Home / Romansa / Hamil Tapi Perawan / Bab 8 Suami Misterius

Share

Bab 8 Suami Misterius

Author: Asri Faris
last update Last Updated: 2023-09-07 08:33:43

Kenapa perintah Shaka terdengar cukup menakutkan, bukankah suami istri hal yang wajar tidur satu ranjang. Tsabi menatap tempat tidur dengan perasaan bimbang. Sementara Shaka sudah menempati tempat itu lebih dulu. Menatap datar setengah berbaring menyenderkan punggungnya di papan headboard.

"Kamu mau berdiri di situ sampai kapan?" tanya pria itu sembari menyambar macbook di nakas. Sibuk dengan sendirinya.

Tsabi tidak menjawab, tetapi berjalan mendekat dengan perasaan deg degan. Berharap malam ini tidak ada adegan yang menyebabkan guncangan ranjang. Pikirannya sudah nethink duluan mengingat ini malam pertama mereka. Bukan tidak mungkin pria yang tengah serius dengan gawainya itu tiba-tiba meminta haknya sebagai pasangan halalnya.

Pelan gadis itu duduk, mengangkat kedua kakinya menempati ranjang, lalu menarik selimut dengan tubuh mulai merebah. Sekelebat bayangan manis tentang mantan calon imam yang gagal di meja akad. Seharusnya dia kini tengah berbahagia andai saja menikah dengan mantan ta'arufnya. Tiba-tiba hatinya merasa sesak mendapati kenyataan kalau kini pria itu bukanlah jodohnya, melainkan jodoh adiknya. Takdir seperti tengah mempermainkan dirinya. Dan kini Tsabi malah terdampar di kamar pengantin dengan pria asing, dingin, dan sangat misterius. Bagaimana cara memulai hubungan baik itu saja Tsabi ragu.

"Astaghfirullah ... ampuni aku ya Rabb ... kenapa aku harus memikirkan pria lain di atas ranjang pengantin. Bukankah saat ini pasti mereka tengah berbahagia. Setidaknya melewati malam manis tanpa ketakutan begini," batin Tsabi sendu. Dibuat kecewa dengan keadaan yang ia pun kini tak tahu ada di pijakan yang tepat atau akan terhempas dengan kenyataan.

"Ubah posisi tidurmu, aku tidak suka," kata Shaka tiba-tiba, terdengar cukup jelas jadi sangat tidak memungkinkan Tsabi pura-pura tertidur.

Tsabi pikir pria itu sudah lelap karena tak ada suaranya dari tadi. Ternyata malah belum dan kini memintanya untuk merubah posisi. Apakah posisi tidur juga ada aturannya.

Tsabi menghela napas kasar, berbalik dan cukup kaget mendapati Shaka tepat di depannya. Susah payah perempuan itu menelan salivanya, tercekat sejenak mendapati Shaka begitu dekat.

"Besok jantung kamu harus diperiksa, sudah berapa kali hari ini menjerit," kata pria itu serius.

Tsabi bangkit dari pembaringan karena tiba-tiba merasa mual. Efek kaget membuatnya sangat tidak nyaman. Shaka yang belum tidur ikut bangkit dari ranjang.

"Kenapa?" tanya pria itu melihat istrinya hendak beranjak.

Tsabi tidak menjawab, langsung melesat ke kamar mandi. Perutnya mendadak eneg, perasaannya tak nyaman sama sekali.

"Besok aku antar ke rumah sakit. Aku harus memastikan calon anak kita sehat," kata Shaka di ujung pintu. Menyusulnya mendengar istrinya mual-mual.

Tsabi membasuh bibirnya lalu beranjak dari kamar mandi, kembali ke ranjang dengan kepala agak kliyengan. Berusaha terlihat baik-baik saja karena mendadak tidak suka dikhawatirkan pria di depannya. Lebih tepatnya didekte sedemikian banyak aturan tanpa melibatkan perasaannya suka atau tidak.

