“Nay, Yogi, aku pergi duluan,” ucapnya sambil beranjak dari duduk dan mengusapkan tisu untuk membersihkan sisa minyak di bibirnya. Zidane beranjak pergi meninggalkan warung makan itu, setelah membayarkan semua pesanannya, termasuk pesanan milik Nayla. Yogi dan Nayla masih menetap di warung itu. Mereka saling terdiam, seakan tidak ada topik pembahasan yang lebih serius. Beberapa detik kemudian, Yogi membuka obrolan dengan Nayla yang sudah terlanjur kesal karena ditinggal oleh Zidane. “Nay, kamu nggak capek, ngejar-ngejar Zidane terus?” tanya Yogi sambil mengambil gelas berisi air es milik Nayla yang masih utuh. Nayla mentap tajam ke arah Yogi. “Apa urusannya sama kamu?”Yogi terdiam sesaat. Dia masih bingung harus menjawab apa. Padahal, di dalam hatinya sangat memberontak untuk mengungkapkan sesuatu. “Ah—Kasihan saja, ditolak mulu,” kata pria itu menyeruput sekali tegukan air es itu. “Nggak butuh belas kasihan,” jawab Nayla tegas sambil mengaduk bakso yang belum ditambahkan bumbu
Read more