Home / Romansa / Penguasa Negeri Jin / Chapter 451 - Chapter 460

All Chapters of Penguasa Negeri Jin: Chapter 451 - Chapter 460

571 Chapters

202. Bagian 3

Jin Selaksa Angin lari sekencang yang  bisa dilakukannya. Saking cepatnya dia berlalu hanya kelebatan    warna kuning jubahnya saja yang kelihatan. Setelah mendengar percakapan Jin Terjungkir Langit dengan Si Jin Budiman nenek ini dengan perasaan hati penuh gembira meninggalkan telaga, lari menuju kawasan pantai selatan di mana terletak Teluk Pabuntusamudera. Di teluk ini terdapat sebuah goa. Seperti diceritakan sebelumnya di dalam goa inilah si nenek selalu menemui gurunya, suatu makhluk tanpa ujud bernama Sang Guru yang hanya dikenal lewat suaranya saja.“Pasedayu! Pasedayu! Aku mau kawin! aku mau kawin dengan kakek itu! Hik... hik... hik...! Bagaimana rasanya kawin! Apa aku pernah kawin sebelumnya? Aku tak ingat Tapi hik... hik! Pantatku rasanya jadi gatal!”Ketika matahari mulai condong ke barat, sepasang telinga Jin Selaksa Angin mulai mendengar deru ombak di kejauhan. Hatinya gembira. Debur ombak yang terdengar pertanda dia sudah d
last updateLast Updated : 2022-05-09
Read more

202. Bagian 4

“Jin Berpipa Emas! Tak pernah aku dengar nama itu sebelumnya!” kata si nenek sambil cibirkan mulut.“Itulah! Sudah kukatakan tadi, aku bukan orang terkenal seperti dirimu...”Dalam hati si nenek berkata. “Kau bisa saja bukan orang terkenal. Tapi aku dapat mengukur. Kau memiliki ilmu kepandaian tinggi di balik sikapmu yang penuh hormat dan pandai bicara!”“Kau sudah menyebut siapa dirimu! Sekarang katakan apa keperluanmu menghadang diriku di tengah jalan begini rupa!”“Maafkan diriku! Aku bukan menghadangmu Hai Jin Selaksa Angin. Aku menunggumu di sini. Tujuh hari tujuh malam penuh sabar. Aku menunggumu karena hendak menyerahkan satu barang sangat berguna!”“Barang apa?!” tanya si nenek.Jin Berpipa Emas cabut pipanya dari mulut lalu mengetuk-ngetukkan pipa ini ke pahanya hingga tembakau yang menyala jatuh ke tanah. Ujung pipa ditiup-tiupnya beberapa kali sampai bersih, l
last updateLast Updated : 2022-05-10
Read more

202. Bagian 5

Begitu sendok diangsurkan ke arahnya, Jin. Berpipa Emas langsung menyambar. Lalu sambil membungkuk dia mengucapkan terima kasih berulang kali.“Aku sudah memberikan sendok yang kau minta! Sekarang lekas serahkan pipa emas itu!” kata si nenek seraya ulurkan tangannya, siap untuk mengambil.“Hai! Aku sampai terlupa!” kata si kakek. Perlahan- lahan dia bangkit berdiri. Astaga! Ternyata kakek ini memiliki tubuh jangkung luar biasa. Sosoknya sampai satu setengah kali tinggi si nenek hingga Jin Selaksa Angin terpaksa memandang mendongak padanya.“Jin Selaksa Angin, aku siap menyerahkan benda yang kau minta!” berucap si kakek. Lalu dia ulurkan tangannya yang memegang pipa emas. Hanya sesaat lagi si nenek akan menyentuh pipa itu, tiba-tiba Jin Berpipa Emas gerakkan tangan kanannya.Cahaya kuning berkelebat. Ujung pipa menyambar ke kepala Jin Selaksa Angin.Praakkk!Jin Selaksa Angin menjerit keras. Tubuhnya mencel
last updateLast Updated : 2022-05-10
Read more

