Home / Romansa / Penguasa Negeri Jin / Chapter 441 - Chapter 450

All Chapters of Penguasa Negeri Jin: Chapter 441 - Chapter 450

571 Chapters

201. Bagian 17

Yang berjubah kuning gelap adalah seorang kakek berambut putih kelabu awut-awutan. Mata kanan sipit kecil sebaliknya mata kiri besar membeliak. Di pinggangnya kakek ini membekal sebilah senjata berbentuk clurit besar berwarna hitam legam.Di sebelah kakek berjubah kuning gelap tegak berdiri seorang nenek yang penampilannya luar biasa aneh dan menggidikkan. Kulit muka, dada dan perutnya seperti terkelupas. Hidungnya nyaris gerumpung. Bola mata kanannya terbujur keluar, setengah tergantung di pipinya yang tidak berdaging. Nenek ini tidak mempunyai tangan kanan alias buntung. Tapi di atas keningnya menempel satu potongan tangan yang ternyata adalah kutungan tangan kanan sendiri! Seperti si kakek dia membekal sebilah clurit berwarna putih berkilauan.Siapakah dua tua bangka aneh ini? Dalam rimba persilatan Jin mereka pernah dikenal dengan julukan Sepasang Jin Bercinta. Si kakek bernama Pajahilio sedang si nenek bernama Ruhjahilio. Selama puluhan tahun mereka mengelana, hid
last updateLast Updated : 2022-05-06
Read more

201. Bagian 18

“Pajahilio! Kau buas sekali! Jangan-jangan sudah lama kekasihmu si nenek buruk itu tidak mau bermesraan denganmu! Ha... ha... ha!”Jin Terjungkir Langit kerahkan hawa sakti yang didapatnya sewaktu berada di Lembah Seribu Kabut. Sekujur badannya mendadak sontak memancarkan sinar kebiru-biruan disertai menebarnya hawa dingin. Tubuh si kakek berubah laksana kabut, melesat mumbul ke atas.Tendangan Pajahilio mendera udara kosong kemudian menghantam pohon besar tempat Jin Terjungkir Langit tadi tegak bersandar.Braakkk!Pohon yang batangnya seukuran pemelukan manusia itu hancur berkeping-keping. Lalu dengan suara menggemuruh tumbang ke tanah!Pajahilio menggembor keras lalu berteriak. “Jin salah ujud! Aku mau lihat apa kau bisa lolos dari senjataku ini!” Lalu manusia berjubah kuning gelap ini gerakkan tangan kanannya ke pinggang di mana terselip senjatanya yang berbentuk sebuah clurit besar berwarna hitam legam. “Kekasihku,
last updateLast Updated : 2022-05-06
Read more

201. Bagian 19

Si Jin Budiman tampak tenang saja. Tapi diam-diam dia segera kerahkan tenaga dalam pada dua tangannya. Kalau perlu dia siap untuk sama-sama mati mengadu jiwa dengan Pajahilio.“Tenang... Tenang semua!” Jin Terjungkir Langit berkata. “Aku akan beritahu di mana gadis itu berada...”“Katakan cepat! Dari tadi kau cuma berceloteh tak karuan!” bentak Ruhjahilio.“Gadis itu berada di tempat yang aku tidak tahu!” kata Jin Terjungkir Langit pula lalu tertawa gelak-gelak.“Keparat jahanam! Mampus kau!” teriak Ruhjahilio. Tangan kirinya yang memegang clurit putih siap disentakkan.Di sebelah sana Pajahilio juga tidak berdiam diri. Tanpa banyak cerita dia siap menekankan ujung clurit hitamnya untuk merobek perut Si Jin Budiman!Namun dalam keadaan yang sangat menegangkan itu tidak terduga mendadak berkelebat satu bayangan kuning.Butt! Prett!Gerakan bayangan yang sangat sebat dis
last updateLast Updated : 2022-05-07
Read more

