“Aku tidak mengeri Guru...” ujar si nenek. Dia berpaling pada Bintang dan bertanya. “Kau mengerti?” Ksatria Pengembara gelengkan kepala.
“Muridku, aku pernah menuturkan padamu perihal riwayat pertama kali aku menemui dirimu. Aku akan mengulanginya kembali. Kau kutemukan pertama kali tergeletak pingsan di muara sungai Pahulupanjang. Menurut kabar yang aku sirap pada masa itu, di sebelah utara telah terjadi malapetaka air bah besar. Mungkin sekali kau salah satu korban yang dihanyutkan banjir tetapi selamat tak sampai menemui ajal. Apakah kini penuturanku itu bisa mengingatkanmu pada apa yang sebenarnya telah kau alami puluhan tahun silam?”
Sepasang mata kuning Jin Selaksa Angin terbuka lebar, memancarkan sinar aneh. Dia menatap ke langit- langit kamar, memandang seputar ruangan lalu memperhatikan ke arah mulut goa. Tiba-tiba nenek ini mulai terisak-isak. Suara isakannya berubah menjadi tangisan dan berlanjut menjadi ratapan panjang ya
“Muridku,” tiba-tiba sang Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud keluarkan suara kembali. “Aku gembira kau telah mengalami kesembuhan. Kegembiraanku malah bertambah karena kau tahu siapa dan di mana beradanya suamimu yang bernama Pasedayu itu. Sewaktu kau pingsan tadi aku telah berkata pada pemuda asing ini yang ternyata adalah seorang baik-baik. Aku berkata padanya bahwa dia berjodoh dengan diriku...”Sampai di situ Bintang cepat dekati Ruhpingitan dan berbisik. “Nek, gurumu ini laki-laki atau perempuan?”“Aku sendiri tidak tahu! Mengapa kau bertanya...?”“Aku khawatir dia mau minta kawin dengan aku!” jawab Bintang.“Gila kau! Betapa lancangnya mulutmu!” kata si nenek sambil delikkan mata.Saat itu goa dipenuhi suara tawa Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. “Anak muda, bicara soal jodoh bukan berarti selalu menyangkut perkawinan. Ketika aku melihat Pedang yang kau pergunakan untuk menolon
Sambil berlari mengikuti si nenek Bintang berkata. “Nek, aku gembira kau mengalami kesembuhan dan bisa mengingat masa silammu kembali. Tapi aku melihat satu kelainan pada dirimu.”Jin Selaksa Angin hentikan larinya. “Kelainan apa maksudmu, Bintang?”“Sejak kau keluarkan kentut yang baunya gila-gilaan itu, kuperhatikan kau tidak kentut-kentut lagi!”“Eh, apa iya?” si nenek jadi bertanya sambil usap-usap pantatnya.“Aku tidak dusta. Aku mengira mungkin kau tidak mau berlaku kurang ajar di hadapan gurumu,” kata Bintang pula.“Memang, seharusnya aku sudah kentut beberapa kali hah? Kalau aku tidak kentut-kentut bisa jadi penyakit kentutku sudah sembuh keseluruhan. Biar kucoba dulu!” Si nenek lalu angkat sedikit jubah kuningnya lalu songgengkan pantatnya. Sampai matanya mendelik dan keningnya keringatan tetap saja kentutnya tidak mau keluar. Si nenek keluarkan suara mengedan.
"Hai! Apa katamu Bintang? Gusti Allah ada dalam diriku? Aku tidak mengerti.... Iman, apa pula itu?" Nenek muka kuning kerenyitkan kening. "Nanti Nek, satu saat kau pasti akan mengerti. ""Setahuku dalam diriku hanya ada butt prett! Kentut celaka itu! Kalau tidak kau yang menolong pasti sampai saat ini aku masih digerayangi penyakit itu!" Walau matanya masih berkaca-kaca tapi si nenek masih bisa tertawa cekikikan. Bintang ikut tertawa gelak-gelak,"Bintang, melihat air telaga yang jernih dan sejuk itu, timbul keinginanku untuk mandi. ""Aku maklum saja Nek. Pasti sudah belasan hari kau tak pernah mandi. " kata Bintang pula."Jangan kau bicara tak karuan. Aku lebih sering mandi dari padamu! Dengar Bintang, aku mandi sekali ini selain ingin membersihkan diri juga punya satu maksud.""Maksud lain itu kau sengaja mau memberi kesempatan padaku untuk dapat melihatmu berbugil-bugil? Sama saja aku seperti kelilipan semut rangrang! Haha...