"Perut kamu mual?" tanya Shaka tak bisa abai. Apalagi itu mengenai buah hatinya yang sudah lama pria itu inginkan.

Tsabi hanya menganggukkan kepalanya, berharap cepat terlelap agar segera melewati malam ini tanpa banyak drama. Melihat mata Tsabi yang terpejam, Shaka tak lagi banyak bicara, menarik selimut untuk menutupi tubuh Tsabi hingga terasa nyaman. Perbuatan kecil tetapi mampu membuat si penghuni kamar sejenak merasa nyaman. Hingga bertemu pagi, netra itu terbuka merasa asing. Baru teringat kalau itu bukan kamarnya, melainkan kamar suami yang baru saja ditempati sejak semalam.

Perempuan itu mengedarkan pandangan sembari bangkit dari pembaringan. Jam di dinding kamar baru menunjuk di angka tiga lebih dini hari. Ranjang bagian Shaka sudah kosong, pria itu sudah bangun sedari tadi kah? Ke mana sepagi ini.

Penasaran, membuat Tsabi keluar kamar, mencari sosok misterius yang kini telah menjadi suaminya. Perempuan itu clingukan hendak mengambil jalan yang mana. Rumah ini terasa begitu luas, sedang Tsabi belum paham benar tatanan setiap ruangan.

Langkah perempuan itu mengikuti instingnya ke kanan, sialnya Tsabi benar-benar tersesat karena kini tidak tahu ke mana arah keluar. Semua ruangan mendadak buntu dan sekilas terlihat sama.

"Ya Tuhan ... jalan ke kamar mana sih? Rumah kok gede banget," gumam perempuan itu menggerutu di sepanjang jalan. Hanya ada lampu dari ruangan lain yang menyebabkan jalan tengah dengan pencahayaan meremang.

"Aaa!" Tsabi kaget berbalik menabrak seseorang yang sudah berdiri di belakangnya tanpa aba-aba.

"Mau ke mana malam-malam berkeliaran di sini?" tanya Shaka dingin. Suara beratnya hampir membuat perempuan itu jantungan.

"Eh, astaghfirullah ...," ucap perempuan itu beristighfar banyak-banyak. Menetralkan detak jantungnya yang hampir melompat dari tempatnya.

"M-mau ke dapur, ambil minum. Aku haus," ucap Tsabi beralasan.

Seketika Shaka menautkan kedua alisnya, bukankah di kamar ada air putih. Kenapa istrinya sampai keluar kamar.

"Bukankah di kamar ada air putih," jelas pria itu penuh selidik.

"Mmm ... aku sepertinya lupa," kata Tsabi beranjak.

"Mau ke mana?" Sura berat Shaka kembali menghentikan langkah Tsabi.

"Balik ke kamar, ada kan katanya. Aku tidak harus capek ke dapur. Rumahmu sungguh terlalu besar." Tsabi hampir kembali melangkah dengan percaya diri menyamarkan kegugupannya saat mulut pria itu kembali berseru.

"Kamu salah jalan," ucap pria itu dengan tenang.

"Hah!" ujarnya kembali berbalik lalu mengekor suaminya yang berjalan menuju kamarnya.

Tsabi kembali berjalan dengan batin menggerutu. Sepertinya kata Shaka benar, dia besok harus periksa jantung karena mendadak kagetan.

Sampai di kamarnya Tsabi tak lantas membuat perempuan itu kembali ke ranjang. Sebentar lagi subuh jadi ia hendak mengambil wudhu. Namun, pergerakan perempuan itu terhenti saat menatap siluet pundak suaminya seperti berdarah. Tidak begitu jelas tetapi cukup membuat Tsabi penasaran.

"Aku tidak salah lihat kan? Apa pundak pria itu terluka?" batin Tsabi bertanya-tanya. Mendadak ia gelisah menantinya dari kamar mandi.

"Mas!" tanya Tsabi tak beranjak dari tempat semula. Ia merasa perlu tahu sebenarnya suaminya dari mana.