201. Bagian 20

Wuuuusss!Pajahilio menjerit keras. Tubuhnya mencelat sampai tiga tombak lalu terkapar di tanah tak berkutik lagi. Pakaiannya mulai dari dada sampai ke lutut tampak hangus mengepulkan asap hitam!Pukulan yang barusan dilepaskan si muka tanah liat memang pukulan yang disebut Pukulan Menebar Budi. Pukulan hebat inilah yang membuat dia menjadi terkenal di Negeri Jin dan sangat ditakuti lawan. Pukulan Menebar Budi tersebut berjumlah tujuh yakni Pukulan Menebar Budi Hari Pertama sampai Pukulan Menebar Budi Hari ke Tujuh. Yang tadi dilepaskannya untuk menghantam Pajahilio adalah Pukulan Menebar Budi Hari Pertama. Akibatnya seperti disaksikan sendiri. Kalau sampai dia menghantam dengan Pukulan Menebar Budi Hari ke Dua, saat itu nyawa si kakek sudah tidak tertolong lagi. Rupanya manusia muka tanah liat ini masih mempunyai rasa belas kasihan hingga tidak mau menjatuhkan tangan terlalu keras. Tapi karena jarak mereka begitu dekat maka akibat yang menimpa Pajahilio sungguh parah
last updateLast Updated : 2022-05-07
Read more

201. Bagian 21

Jin Selaksa Angin tertawa cekikikan. “Kau masih pandai menirukan kentutku! Padahal suara dan irama kentutku sudah berbeda dari dulu! Hik... hik... hik! Makhluk yang hidupnya aneh kaki ke atas kepala ke bawah, dulu kau pernah mengancam diriku. Mau membuat aku jadi ikan asap atau ikan pindang. Apa kau masih mau melakukannya?!”.“Nenek muka kuning! Aku sedang menderita sakit. Kau bicara yang bukan-bukan! Lama-lama aku jadi muak melihat dirimu! Lekas kau pergi dari sini!”“Tua bangka tak tahu diri!”“Nenek sialan, apa maksudmu?!”“Rupanya kau masih suka melihat wajah gadis cantik daripada wajah nenek sepertiku ini! Itu sebabnya kau suruh aku pergi!”“Nek,” Si Jin Budiman menengahi pembicaraan. “Orang tua ini sedang kesakitan. Aku tengah berusaha menolongnya. Harap kau jangan mengajaknya bicara dulu...”“Manusia muka tanah liat! Lagakmu seperti tabib ahli sa
last updateLast Updated : 2022-05-07
Read more

201. Bagian 22

NENEK muka kuning pancarkan kentutnya. Butt prett! Lalu unjukkan wajah cemberut. “Siapa yang menipumu kakek buruk?!”“Tadi kau mengatakan akan mengobati tanganku yang patah. Ternyata tanganku kau tanggalkan, kau tempel di pohon. Lalu kau ambil patahan cabang pohon dan kau tempelkan di tanganku!”“Walah, memang begitu caraku menolongmu!” jawab Jin Selaksa Angin.“Aku lebih suka kau kembalikan tanganku! Siapa sudi punya tangan batang kayu seperti ini!” ujar Jin Terjungkir Langit sementara Si Jin Budiman tertegak tak tahu mau berbuat atau bicara apa.“Ck... ck... ck... Kau benar-benar bangsa Jin yang tidak tahu ditolong orang. Aku telah pergunakan ilmu Menahan Darah Memindah Jazad untuk menolongmu. Itu bukan ilmu sembarangan. Aku menghabiskan waktu belasan tahun untuk mewarisinya. Tanganmu yang patah sengaja aku tempel di pohon. Sementara kau tidak punya tangan, bukankah ada baiknya kuganti dulu dengan ba
last updateLast Updated : 2022-05-08
Read more

201. Bagian 23

“Kalau aku tak punya istri apa kau mau jadi istriku?!” tanya Pasedayu alias Jin Terjungkir Langit.Butt prett! Si nenek pancarkan kentutnya. Setelah tertawa cekikikan dia berkata. “Jawab saja pertanyaanku!”“Aku tak punya istri!”“Maksudmu kau tidak pernah kawin? Tak pernah punya anak?!”“Nenek muka kuning! Aku tidak suka semua pertanyaanmu. Kau tengah menyelidiki diriku atau bagaimana?”“Jangan-jangan kau kaki tangan Jin Muka Seribu.” Si Jin Budiman menimpali.“Aku bukan kaki tangan Jin Muka Seribu! Soal menyelidiki aku memang sedang menyelidiki dirimu!”“Untuk apa?!” sentak Jin Terjungkir Langit.“Aku tidak tahu!” jawab si nenek.“Tua bangka sakit! Otakmu pasti tidak waras!” kata Jin Terjungkir Langit pula.“Aku memang bisa bertindak tidak waras. Misalnya, tanganmu yang di pohon itu kubua
last updateLast Updated : 2022-05-08
Read more

