia tidak berani menatap Alfian langsung. Irisnya menatap ke arah lain. Diki berdeham pelan. “Ekhem, perusahaan ini akan baik-baik saja ke depannya maksud saya.” Zidane yang melihat itu menampilkan smirknya. “Barangkali Pak Diki tahu, siapa pengkhianat di perusahaan ini. Makanya Pak Diki mengatakan baik-baik saja.” Kecepatan jantung Diki meningkat dua kali lipat. “Hah? S-saya belum mengetahuinya,
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status