202. Bagian 6

“Pedang...” desis Jin Berpipa Emas.“Pasti dia pemuda asing yang dikatakan Jin Muka Seribu...” Jin Berpipa Emas kumpulkan seluruh kekuatannya. Dia sanggup berdiri namun sekujur tubuhnya saat itu terasa seperti dipanggang. Ujung tangannya yang buntung hangus kehitaman.“Aku keracunan. Pedang itu pasti mengandung racun jahat! Celaka!” Jin Berpipa Emas menggembor keras lalu balikkan tubuhnya. Terhuyung-huyung kakek ini lari sekencang yang bisa dilakukannya. Ksatria Pengembara menyeringai. Dia putar Pedang Pilar Bumi di tangan kanannya lalu meniup. Darah Jin Berpipa Emas yang tadi masih menempel di mata Pedang serta merta sirna.“Sebentar lagi sore akan memasuki senja. Kemana harus kubawa nenek tukang kentut ini!” Bintang memandang berkeliling sambil berpikir-pikir.Tiba-tiba secara aneh, seolah mengetahui apa yang dipikirkan Bintang, si nenek buka matanya sedikit. Dari mulutnya keluar suara perlaha
last updateLast Updated : 2022-05-10
Read more

202. Bagian 7

Namun nenek itu tidak segera siuman. “Mungkin harus kubantu dengan tenaga dalam dan Pedang sakti.” Bintang segera keluarkan Pedang Pilar Bumi. Cahaya Pedang memantul ke dinding dan atap goa. Ketika bertemu dengan titik putih di langit-langit goa, titik putih memancarkan cahaya terang, menyambar ke arah Pedang. Begitu menyentuh mata Pedang, cahaya terang itu berpijar terang dan memecah menjadi empat lalu setiap pecahan melesat ke arah empat sudut atap goa. Saat itu juga tempat itu menjadi terang benderang.“Apa yang terjadi?!” ujar Bintang terheran-heran seraya pandangi empat titik bercahaya terang di empat sudut atas goa. Saat itu tiba-tiba menggema satu suara yang sulit diduga oleh Bintang dari arah mana datangnya karena suara itu seolah datang dari empat sudut goa.“Anak muda, sinar jati diriku mampu bersatu dengan cahaya sakti senjatamu! Itu satu pertanda kita saling berjodoh!”Ksatria Pengembara tersentak kaget. “Yan
last updateLast Updated : 2022-05-11
Read more

202. Bagian 8

“Aku tidak mengeri Guru...” ujar si nenek. Dia berpaling pada Bintang dan bertanya. “Kau mengerti?” Ksatria Pengembara gelengkan kepala.“Muridku, aku pernah menuturkan padamu perihal riwayat pertama kali aku menemui dirimu. Aku akan mengulanginya kembali. Kau kutemukan pertama kali tergeletak pingsan di muara sungai Pahulupanjang. Menurut kabar yang aku sirap pada masa itu, di sebelah utara telah terjadi malapetaka air bah besar. Mungkin sekali kau salah satu korban yang dihanyutkan banjir tetapi selamat tak sampai menemui ajal. Apakah kini penuturanku itu bisa mengingatkanmu pada apa yang sebenarnya telah kau alami puluhan tahun silam?”Sepasang mata kuning Jin Selaksa Angin terbuka lebar, memancarkan sinar aneh. Dia menatap ke langit- langit kamar, memandang seputar ruangan lalu memperhatikan ke arah mulut goa. Tiba-tiba nenek ini mulai terisak-isak. Suara isakannya berubah menjadi tangisan dan berlanjut menjadi ratapan panjang ya
last updateLast Updated : 2022-05-11
Read more

202. Bagian 9

“Muridku,” tiba-tiba sang Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud keluarkan suara kembali. “Aku gembira kau telah mengalami kesembuhan. Kegembiraanku malah bertambah karena kau tahu siapa dan di mana beradanya suamimu yang bernama Pasedayu itu. Sewaktu kau pingsan tadi aku telah berkata pada pemuda asing ini yang ternyata adalah seorang baik-baik. Aku berkata padanya bahwa dia berjodoh dengan diriku...”Sampai di situ Bintang cepat dekati Ruhpingitan dan berbisik. “Nek, gurumu ini laki-laki atau perempuan?”“Aku sendiri tidak tahu! Mengapa kau bertanya...?”“Aku khawatir dia mau minta kawin dengan aku!” jawab Bintang.“Gila kau! Betapa lancangnya mulutmu!” kata si nenek sambil delikkan mata.Saat itu goa dipenuhi suara tawa Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. “Anak muda, bicara soal jodoh bukan berarti selalu menyangkut perkawinan. Ketika aku melihat Pedang yang kau pergunakan untuk menolon
last updateLast Updated : 2022-05-11
Read more