201. Bagian 24

Pagi hari ke empat ketika Jin Terjungkir Langit bangun, seperti hari-hari sebelumnya yang pertama sekali diperhatikannya adalah pohon di mana tangan kanannya yang patah ditempelkan oleh Jin Selaksa Angin. Sekali ini begitu dia memandang ke pohon langsung dia tersentak kaget dan melompat bangun sambil berseru memanggil Si Jin Budiman.Manusia muka tanah liat ini serta merta terbangun pula. “Ada apa Kek?”“Tanganku! Lihat ke pohon sana! Tanganku tak ada lagi di pohon itu! Pasti sudah dibawa lari binatang hutan! Celaka diriku! Apa kataku! Nenek muka kuning jahanam itu benar-benar telah menipuku! Celaka diriku! Celaka! Akan kucari nenek keparat itu. Kalau bertemu biar dua tangannya kutanggalkan dari tubuhnya! Biar dia rasa!” Jin Terjungkir Langit pukul-pukul keningnya sendiri dengan tangan kanan.Si Jin Budiman dapat merasakan kemarahan si kakek. “Nenek sinting itu memang perlu diberi pelajaran!” katanya. Dia perhatik
last updateLast Updated : 2022-05-08
Read more

202. Misteri Perkawinan Sang Pendekar

HUJAN turun dengan lebat membuat malam menghitam pekat. Sesekali halilintar menyambar menerangi jagat. Lalu suara guntur menggelegar seperti hendak menjungkirbalikkan bumi. Di bawah hujan lebat itu dua bayangan berkelebat ke arah selatan. Ketika sekali lagi kilat menyambung dan keadaan terang benderang sesaat, kelihatanlah bahwa dua bayangan itu adalah dua sosok perempuan berwajah cantik. Mereka bukan lain adalah Ruhcinta dan Ruhsantini yang tengah dalam perjalanan menuju tempat kediaman Ramahila.Ruhsantini yang mengetahui letak rumah juru nikah terkenal di Negeri Jin itu berlari di sebelah depan. Sebenarnya mereka bisa saja berhenti mencari tempat berteduh. Namun karena sudah terlanjur diguyur hujan keduanya terus saja melanjutkan perjalanan. Selain itu Ruhcinta mendesak terus agar bisa menemui Ramahila secepatnya.Ramahila memiliki beberapa rumah namun dia lebih sering berada di rumah yang terletak di sebuah bukit kecil di selatan, tak jauh dari kawasan pantai. Kare
last updateLast Updated : 2022-05-09
Read more

202. Bagian 2

Dalam keadaan begitu rupa, tiba-tiba di luar sana terdengar suara tawa aneh, seolah keluar dari liang jurang yang dalam.“Dua perempuan tolol! Aku sudah melarang kalian untuk menyelidik perihal anak dan menantuku! Kalian mengabaikan! Kini kalian muncul di tempat ini, membunuh nenek juru nikah bernama Ramahila itu!”“Siapa kau?!” teriak Ruhsantini.“Kami tidak membunuh! Nenek ini sudah jadi mayat pada saat kami masuk ke dalam rumah!” berteriak Ruhcinta.Kembali di luar sana menggema suara tawa. “Jangan berdusta! Aku melihat sendiri kalian berdua melemparkan masing-masing sebilah pisau ke arah Ramahila. Satu menancap di kening. Satu menembus lehernya! Kalian masih hendak berdusta?!”“Tuduhan busuk dan keji!” teriak Ruhcinta. “Kau berani bicara tak berani ujukkan muka!”“Biarlah aku jadi orang pengecut! Kalian berdua memang orang-orang gagah berani. Berarti kalian jug
last updateLast Updated : 2022-05-09
Read more
PREV
1
...
4344454647
...
58
DMCA.com Protection Status