"Apa yang ada dalam benakmu?" tanya Ruhpingitan."Sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin minta padamu.""Tunggu! Aku Ingat! Kau past! meminta Sendok Pemasung Nasib yang pernah kujanjikan padamu! Janjiku akan kutepati. Kau sudah menyembuhkan penyakit kentutku walau sesekali aku masih kentut-kentut juga! Jangan khawatir! Saat ini juga akan kuberikan padamu sendok itu!""Sebentar Nek. Jangan kau menganggap aku memaksa menagih janji. Sebenarnya sendok emas sakti itu akan kuserahkan pada suamimu Pasedayu. Karena hanya dengan sendok itulah dia bisa disembuhkan dan kesaktiannya bisa dikembalikan."Sepasang mata si nenek yang kuning terbelalak. "Apa katamu, Bintang?" Lalu nenek ini langsung saja hendak mengeluarkan dan menanggalkan kalung sendok emas sakti yang tergantung di lehernya. Tapi tangannya yang tadi bergerak ke leher mendadak berubah menyambar ke pinggang Ksatria Pengembara. Sekali lagi dia menarik maka sosok Bintang terbetot keras. Keduanya terbanting k
"Nek, aku. Lepaskan tanganmu. Aku berjanji tidak akan memandang ke arah telaga. Aku..." Bintang pegangi dua tangan si nenek.Lalu dia merasa bagaimana dua tangan itu menekannya ke bawah hingga dia jatuh berlutut Lalu sekali lagi dua tangan si nenek bergerak, sosok Bintang terpuntir membelakangi telaga dan terduduk jatuh menjelepok di tanah. "Kalau kau berani memandang lagi ke arah telaga, kujitak kepalamu sampai benjol!" Setelah mengancam begitu baru Ruhpingitan lepaskan kedua tangannya yang menekap menutupi mata Ksatria Pengembara.Bintang tertawa-tawa. Dari telaga didengarnya suara orang mencebur masuk ke dalam air Di sampingnya si nenek tegak memperhatikan Ruhcinta berenang di tepi telaga di sela-sela batu dan sesekali tubuhnya menyelam lenyap di bawah permukaan air.Selagi Ruhcinta menyelam untuk kesekian kalinya, tiba-tiba dari balik satu pohon besar berkelebat satu bayangan hitam. Dua kali melompat orang ini sampai dekat batu di atas mana Ruhcinta me
"Gadis, lekas kau kenakan pakaianmu!"Ruhcinta cepat menangkap pakaiannya. Tak perduli berbasah- basah, dia kenakan pakaian lalu naik ke tepi telaga. Begitu berhadap-hadapan, Ruhcinta tidak menyangka kalau yang menolongnya itu adalah nenek muka kuning yang dikenalnya dengan julukan Jin Selaksa Kentut"Jin Selaksa Kentut. Aku tidak mengira. Aku sangat berterima kasih padamu. Kalau kau tidak muncul tentu lelaki jahanam itu telah berbuat jauh lebih keji. Kau tahu siapa orangnya Nek?"Sementara itu di balik semak belukar Ksatria Pengembara masih duduk menjelepok di tanah. Waktu tadi ditinggal si nenek dia ingin segera bangkit berdiri. Namun takut didamprat terpaksa dia menunggu.Lalu terdengar suara orang berkelahi. Ketika mendengar si nenek menyuruh Ruhcinta mengenakan pakaian, Bintang tidak tahan lagi. Setelah menunggu sesaat akhirnya dia bangkit berdiri dan lari ke tepi telaga. Justru saat itu Ruhcinta baru saja menanyak
"Nek... aku... aku tak bisa menjelaskan...""Aku tidak suka orang berdusta! Antara kita saat ini sudah terjalin hubungan sangat erat Bintang. Ingat hal itu baik-baik. Aku tidak perduli kau sudah kawin dan dengan siapa. Aku hanya ingin tahu apa yang dikatakan gadis ini benar?""Benar dan tidak Nek," jawab Bintang. "Hai! Sialan amat jawabanmu!""Memang sialan Nek. Aku mengalami nasib sial yang aku tidak tahu mengapa jadi bisa begitu! Terserah orang mau mengatakan apa. Yang jelas semua terjadi diluar kemauanku. ""Tidak bisa kumengerti. Mana ada pemuda kawin diluar kemauannya. Kalau gadis masih mungkin karena dipaksa...""Saat ini aku tak bisa menerangkan padamu. Ceritanya panjang. Aku kira lebih baik kita tinggalkan tempat ini."'Tidak! Kau harus memberi tahu lebih dulu!" jawab Jin Selaksa Angin."Nanti akan kuceritakan padamu. Aku berjanji!""Baik, aku menurut. Kau menceritakan nanti. Tapi saat ini aku ingin tahu dul
Ketika Si Jin Budiman membuka dua matanya kembali, kelihatan mata itu berkaca-kaca. Sambil mendekap ukiran bunga mawar yang terbuatdari batu merah ke dadanya, hatinya berkata. "Aku harus kembali ke telaga. Menemui gadis itu. Tapi apakah ini saatnya yang tepat? Dia telah mempunyai kesan yang tidak baik terhadapku. Si nenek muka kuning pasti sudah member! tahu ciri-ciriku pada gadis itu. Sulit bagiku mengelakkan tuduhan. Kecuali jika dia mau mendengar dan menerima semua penjelasanku. Demi masa silamku! Demi masa depan gadis itu, aku harus pergi menemuinya. Apapun yang terjadi! Bertahun-tahun aku berusaha keras untuk menyingkap tabir gelap kehidupan ini. Sekarang setelah hampir tersibak masakan aku harus tercampak dalam kebimbangan...?!"Perlahan-lahan Si Jin Budiman bangkt berdiri. Belum sempat dia melangkah ke pintu goa tiba-tiba menggelegar suara bentakan."Orang di dalam goa! Lekas keluar! Kembalikan benda yang kau curi dariku! Atau kau akan kukubur hidup-hidup di dal