Apa jadinya bila seorang anak dari keturunan seorang Kiai besar mendadak hamil dengan orang yang tidak dikenalinya. Tsabi Queren terpaksa harus menelan pil pahit atas takdir dirinya, di mana dia terpaksa gagal menikah sebab sudah berbadan dua. Anehnya Tsabi tidak pernah merasa melakukan perbuatan yang melanggar norma agama, apalagi mendekati Zina. "Bagaimana bisa aku hamil, jangan memfitnahku," Tsabi Queren. "Sekarang kamu adalah istriku, tugasmu melayaniku dan memenuhi hakku. Jika terjadi sesuatu pada kehamilanmu, akan kubuat kamu mengandung lebih banyak lagi anak dariku!" Arshaka Kenandra.
View More"Hentikan!" Suara lantang itu terdengar cukup nyaring menggema di ruangan. Mencuri semua atensi orang yang hadir.
Mempelai pria yang tengah menjabat tangan Pak Ustadz ikut menoleh hampir bersamaan. Siapakah pria di ujung sana yang berani-beraninya menyela acara penting mereka.Tsabi yang duduk di bilik berbeda tengah tertunduk doa khusuk ikut mendongak dengan rasa ingin tahu.Seorang laki-laki berpenampilan luwes tiba-tiba muncul di saat detik-detik acara sakral hendak dimulai. Mengejutkan sekaligus menghebohkan semua yang hadir. Pria misterius itu berjalan tertata dengan sekawanan bodyguard di belakangnya."Anda siapa? Ada urusan apa?" tanya Pak Ustadz menjeda aktivitasnya.Pria itu bernama Arshaka Keenandra yang secara terang benderang menghadap Pak Kyai mengungkapkan pernyataan yang cukup mencengangkan. Bahkan membuat geger dan Pak Kyai sekeluarga syok.Bagaimana tidak, Arshaka Keenandra adalah seorang keturunan blasteran eropa yang berdomisili di ibu kota dengan segudang prestasinya memimpin perusahaan besar. Sikapnya yang arogan, dingin, dan tak tersentuh itu menjelma nemo manis yang siap menerima umpan. Namun, dibalik sikapnya yang cukup misterius, ada alasan kenapa pria itu melakukan semua itu."Perkenalkan, saya Shaka, kedatangan saya kemari untuk mengatakan hal yang tentunya tidak bisa saya bagi untuk banyak pasang telinga. Ini mengenai saya dan putri Bapak. Bisa kita bicara?" ucap Shaka dengan cukup tenang.Mendengar namanya dikaitkan, Tsabi langsung berdiri dari tempat duduknya. Siapa pria itu, ada urusan apa dengan dirinya."Maaf, saya tidak punya waktu, sebaiknya cepat katakan atau lain kali saja," jawab Pak Ustadz sedang tidak untuk berbasa-basi."Tapi ini mendesak dan sangat penting. Saya terpaksa harus mengatakan ini supaya ke depannya menjadikan maklum perihal apa yang telah terjadi antara saya dan putri Bapak.""Maksud Anda?" tanya Ustadz Aka cukup tercengang. Ada urusan apa putrinya dengan orang di depannya."Bapak yakin ingin saya mengatakan di sini?" Shaka berkata dengan tenang. Menatap beberapa orang di sekitar yang nampak ramai. Semua orang bahkan menatapnya dengan gaya kepo.Pak Ustadz Aka nampak bimbang, tetapi akhirnya mengangguk menyetujui. Meminta acara ijab qobul yang hampir berlangsung itu ditunda sejenak.Sementara Tsabi harap-harap cemas menatap keduanya. Abi sekaligus pria yang sama sekali tidak dikenalnya itu menghilang dibalik ruangan.Orang yang paling tersohor seantero bumi Al Hasan itu berjalan menepi ke dalam, memberikan ruang pribadinya untuk menjamu tamu misterius yang datang tak diundang itu. Tentu saja menghebohkan seantero kompleks pesantren Al Hasan.Shaka langsung menyodorkan sebuah amplop coklat berisi keterangan medical chek up."Apa ini?" tanya Pak Aka keheranan. Menerima sebuah amplop dengan logo rumah sakit."Silahkan