"Kenapa?" jawab pria itu tenang. Menatap istrinya yang seperti tengah memperhatikan dirinya dengan begitu intens.

Tsabi hanya penasaran, benarkah pundak suaminya terluka? Tadi benar-benar nampak seperti darah.

"Dari mana?" tanya Tsabi merasakan ada yang tidak beres pada suaminya.

"Apa perlu aku jawab. Rambutku basah, tubuhku segar, tentu saja habis mandi. Haruskah aku membuat laporan dalam setiap kegiatanku."

Tsabi melongo mendengar jawaban tendensius dari pria berstatus suaminya itu. Bisakah orang di depannya menjawab sesuai pertanyaan yang benar.

"Tadi kulihat pundakmu ada darahnya? Kamu terluka?" tanya perempuan itu benar-benar penasaran. Dia tidak mungkin salah lihat.

"Aku baik-baik saja, jangan terlalu banyak berprasangka. Sebaiknya kamu kembali tidur masih terlalu pagi," ucap Shaka dingin. Berjalan ke ranjangnya langsung merebah begitu saja.

Tsabi yang memang tidak berniat untuk tidur lagi langsung ke kamar mandi. Ia berniat memeriksa pakaian kotor suaminya.

Comments (28)
goodnovel comment avatar
Fatiya Hasna
Bener² nih orang misterius bgt dinginnya tingkat akut ngalah²in beruang kutub...... Baru ngeh nama panggilannya pria musterius sama dgn Gus Shaka sodaranya Tsabi klo nggak salah Kk-nya apa adiknya ya...
goodnovel comment avatar
Ida Nur
kak kok pakai poin...bingung says
goodnovel comment avatar
Ida Nur
misterus banget si Shaka ya ...menakutkan sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 9 Meminta Hak

    Tsabi langsung ke kamar mandi, mencari baju kotor Shaka yang baru saja dilepas. Gadis itu benar-benar penasaran apa yang baru saja terjadi. Memungutnya kembali dari ranjang kotor, lalu menelitinya dengan seksama. "Mana sih, kok nggak ada. Jelas sekali tadi pria itu seperti ada darah. Apakah Shaka sudah menguceknya?" gumam Tsabi bertanya-tanya dengan rasa penasaran akut. Ia benar-benar tidak paham, jenis pria seperti apa yang menikahinya. Apa pekerjaannya, apa profesinya dan kenapa terkesan begitu tertutup. Perempuan itu memikirkan hal pagi tadi sampai membawanya di meja makan. Masih begitu sulit dipahami. Semuanya serba mendadak dan sangat misterius. Kehamilan dirinya saja ia masih setengah percaya. Sepertinya Tsabi harus memeriksa langsung ke rumah sakit agar benar-benar yakin. Benarkah di dalam perutnya ada janin? Janin siapa? "Tsabi! Kosongkan piringmu, dan pastikan kamu memenuhi semua nutrisi untuk kandunganmu!" kata pria itu menatap sembari menikmati kunyahan di mulutnya. Merek

    Last Updated : 2023-09-08
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 10 Pria Demisexual

    "Tapi aku tidak yakin kalau ini anakmu, sampai sekarang saja aku tidak mengerti kenapa aku bisa hamil," terang Tsabi dengan pendapatnya. Dia jelas menolak ajakan Shaka walaupun itu suaminya sendiri. "Apa perlu kita melakukan USG, lalu test DNA?" ucap Shaka gemas. Dia tidak suka hubungan yang memaksa, terlibat hubungan karena memang sudah terlanjur ada ikatan. Cinta, Shaka bahkan hampir tak punya cinta di sepanjang hidupnya. Hatinya dikuasai ambisi dengan segala hidup dan problematika yang ada. "Iya, aku butuh bukti yang real untuk menyakinkan semuanya," jawab Tsabi lugas. "Baik, bagaimana kalau hasilnya sesuai apa yang aku ucapkan?" kata pria itu yakin. Seyakin sikapnya yang begitu tiba-tiba datang mengacaukan acara pentingnya. Sungguh Tsabi tidak akan pernah lupa dengan kejadian yang membuat hidupnya rumit begini. "Aku akan menunaikan kewajibanku setelah aku benar-benar yakin dan memang janin ini anakmu. Ambillah hakmu hari itu juga," ucap Tsabi membuat pernyataan. Biar bagaimanap