202. Bagian 10

Sambil berlari mengikuti si nenek Bintang berkata. “Nek, aku gembira kau mengalami kesembuhan dan bisa mengingat masa silammu kembali. Tapi aku melihat satu kelainan pada dirimu.”Jin Selaksa Angin hentikan larinya. “Kelainan apa maksudmu, Bintang?”“Sejak kau keluarkan kentut yang baunya gila-gilaan itu, kuperhatikan kau tidak kentut-kentut lagi!”“Eh, apa iya?” si nenek jadi bertanya sambil usap-usap pantatnya.“Aku tidak dusta. Aku mengira mungkin kau tidak mau berlaku kurang ajar di hadapan gurumu,” kata Bintang pula.“Memang, seharusnya aku sudah kentut beberapa kali hah? Kalau aku tidak kentut-kentut bisa jadi penyakit kentutku sudah sembuh keseluruhan. Biar kucoba dulu!” Si nenek lalu angkat sedikit jubah kuningnya lalu songgengkan pantatnya. Sampai matanya mendelik dan keningnya keringatan tetap saja kentutnya tidak mau keluar. Si nenek keluarkan suara mengedan.
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

202. Bagian 11

"Hai! Apa katamu Bintang? Gusti Allah ada dalam diriku? Aku tidak mengerti.... Iman, apa pula itu?" Nenek muka kuning kerenyitkan kening. "Nanti Nek, satu saat kau pasti akan mengerti.    ""Setahuku dalam diriku hanya ada butt prett! Kentut celaka itu! Kalau tidak kau yang menolong pasti sampai saat ini aku masih digerayangi penyakit itu!" Walau matanya masih berkaca-kaca tapi si nenek masih bisa tertawa cekikikan. Bintang ikut tertawa gelak-gelak,"Bintang, melihat air telaga yang jernih dan sejuk itu, timbul keinginanku untuk mandi. ""Aku maklum saja Nek. Pasti sudah belasan hari kau tak pernah mandi. " kata Bintang pula."Jangan kau bicara tak karuan. Aku lebih sering mandi dari padamu! Dengar Bintang, aku mandi sekali ini selain ingin membersihkan diri juga punya satu maksud.""Maksud lain itu kau sengaja mau memberi kesempatan padaku untuk dapat melihatmu berbugil-bugil? Sama saja aku seperti kelilipan semut rangrang! Haha...
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

202. Bagian 12

"Apa yang ada dalam benakmu?" tanya Ruhpingitan."Sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin minta padamu.""Tunggu! Aku Ingat! Kau past! meminta Sendok Pemasung Nasib yang pernah kujanjikan padamu! Janjiku akan kutepati. Kau sudah menyembuhkan penyakit kentutku walau sesekali aku masih kentut-kentut juga! Jangan khawatir! Saat ini juga akan kuberikan padamu sendok itu!""Sebentar Nek. Jangan kau menganggap aku memaksa menagih janji. Sebenarnya sendok emas sakti itu akan kuserahkan pada suamimu Pasedayu. Karena hanya dengan sendok itulah dia bisa disembuhkan dan kesaktiannya bisa dikembalikan."Sepasang mata si nenek yang kuning terbelalak. "Apa katamu, Bintang?" Lalu nenek ini langsung saja hendak mengeluarkan dan menanggalkan kalung sendok emas sakti yang tergantung di lehernya. Tapi tangannya yang tadi bergerak ke leher mendadak berubah menyambar ke pinggang Ksatria Pengembara. Sekali lagi dia menarik maka sosok Bintang terbetot keras. Keduanya terbanting k
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more
PREV
1
...
4445464748
...
58
DMCA.com Protection Status