dibuka Pak Ustadz!" ujar Shaka tenang.Ustadz Aka mulai membukanya dengan seksama. Membaca perlahan, hingga mengulang agar tidak keliru. Dadanya semakin bergemuruh saat membaca keterangan demi keterangan di lembaran kertas chek up itu."Maksudnya apa ini?" tandas Ustadz Aka masih kurang paham. Berharap hanya sebuah lelucon nyasar."Putri Bapak mengandung anak saya," ucap Shaka cukup gamblang."Apa! Jangan kurang ajar ya, putri saya sangat terdidik dan berakhlak baik sejak kecil, bahkan semua pergaulan dia saya tahu, jadi Anda jangan membuat masalah!" sentak Pak Ustadz Aka menatap tajam pria dewasa di depannya."Bapak boleh cek atau melakukan pemeriksaan sekarang kalau tidak percaya. Dia tengah hamil anak saya," ulang Shaka begitu jelas."Dasar kurang ajar!"Pak Aka yang biasanya kalem itu terlihat murka. Langsung maju menghantam muka Shaka cukup keras. Membuat pria bertubuh kekar itu terhuyung ke belakang. Sontak kedua bodyguard yang berjaga di belakangnya pun langsung sigap menolong. Namun, Shaka menolaknya dengan mengkode mengangkat tangannya. Kedua bodyguard tersebut mundur teratur.Ustadz Aka yang biasanya kalem dan cukup tenang pun hampir kehilangan kesabaran. Apa-apaan ini, putrinya hamil dengan pria yang Pak Aka sendiri tidak tahu menahu siapa dia. Mimpi buruk, bahkan sangat buruk!"Saya akan bertanggung jawab," ucap Shaka cukup berani. Membuat Pak Aka semakin murka tentunya. Marah, tentu saja pria di depannya telah menghancurkan masa depan putrinya. Orang tua mana pun pasti tidak akan terima.Pria itu urung untuk jujur, memilih menyikapinya dengan lembut sesuai isi kepalanya walau dengan konsekuensi dan resiko yang harus didapat. Termasuk mendapatkan amarah keluarganya. Sebenarnya dia tidak sampai hati menghancurkan nama baik gadis malang itu, yang sedari pertama bertemu sudah menyiratkan letupan lain di hati Shaka. Tsabi sangat berbeda dengan perempuan mana pun yang pernah ia temui. Namun, Shaka tidak mempunyai cara lain demi mempertahankan calon anaknya yang tengah tumbuh di rahim Tsabi.Shaka mengusap sudut bibirnya yang pecah, darah segar jelas keluar dari sana. Namun, ia tidak melawan sama sekali. Banyak misi yang harus pria itu selesaikan demi buah hati yang tumbuh di rahim gadis itu."Saya akan bertanggung jawab menikahi putri Bapak," ulang Shaka dengan percaya diri.Pak Aka semakin tercengang mendengarnya. Ini bukan hanya masalah tanggung jawab, tapi nama keluarga besarnya tercoreng di sini. Bagaimana mungkin dia menerima pinangan dari pria yang bahkan sudah lebih dulu merusak putrinya. Namun, kalau bukan pria itu yang menikahi, siapa lagi yang akan menikahi perempuan hamil. Keluarga Ustadz Zubair pasti akan murka bila mendengar ini.Suasana di ruang dalam cukup kisruh. Hingga hening beberapa saat. Jelas ini bukan perkara satu dua hal, namun menyangkut banyak keluarga. Termasuk keluarga Ustadz Zubair sebagai calon besan."Tunggu di sini, jangan main-main dengan kami," ucap Ustadz Aka dingin.Shaka mengangguk, sesungguhnya dia tidak berniat berurusan dengan keluarga tersohor itu. Namun, kadung calon buah hatinya bersemayam di rahim gadis dari keturunan agamis itu.Ustadz Aka keluar dari ruangan yang langsung dihadang istrinya. Wajahnya terlihat menahan amarah."Mana Tsabi?" tanya pria itu dingin."Ada apa, Mas? Siapa dia?" tanya Ummi bingung."Bawa Tsabi ke sini!" titahnya tegas.Ummi langsung beranjak menemui putrinya dan membawa kehadapan