    Last Updated : 2023-09-09
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 11 Tabir Yang Mulai Nampak

    Tsabi memanjatkan banyak doa di atas sajadahnya. Selepas subuh, ia tidak langsung beranjak, mengadukan banyak hal pada Tuhan-nya yang mengatur seluruh alam dan isinya. Lebih kepada berserah diri dan mencoba menerima takdir atas dirinya. Tiba-tiba perempuan itu merasa perutnya begitu sakit. Ia meringis tertahan sembari mendesis lara. Melihat mimik wajah istrinya yang tak biasa, Shaka yang nampak anteng memperhatikan dengan seksama langsung turun dari pembaringan. "Kenapa? Perutmu sakit?" tanya pria itu menghampiri dengan raut panik. Tsabi hanya mengangguk tanpa kata. Merasakan perutnya sakit, nyeri dan seperti kencang. "Sakit Mas," desis Tsabi memejam. Tanpa banyak bertanya, Shaka langsung menggendongnya keluar. Pria itu berteriak menggegerkan orang-orang agar segera menyiapkan mobil untuk membawanya ke rumah sakit. Wajah pria itu terlihat sangat panik. Tentu saja takut terjadi apa-apa dengan calon anaknya. Orang Shaka langsung menyiapkan mobil dan membukakan untuk Tuan-nya. "Ke

    Last Updated : 2023-09-10
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 12 Perhatian Kecil

    "Astaghfirullah .... " Tsabi berjingkat resah mendapati Shaka sudah di depan pintu belakang. Bukankah pria itu sudah berangkat ke kantor beberapa menit yang lalu. Raganya memang sudah melaju dari tempat itu, tetapi semua kawasan itu dalam genggaman Shaka. Pria berperawakan tegap itu bisa dengan muda memantau aktivitas Tsabi dari layar ponselnya yang terhubung dengan CCTV rumah. Jadi, sudah pasti pergerakan Tsabi terbaca secara jelas. Pria itu menatap penuh selidik, mata elangnya membisukan bibir Tsabi yang tetiba susah untuk menjawab. "Susah ya nurut apa kata suamimu. Bukankah agamamu mengajarkan itu, harusnya kamu patuhi apa yang sudah kupesankan tadi," kata Shaka dingin. "A-aku hanya ingin keluar sebentar. Aku mendadak ingin es krim, sepertinya calon anak kita mulai nyidam," jawab Tsabi cukup beralasan. Walaupun kadang ia sendiri merasa lupa kalau tengah hamil. "Biar nanti aku belikan sepuas yang kamu mau, masuk, dan kembali ke kamarmu!" titah Shaka serius. "Tapi aku maunya se

    Last Updated : 2023-09-11
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 13 Genggaman Pertama

    Shaka menghampiri meja dengan wajah datar. Membuat Tsabi bertanya-tanya dalam hati. Pria itu bahkan tak melanjutkan makan es krim di depannya. Sibuk dengan gawai di tangannya. Menyebalkan sekali memang. "Sudah?" tanya pria itu melihat Tsabi menghentikan suapannya. "Punya Mas masih banyak, nggak dihabisin?" sahut perempuan itu kembali menyuap ke mulutnya. "Buat kamu saja," jawab Shaka sedingi es di depannya. Sabar, itu yang harus dilakukan agar tetap waras membersamai suaminya yang kaku. Pria itu terus menatap jam di tangannya, seakan menghitung berapa waktu yang tersisa bersamanya. Membuat Tsabi paham akan ketidaknyamanan suaminya. "Mas ada acara lain? Kalau sibuk, tinggalkan aku sendiri. Biar aku pulang dengan taksi," kata Tsabi tak ingin merepotkan. Shaka tidak menjawab, hanya menatap dengan tatapan tanpa ekspresi. Membuat Tsabi serba salah sendiri. Seharusnya kalau repot tidak usah sok mengantar begini. Jadi akan membuatnya tidak nyaman. Tidak mendapat respon dari Shaka membua

    Last Updated : 2023-09-12
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 14. Istri Yang Haram Disentuh

    Tsabi memejam merasai kulit tangan pria itu menempel lehernya. Serasa ada aliran listrik ribuan volt menyengat tubuhnya kala pria itu berbisik dengan seduktif."Apa kamu tidak berniat melepas hijabnya malam ini Tsabi? Bukankah ini halal aku lihat," kata pria itu membuat kulit Tsabi meremang seketika. Perempuan itu tiba-tiba panas dingin dalam radius tanpa jarak. Jantungnya berdetak tak beraturan. Dengan gerakan cepat Shaka memutar tubuh istrinya hingga keduanya saling berhadapan. Mengunci tatapan satu sama lain. Tangannya menopang pinggang dan mendekapnya posesif. "Diam berarti iya," kata Shaka membuat keputusannya sendiri? "Kamu berhutang penjelasan padaku, istrimu halal jika anak ini benar anakmu," jawab Tsabi memberanikan diri menatap matanya. Sungguh ia tidak ingin menjadi istri pembangkang andai semua urusannya diperjelas. Hidupnya menjadi rumit kala Shaka tak kunjung jujur padanya. Shaka seperti tuli malam itu. Sedikit mendorong tubuh Tsabi hingga terjerembab ke ranjang. De

    Last Updated : 2023-09-13
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 15 Test DNA

    Setelah menyelesaikan serangkaian pemeriksaan untuk test DNA, pasutri itu harus menunggu kurang lebih sekitar dua minggu baru akan keluar hasilnya. Baik Tsabi ataupun Shaka tentu merasa tidak sabar. Tsabi ingin cepat tahu hasilnya, sementara Shaka ingin cepat membuktikan kalau apa yang dikatakannya selama ini benar. Semakin itu, tentu saja karena pria itu yang lebih tahu kronologinya dibalik skandal kehamilan istrinya. "Aku ingin meminta kamar yang berbeda selama kita menunggu hasilnya," pinta Tsabi mendadak tidak nyaman sekali satu ranjang dengan suaminya. "Kenapa? Bukankah kita sudah terbiasa satu ranjang, bahkan satu selimut yang sama," kata Shaka dingin. Walaupun Tsabi memberi jarak dan batasan di antara keduanya. "Ini hanya sebuah permintaan, tidak sulit bukan, toh kita juga akan menjaga jarak satu sama lain," kata perempuan itu benar adanya. Shaka bahkan jarang sekali menempati ranjangnya di jam yang benar. Pria itu selalu pulang larut, bahkan dini hari yang entah melakukan p

    Last Updated : 2023-09-14
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 16. Tertawan Kecewa

    "Tsabi ... kenapa? Perutmu sakit?" tanya Shaka khawatir. Perempuan itu mendesis lara seraya memegangi perutnya sendiri. Shaka yang melihat itu tanpa banyak bertanya langsung menggendongnya. Membawanya ke rumah sakit yang belum jauh dari tempat itu. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya menahan nyeri yang begitu tiba-tiba. Perutnya seperti diremas dari dalam. "Dokter tolong! Dokter!" pekik Shaka cemas. Menyesali kenapa Tsabi sampai lari-larian tadi. Tsabi langsung dibawa ke IGD untuk kemudian ditangani tim medis. Shaka menunggunya dengan gelisah. Mondar-mandir tak karuan. Sebelumnya ia belum pernah secemas ini, tetapi sekarang begitu takut terjadi sesuatu dengan janin itu. "Dengan keluarga pasien atas nama Tsabi?" seru Dokter menginterupsi. "Iya Dok, saya suaminya, bagaimana keadaan istri saya?" tanya pria itu khawatir. "Kandungan istri Anda sangat lemah, saya sarankan harus bedrest." "Kenapa bisa begitu Dok? Bulan kemarin masih cukup baik saat pemeriksaan?" tanya Shaka tak pa