ayahnya."Sebenarnya ada apa, Ummi? Siapa pria itu?" tanya Tsabi tak mengerti."Ummi tidak tahu, temui abimu sekarang. Dia ingin bicara padamu," katanya tak tenang. Kedua perempuan berbeda generasi itu berjalan beriringan masuk ke ruangan ayahnya. Terlihat pria misterius itu juga masih ada di sana. Menatapnya dengan lekat, menuntut, seakan meminta sebuah kejelasan."Ada apa, Abi memanggilku?" tanya Tsabi dengan perasaan mendadak tak tenang."Tutup pintunya!" titah Ustadz Aka menginterupsi. Ummi langsung melangkah mendekati pintu yang masih terbuka separo, menutupnya rapat-rapat."Tsabi," ucap Pak Aka dengan rahang mengeras. Menahan emosi yang hampir meluap. Beliau tidak pernah semarah ini. Namun, kali ini sudah lebih dari keterlaluan. Ini hal yang sangat memalukan.Ustadz Aka menyodorkan kertas dari Shaka tanpa kata."Apa ini?" tanya gadis itu keheranan. Kenapa malah memberikan amplop serupa chek kesehatan padanya."Buka," kata pria itu lirih. Menatap marah.Tsabi membuka lipatan kertas itu dengan tangan gemetar. Hatinya bergejolak hebat dan menggeleng pelan membaca deretan tulisan di sana yang menyebutkan namanya beserta hasil dari sebuah lab rumah sakit."Ini tidak mungkin," ucap gadis itu yakin."Tapi apa Mas?" Tsabi yang penasaran langsung mencicipinya. Tidak ada masalah, rasanya juga cukup enak. Namun, ia sedikit eneg ketika mendapati isian bawang bombainya."Hehehe. Seharusnya kamu bikin lebih banyak lagi. Aku suka, kalau ukurannya kecil gini kurang sayang.""Ish ... bikin worry saja. Habisin semuanya Mas, aku kenyang.""Kapan kamu makan?" Sedari bangun Shaka belum melihat istrinya mengisi perutnya."Lihatin kamu udah kenyang. Aku belum lapar, udah minum susu tadi," jawab Tsabi benar adanya."Sini aku suapin," ujar pria itu membagi sisa gigitannya.Sebenarnya Tsabi agak mual dengan bawang bombay, tetapi isian itu kurang menarik tanpa umbi satu itu.Tsabi baru mengunyah beberapa suapan, tetapi dia merasa semakin eneg. Wanita itu langsung beranjak dari kursi seraya menutup mulutnya.Shaka yang melihat itu langsung berdiri menyusul. Paling tidak bisa melihat istrinya dalam kesusahan."Sayang, maaf, kamu beneran mual?" ucap pria itu iba. Kasihan sekali melihat Tsabi yang menda
"Kamu juga capek kan Mas, kenapa mijitin?" tanya wanita itu sembari menyender di kepala ranjang. "Lelahku hilang saat melihat senyum kamu sayang," ujar Shaka jujur. Sedamai itu ketika menatap wajahnya yang teduh. Selalu menenangkan. "Bisa aja kamu Mas," jawab Tsabi tersenyum. Ditemani gini saja sudah mengembalikan moodnya. Apalagi dipijitin begini, sungguh Mas Shaka suami yang romantis dan pengertian. Perlahan netra itu mulai berat. Seiring sentuhan lembut yang mendamaikan. Tsabi terlelap begitu saja. Melihat itu, Shaka baru menyudahi pijitanya, dia membenahi posisi tidur istrinya agar lebih nyaman. Sebenarnya ada hasrat rindu yang menggebu, apalagi memang pria itu sudah beberapa hari tak berkunjung. Namun, nampaknya waktu dan keadaan kurang memberikan kesempatan. Tsabi juga terlihat lelah akibat aktivitas seharian di luar. Shaka akan menundanya besok sampai waktu memungkinkan. Agar keduanya sama-sama nyaman. Terutama Tsabi yang saat ini tengah hamil muda. Kadang moodian. Shaka h