    Last Updated : 2023-09-15

Latest chapter

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 150

    "Tapi apa Mas?" Tsabi yang penasaran langsung mencicipinya. Tidak ada masalah, rasanya juga cukup enak. Namun, ia sedikit eneg ketika mendapati isian bawang bombainya."Hehehe. Seharusnya kamu bikin lebih banyak lagi. Aku suka, kalau ukurannya kecil gini kurang sayang.""Ish ... bikin worry saja. Habisin semuanya Mas, aku kenyang.""Kapan kamu makan?" Sedari bangun Shaka belum melihat istrinya mengisi perutnya."Lihatin kamu udah kenyang. Aku belum lapar, udah minum susu tadi," jawab Tsabi benar adanya."Sini aku suapin," ujar pria itu membagi sisa gigitannya.Sebenarnya Tsabi agak mual dengan bawang bombay, tetapi isian itu kurang menarik tanpa umbi satu itu.Tsabi baru mengunyah beberapa suapan, tetapi dia merasa semakin eneg. Wanita itu langsung beranjak dari kursi seraya menutup mulutnya.Shaka yang melihat itu langsung berdiri menyusul. Paling tidak bisa melihat istrinya dalam kesusahan."Sayang, maaf, kamu beneran mual?" ucap pria itu iba. Kasihan sekali melihat Tsabi yang menda

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 149

    "Kamu juga capek kan Mas, kenapa mijitin?" tanya wanita itu sembari menyender di kepala ranjang. "Lelahku hilang saat melihat senyum kamu sayang," ujar Shaka jujur. Sedamai itu ketika menatap wajahnya yang teduh. Selalu menenangkan. "Bisa aja kamu Mas," jawab Tsabi tersenyum. Ditemani gini saja sudah mengembalikan moodnya. Apalagi dipijitin begini, sungguh Mas Shaka suami yang romantis dan pengertian. Perlahan netra itu mulai berat. Seiring sentuhan lembut yang mendamaikan. Tsabi terlelap begitu saja. Melihat itu, Shaka baru menyudahi pijitanya, dia membenahi posisi tidur istrinya agar lebih nyaman. Sebenarnya ada hasrat rindu yang menggebu, apalagi memang pria itu sudah beberapa hari tak berkunjung. Namun, nampaknya waktu dan keadaan kurang memberikan kesempatan. Tsabi juga terlihat lelah akibat aktivitas seharian di luar. Shaka akan menundanya besok sampai waktu memungkinkan. Agar keduanya sama-sama nyaman. Terutama Tsabi yang saat ini tengah hamil muda. Kadang moodian. Shaka h

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 148

    "Nggak jadi aja ya, perasaan aku nggak enak," kata Shaka yang sebenarnya takut kalau nanti istrinya bakalan sakit hati lagi. "Kenapa, kalau dia nggak mau ketemu sama aku, mungkin mau dijengukin kamu. Kita bisa bawakan makanan kesukaan Angel dan mukena. Aku yakin dia mau berubah. Kita tidak boleh memusuhinya Mas.""Kenapa sih kamu jadi orang baik banget. Dia udah jahat banget loh sama kamu, sama keluarga kita. Wajar kan kalau pada akhirnya aku nggak respect.""Sangat wajar, itu namanya naluriah. Ketika seseorang disakiti terus membalas. Aku cuma mau kasih ini Mas, mana tahu dia bisa terketuk hatinya untuk melakukan kebaikan.""Oke, nanti aku antar," ucap Shaka pada akhirnya. Mereka benar-benar mengunjungi Angel yang saat ini dalam tahanan. Akibat perbuatannya, Angel harus menerima sanksi berat. Mendapatkan kurungan yang tak sebentar. Karena mencoba melakukan penganiayaan dan juga pembunuhan."Ngapain kalian ke sini? Puas lihat aku di sini seperti ini," sentak Angel menatap sinis pasu

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 147

    Sepekan telah berlalu, tapi kesedihan nampaknya masih membekas di hati Shaka. Suasana hatinya beberapa hari ini sedang tidak baik-baik saja. Beruntung Tsabi adalah istri yang begitu perhatian dan pengertian. Wanita itu sangat sabar menemani suaminya yang dalam suasana duka.Hari ini pria itu sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasanya. Toko dan bengkelnya juga sudah mulai dibuka kembali. Setelah sepekan tutup total karena dalam suasana berkabung. Ibunya memang belum meninggalkan banyak kenangan manis dengannya. Namun, sebagai seorang anak pasti sangat kehilangan ditinggalkan orang yang telah melahirkannya untuk selamanya. "Mas, ini ganti kamu hari ini," ujar Tsabi menyiapkan pakaian ganti suaminya. Walaupun beraktivitas di samping rumahnya, tentu Tsabi tak pernah lupa mengurusi pakaian suaminya juga untuk kesehariannya. Santai, tapi bersih dan tertata. "Makasih sayang," jawab Shaka memakainya begitu saja di depan istrinya. Sudah tidak tabu lagi. Bahkan menjadi pemandangan men

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 146

    Tepat pukul lima sore hari Nyonya Jesy menghembuskan napasnya yang terakhir. Shaka sangat terpukul dengan kepergian ibunya. Pria itu tersedu sembari membacakan ayat-ayat suci di dekat ibunya. Tsabi mengusap lembut punggung Shaka setelah menyelesaikan surat yasin menutup doa ibu mertuanya. "Yang ikhlas Mas, biar mommy tenang," ucap Tsabi menguatkan. Dia tahu ini berat, hanya doa terbaik untuk almarhum mommy yang sekarang bisa ia lakukan. Wanita itu langsung menghubungi keluarganya. Ummi Shali, Ustadz Aka, dan Khalif serta beberapa orang abdi dalem langsung bertolak ke rumah sakit. Tentu saja untuk mengurus kepulangan dan juga pemakamannya. Beberapa orang lainnya nampak sudah bersiap menunggu jenazah pulang ke rumah duka. Suasana mengharu biru saat jenazah itu tiba dan hendak disholatkan. Ustadz Aka sendiri yang mengimaminya. Berhubung waktu belum terlalu malam, almarhum langsung dikuburkan malam itu juga. Tepatnya setelah sholat maghrib. Semuanya seakan berjalan begitu cepat. Padah

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 145

    "Tsabi, apa yang terjadi sayang?" Ummi Shali dan suaminya langsung bertolak ke rumah menantunya begitu mendapatkan kabar dari Shaka. "Zayba jatuh Ummi, dia sepertinya sangat kaget," jelas Tsabi mengingat bocah kecil itu terlepas dari troli. Salah satu karyawan toko yang menggendongnya dan langsung mengamankan bayi itu. "Astaghfirullah ... Mas, cucuku gimana ini. Kita bawa ke tukang pijat.""Kenapa bisa sampai seteledor itu menjaga anak kecil. Bukankah kamu di rumah?""Tsabi tidak enak badan abi, tadi habis periksa. Aku nitip ke mommy, tapi malah ada musibah begini.""Kamu sakit?" tanya Ummi Shali menatap dengan serius. "Sakit, tapi sebenarnya—" Tsabi terdiam, agak ragu berkata jujur saat ini. Namun, bukankah kabar baik itu harus berbagi. "Sebenarnya apa?" tanya Abi Aka giliran yang menatapnya. "Zayba mau punya adik, Ummi," kata Tsabi malu dan ragu membagi kabar bahagia tersebut. "Kamu hamil lagi?" tanya Ummi cukup kaget. Baby Zayba belum genap satu tahun sudah mau punya bayi. Ba