"Nggak jadi aja ya, perasaan aku nggak enak," kata Shaka yang sebenarnya takut kalau nanti istrinya bakalan sakit hati lagi. "Kenapa, kalau dia nggak mau ketemu sama aku, mungkin mau dijengukin kamu. Kita bisa bawakan makanan kesukaan Angel dan mukena. Aku yakin dia mau berubah. Kita tidak boleh memusuhinya Mas.""Kenapa sih kamu jadi orang baik banget. Dia udah jahat banget loh sama kamu, sama keluarga kita. Wajar kan kalau pada akhirnya aku nggak respect.""Sangat wajar, itu namanya naluriah. Ketika seseorang disakiti terus membalas. Aku cuma mau kasih ini Mas, mana tahu dia bisa terketuk hatinya untuk melakukan kebaikan.""Oke, nanti aku antar," ucap Shaka pada akhirnya. Mereka benar-benar mengunjungi Angel yang saat ini dalam tahanan. Akibat perbuatannya, Angel harus menerima sanksi berat. Mendapatkan kurungan yang tak sebentar. Karena mencoba melakukan penganiayaan dan juga pembunuhan."Ngapain kalian ke sini? Puas lihat aku di sini seperti ini," sentak Angel menatap sinis pasu
Sepekan telah berlalu, tapi kesedihan nampaknya masih membekas di hati Shaka. Suasana hatinya beberapa hari ini sedang tidak baik-baik saja. Beruntung Tsabi adalah istri yang begitu perhatian dan pengertian. Wanita itu sangat sabar menemani suaminya yang dalam suasana duka.Hari ini pria itu sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasanya. Toko dan bengkelnya juga sudah mulai dibuka kembali. Setelah sepekan tutup total karena dalam suasana berkabung. Ibunya memang belum meninggalkan banyak kenangan manis dengannya. Namun, sebagai seorang anak pasti sangat kehilangan ditinggalkan orang yang telah melahirkannya untuk selamanya. "Mas, ini ganti kamu hari ini," ujar Tsabi menyiapkan pakaian ganti suaminya. Walaupun beraktivitas di samping rumahnya, tentu Tsabi tak pernah lupa mengurusi pakaian suaminya juga untuk kesehariannya. Santai, tapi bersih dan tertata. "Makasih sayang," jawab Shaka memakainya begitu saja di depan istrinya. Sudah tidak tabu lagi. Bahkan menjadi pemandangan men
Tepat pukul lima sore hari Nyonya Jesy menghembuskan napasnya yang terakhir. Shaka sangat terpukul dengan kepergian ibunya. Pria itu tersedu sembari membacakan ayat-ayat suci di dekat ibunya. Tsabi mengusap lembut punggung Shaka setelah menyelesaikan surat yasin menutup doa ibu mertuanya. "Yang ikhlas Mas, biar mommy tenang," ucap Tsabi menguatkan. Dia tahu ini berat, hanya doa terbaik untuk almarhum mommy yang sekarang bisa ia lakukan. Wanita itu langsung menghubungi keluarganya. Ummi Shali, Ustadz Aka, dan Khalif serta beberapa orang abdi dalem langsung bertolak ke rumah sakit. Tentu saja untuk mengurus kepulangan dan juga pemakamannya. Beberapa orang lainnya nampak sudah bersiap menunggu jenazah pulang ke rumah duka. Suasana mengharu biru saat jenazah itu tiba dan hendak disholatkan. Ustadz Aka sendiri yang mengimaminya. Berhubung waktu belum terlalu malam, almarhum langsung dikuburkan malam itu juga. Tepatnya setelah sholat maghrib. Semuanya seakan berjalan begitu cepat. Padah
"Tsabi, apa yang terjadi sayang?" Ummi Shali dan suaminya langsung bertolak ke rumah menantunya begitu mendapatkan kabar dari Shaka. "Zayba jatuh Ummi, dia sepertinya sangat kaget," jelas Tsabi mengingat bocah kecil itu terlepas dari troli. Salah satu karyawan toko yang menggendongnya dan langsung mengamankan bayi itu. "Astaghfirullah ... Mas, cucuku gimana ini. Kita bawa ke tukang pijat.""Kenapa bisa sampai seteledor itu menjaga anak kecil. Bukankah kamu di rumah?""Tsabi tidak enak badan abi, tadi habis periksa. Aku nitip ke mommy, tapi malah ada musibah begini.""Kamu sakit?" tanya Ummi Shali menatap dengan serius. "Sakit, tapi sebenarnya—" Tsabi terdiam, agak ragu berkata jujur saat ini. Namun, bukankah kabar baik itu harus berbagi. "Sebenarnya apa?" tanya Abi Aka giliran yang menatapnya. "Zayba mau punya adik, Ummi," kata Tsabi malu dan ragu membagi kabar bahagia tersebut. "Kamu hamil lagi?" tanya Ummi cukup kaget. Baby Zayba belum genap satu tahun sudah mau punya bayi. Ba