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 144

    "Ide menarik, boleh dicoba kalau nanti gagal.""Maaf ya, belum bisa bahagiakan kamu," ucap Shaka tiba-tiba. Baru saja mau bangkit, sepertinya ada saja halangannya. "Aku nggak ngerasa gitu kok, maaf juga kalau masih banyak mengeluh selama jadi istri kamu." Tsabi mencoba menerima dan bersabar dengan ujian yang datang dari keluarga Shaka. Dia juga harus bisa menerima keluarganya juga bukan. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hampir satu purnama Angel menumpang di rumah mereka. Semua Tsabi lalui dengan tidak mudah. Karena wanita itu sering berulah dengan sengaja. Beruntung Shaka yang pengertian memperlakukan Tsabi dengan penuh perhatian. "Sayang, kamu pucet sakit?" tanya Shaka memperhatikan istrinya yang sepertinya kurang enak badan. "Agak pusing Mas, perlu minum obat kayaknya." Beruntung ini hari libur, jadi Tsabi tidak harus berangkat mengajar. "Ya sudah tiduran saja, mumpung libur juga. Tidak usah mengerjakan apa pun. Zayba hari ini full sama abi.""Makasih Mas," jawab

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 143

    "Nggak bisa Mas, aku kan kemarin sudah izin. Kamu sarapan dulu ya, terus minum obat. Nanti biar Zayba sama Mbok Tini. Kemarin juga seharian sama Mbok Tini."Shaka yang tengah rebahan meraih pinggang istrinya agar duduk makin dekat. Pria itu memposisikan kepalanya tepat di pangkuan istrinya dengan manja. "Obatnya kamu," katanya sembari menenggelamkan wajahnya ke perut Tsabi. Tangan kanannya memeluk erat. Seolah tidak mengizinkan wanita itu untuk beranjak dari sisinya."Aku bikinin sarapan ya, terus minum obat.""Pingin sarapan kamu, yank, aku tidak semangat," kata pria itu mode rewel. Bisa begini juga ternyata cowok yang super dominan itum"Dih ... aku belum bersih lah. Tapi udah mau sembuh kok. Kamu kenapa jadi manja gini sih Mas. Nanti aku kabari kalau udah selesai.""Kangen, namanya juga kangen ya gini. Kamu cuek banget dari kemarin."Repot kalau suaminya mode rewel. Sakit sedikit manjanya ngalahin bayi. Tsabi tidak leluasa bergerak sama sekali. Tiba-tiba Zayba juga merengek. Tsab

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 142

    "Kamu ngapain sih Mas ngikutin mulu, tidur sana!" omel Tsabi melihat suaminya mengekor dirinya. "Ya itu Zayba rewel, mana tahu kamu butuh bantuan.""Nggak, aku pikir kamu malah nggak ingat pulang," jawabnya ketus. Efek lelah dan juga tubuhnya sedikit tidak enak badan, membuat Tsabi sewot sendiri. "Kok ngomongnya gitu, aku pasti pulang lah. Ya walaupun akhirnya malam. Maaf, tadi ikut ngaji dulu.""Ya nggak pa-pa kan, aku juga nggak pernah ngelarang juga. Kamu mau ngapain aja terserah kamu. Lagian ada Khalif kok yang bisa bantuin ke mana-mana.""Memangnya tadi ke mana? Kamu nggak telpon kan?""Seharusnya kamu ingat memberi kabar. Bukannya nungguin aku hubungi kamu. Memangnya aku sempat apa telpan telpon terus Zayba sakit begini.""Zayba masih sakit?" Tsabi tidak menjawab, melainkan menatapnya dengan merotasi matanya jengah. Bukankah pria itu tahu tadi pagi juga Tsabi sudah mengeluh kalau bayinya sakit. Apa seorang pria tidak sepeka itu. Perempuan itu kembali masuk ke kamar seraya me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status