"Ide menarik, boleh dicoba kalau nanti gagal.""Maaf ya, belum bisa bahagiakan kamu," ucap Shaka tiba-tiba. Baru saja mau bangkit, sepertinya ada saja halangannya. "Aku nggak ngerasa gitu kok, maaf juga kalau masih banyak mengeluh selama jadi istri kamu." Tsabi mencoba menerima dan bersabar dengan ujian yang datang dari keluarga Shaka. Dia juga harus bisa menerima keluarganya juga bukan. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hampir satu purnama Angel menumpang di rumah mereka. Semua Tsabi lalui dengan tidak mudah. Karena wanita itu sering berulah dengan sengaja. Beruntung Shaka yang pengertian memperlakukan Tsabi dengan penuh perhatian. "Sayang, kamu pucet sakit?" tanya Shaka memperhatikan istrinya yang sepertinya kurang enak badan. "Agak pusing Mas, perlu minum obat kayaknya." Beruntung ini hari libur, jadi Tsabi tidak harus berangkat mengajar. "Ya sudah tiduran saja, mumpung libur juga. Tidak usah mengerjakan apa pun. Zayba hari ini full sama abi.""Makasih Mas," jawab
"Nggak bisa Mas, aku kan kemarin sudah izin. Kamu sarapan dulu ya, terus minum obat. Nanti biar Zayba sama Mbok Tini. Kemarin juga seharian sama Mbok Tini."Shaka yang tengah rebahan meraih pinggang istrinya agar duduk makin dekat. Pria itu memposisikan kepalanya tepat di pangkuan istrinya dengan manja. "Obatnya kamu," katanya sembari menenggelamkan wajahnya ke perut Tsabi. Tangan kanannya memeluk erat. Seolah tidak mengizinkan wanita itu untuk beranjak dari sisinya."Aku bikinin sarapan ya, terus minum obat.""Pingin sarapan kamu, yank, aku tidak semangat," kata pria itu mode rewel. Bisa begini juga ternyata cowok yang super dominan itum"Dih ... aku belum bersih lah. Tapi udah mau sembuh kok. Kamu kenapa jadi manja gini sih Mas. Nanti aku kabari kalau udah selesai.""Kangen, namanya juga kangen ya gini. Kamu cuek banget dari kemarin."Repot kalau suaminya mode rewel. Sakit sedikit manjanya ngalahin bayi. Tsabi tidak leluasa bergerak sama sekali. Tiba-tiba Zayba juga merengek. Tsab
"Kamu ngapain sih Mas ngikutin mulu, tidur sana!" omel Tsabi melihat suaminya mengekor dirinya. "Ya itu Zayba rewel, mana tahu kamu butuh bantuan.""Nggak, aku pikir kamu malah nggak ingat pulang," jawabnya ketus. Efek lelah dan juga tubuhnya sedikit tidak enak badan, membuat Tsabi sewot sendiri. "Kok ngomongnya gitu, aku pasti pulang lah. Ya walaupun akhirnya malam. Maaf, tadi ikut ngaji dulu.""Ya nggak pa-pa kan, aku juga nggak pernah ngelarang juga. Kamu mau ngapain aja terserah kamu. Lagian ada Khalif kok yang bisa bantuin ke mana-mana.""Memangnya tadi ke mana? Kamu nggak telpon kan?""Seharusnya kamu ingat memberi kabar. Bukannya nungguin aku hubungi kamu. Memangnya aku sempat apa telpan telpon terus Zayba sakit begini.""Zayba masih sakit?" Tsabi tidak menjawab, melainkan menatapnya dengan merotasi matanya jengah. Bukankah pria itu tahu tadi pagi juga Tsabi sudah mengeluh kalau bayinya sakit. Apa seorang pria tidak sepeka itu. Perempuan itu kembali masuk ke kamar seraya me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments