Share

Bab 2. Positif

Penulis: Asri Faris
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-03 09:23:02

"Ini kertas apa, ini bukan punya saya," tolak Tsabi jelas tidak mengakuinya. Dari mana asalnya saja Tsabi tidak paham.

"Kamu boleh menyangkalnya, tapi kehamilan kamu tidak bisa dicegah," kata Shaka tenang.

"Tidak mungkin, bagaimana bisa aku hamil. Sedang mengenalmu saja tidak," pekik Tsabi murka.

"Benar, ummi juga tidak percaya Tsabi hamil. Bisa saja kan orang ini fitnah," sela Ummi juga tidak percaya.

"Kenapa tidak Anda buktikan saja pada putrimu, biar jelas semuanya," kata Shaka memberi solusi. Pria itu sudah mempunyai cukup banyak bukti yang valid. Bahkan membuktikan sendiri dengan jelas.

Ummi langsung menatap Tsabi dengan penuh selidik. Dia tidak mau percaya dengan pria misterius di depannya. Namun, untuk menyakinkan dirinya, tidak ada salahnya juga membuktikan sendiri.

"Tidak mungkin Ummi, jelas Tsabi tidak pernah bercampur dengan pria mana pun. Aku mohon Ummi dan Abi percaya," kata Tsabi menggeleng resah.

Suasana menjadi semakin tidak kondusif. Jika memang benar, putrinya telah mencoreng nama baik keluarga. Kenapa Tsabi malah diam saja menerima pinangan dari orang lain. Bagaimanapun, hamil dengan orang lain terus menerima lamaran dari pria yang jelas bukan orang yang menghamilinya suatu kebohongan besar yang tidak dibenarkan.

"Mari kita buktikan, kalau Anda melakukan kekeliruan, akan kami pastikan masalah fitnah ini sampai ke jalur hukum!" Ummi menatap tajam Shaka dan juga putrinya.

"Siap, saya siap dengan konsekuensi omongan saya," ucap Shaka yakin. Menoleh ke arah Tsabi yang kini terlihat tidak baik-baik saja.

Perempuan yang tak lagi muda itu menyuruh seseorang untuk membelikan alat test kehamilan. Ia ingin menguji langsung pada putrinya, benarkah Tsabi hamil atau tidak. Rasanya tidak mungkin sekali putrinya mencoreng nama baik keluarga.

Ummi Shali menunggu dengan tidak sabar. Setelah beberapa menit berlalu, orang suruhannya menyerahkan benda penting itu tanpa banyak bertanya. Tentu saja tidak berani mengingat itu perintah orang dalam sendiri.

"Ummi? Ini pesanannya," ujar seorang perempuan menyodorkan pada Ummi dengan penuh tanda tanya.

"Terima kasih," jawab Ummi datar.

Perempuan itu langsung menuju kamar putrinya yang sudah disulap menjadi kamar pengantin. Seharusnya hari ini menjadi hari paling bahagia untuk keluarga mereka. Tak disangka kedatangan Shaka membuat porak-poranda sebuah acara dan rencana.

"Cepat masuk! Ummi menunggu di sini!" titahnya dengan rasa kesal.

Tsabi menurut dengan perasaan gelisah. Belum pernah rasanya setakut ini. Dirinya bahkan belum pernah disentuh pria mana pun, bagaimana bisa ada seorang pria ngaku-ngaku menanam benih padanya.

Gadis yang sudah siap dengan gaun pengantinnya menatap wadah kecil di depannya. Fokus pada benda yang baru ia cemplungkan ke dalam wadah. Setelah menunggu beberapa menit dengan hati berdebar. Perempuan itu cukup shock melihat hasil yang tertera menunjukkan dua garis merah.

"Tidak mungkin, ini tidak mungkin," batin gadis itu menatap nanar test pack di tangannya dengan perasaan hancur. Mendadak kepala Tsabi berdenyut tak karuan.

"Tsabi, udah belum!" teriak Ummi dari luar, menunggu dengan tidak sabar. Kenapa putrinya lama sekali. Ummi sampai menggedor-gedor pintu kamar mandi.

Gadis itu terpaksa keluar dengan raut bingung. Marah, tidak paham dengan apa yang terjadi, dan tentu saja pernikahan impiannya dengan calon imam gagal sudah gara-gara berisi.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Ummi cemas.

Tsabi terdiam menggenggam alat penguji kehamilan itu. Ummi langsung memeriksanya sendiri dengan hati berdebar. Ikut shock dengan hasilnya.

"Astaghfirullah ...," ucap Ummi Shali lemas. Benarkah putrinya hamil. Ini seperti mimpi buruk baginya.

Bagaimana dengan pernikahannya. Bagaimana cara menjelaskan dengan keluarga calon besan kalau sudah begini. Nama baik keluarga dipertaruhkan di sini.

"Jangan keluar kamar selangkah pun sebelum Ummi menyuruh," kata Ummi Shali menatap dingin. Sorot matanya menatap penuh amarah. Membuat Tsabi makin terluka di tengah kebingungannya. Ia pun bertanya-tanya dalam hati, apakah dirinya mendapatkan pelecehan seksual saat pingsan tempo lalu.

"Iya Ummi," jawab Tsabi bingung mengangguk mengiyakan. Dia masih belum begitu yakin dengan apa yang telah terjadi. Kalau memang seseorang telah merenggut kesuciannya, kenapa setelahnya Tsabi bahkan seperti tidak pernah melakukan apa-apa. Bukankah yang pertama biasanya sakit. Gadis itu terisak di kamarnya.

"Bagaimana?" tanya Ustadz Aka pada istrinya.

"Kacau Mas, positif," jawab Ummi Shali tegang.

"Astaghfirullah ... berarti benar putri kita hamil? Haruskah kita membatalkan pernikahan ini?" Ustadz Aka nampak memijit pelipisnya.

"Tentu saja, bagaimana mungkin Tsabi hamil dipaksa menikah dengan orang lain." Ummi nampak stress dibuatnya.

Ustadz Aka pun terpaksa keluar dan meminta membicarakan masalah ini secara kekeluargaan. Mereka harus membicarakan perihal penting ini secara terbuka. Walaupun masalah ini nantinya akan membuat keluarga merasa malu. Berharap tidak menyebar keluar dan cukup keluarga dan calon besan yang tahu.

"Ada apa, Tadz?" tanya calon besan yang sedari tadi sudah menunggu. Harusnya mereka tengah sibuk menyambut detik-detik ijab qobul berlangsung.

"Maaf sedalam-dalamnya Tadz, kami tidak tahu harus memulai pembicaraan ini dari mana. Tapi ada suatu hal yang ingin kami sampaikan sebelum akad dilanjutkan, sangat mendesak," ucap Ustadz Aka menata perkataannya.

"Iya, katakan saja, Tadz."

"Kami tidak bisa melanjutkan pernikahan ini antara Tsabi dan juga Iqbal," kata Ustadz Aka terpaksa. Dia tidak mempunyai alasan selain kejujuran itu.

"Apa? Maksudnya bagaimana? Anda jangan becanda," sahut calon besan tak percaya.

Akad nikah tinggal menunggu beberapa detik lagi, Iqbal sebagai calon mempelai pria pun dibuat bingung dan ikut shock dengan ujian yang tiba-tiba melanda ini. Bagaimanapun keluarga Ustadz Zubair harus tahu kondisi Tsabi saat ini. Sebelum pernikahan itu terjadi.

"Maaf Pak Ustadz, ada suatu hal di luar perkiraan kami, bisa kita bicara."

Kedua keluarga mengadakan mediasi yang cukup membuat orang di dalamnya tersulut emosi. Jelas sekali keluarga Ustadz Zubair sangat kecewa dengan hal ini.

"Kita ambil jalan yang terbaik. Kami menerima pembatalan pernikahan ini karena memang kondisi putri kami begini," ucap Ustadz Aka menguatkan hati. Tidak punya pilihan daripada masalah di kemudian hari.

"Astaghfirullah ... kenapa tidak katakan sedari awal Pak Ustadz, saya dan keluarga sangat kecewa. Bagaimana ini?" Keluarga mempelai pria nampak murka dan bingung.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, di luar kendali kami."

"Terus bagaimana dengan acaranya, kita akan malu kalau sudah begini," ucap Ustadz Zubair bingung.

"Bagaimana kalau Amena yang menggantikannya. Dia sudah besar kan, daripada kita sekeluarga menanggung malu begini," usul Ustadzah Mutia. Istri dari Ustadz Zubair sendiri.

"Astaghfirullah ... Amena masih sekolah, Bu, apa Iqbal tidak apa-apa?" tanya Ustadz Aka galau. Putri bungsunya masih terlalu kecil untuk berumah tangga.

"Biar pun kecil, tapi dia sudah SMA kan? Bisa berarti menggantikan kakaknya. Aku pikir ini solusi dari semua masalah daripada kita semua akan malu."

"Apa Iqbal mau?" tanya Ustadz Aka ragu. Tidak menyangka kedua nasib putrinya harus seperti ini.

"Dia seharusnya mau, Iqbal biar menjadi urusanku, dan Amena menjadi urusan Pak Ustadz. Kita harus mengatakan ini semua."

Dua keluarga inti itu kembali bermusyawarah. Pak Aka juga menjelaskan perihal genting tersebut hingga melibatkan Amena untuk menjadi pengantin pengganti bagi kakaknya. Gadis tujuh belas tahun itu diberi tahu dan seketika merasa shock.

"Menikah? Sama Gus Iqbal? Abi jangan becanda ya? Saya nggak mau! Dia itu kan calon kak Tsabi, kenapa malah jadi aku yang menikah."

"Kamu dan juga Tsabi, semuanya akan menikah besok," ucap Ustadz Aka di luar ekspektasi.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Fatiya Hasna
Waduuh... ini benar² di luar ekpektasi ya Amena kamu di todong langsung harus menggantikan Kakakmu. Apakah Tsabi mendapatkan pelecehan? klo dia tidak pernah berhubungan dgn seorang pria bagaimana ceritanya bisa hamidun... benar² bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Ida Nur
aduuh kak Asri, aku juga ikut bingung ini. kasiha keluarga ustadz Aka. ada apa sebenarnya, apa Shabi korban pelecehan ya...
goodnovel comment avatar
Duma Candrakasi Harahap
wah ,,,parah,,,kasian tsabi,,,duch,,malah adek ny tsabi lagi yg gantikan posisi ny kakaknya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 3. Terperangkap Calon Suami

    Tsabi bertanya dengan bingung, sementara Amena uring-uringan. Gadis kecil itu tidak mau menikah, sementara keinginan dari Ustadz Zubair susah untuk ditolak mengingat itu kesalahan dari putrinya yang telah melanggar marwah sebagai muslimah."Ummi, kenapa Amena bilang mau dinikahkan dengan Iqbal?" tanya Tsabi belum juga paham. Hatinya hancur seketika mengetahui hal ini. "Iya, seharusnya ummi dan Abi yang bertanya padamu, bagaimana bisa kamu tidak bisa menjaga diri sebelum menikah. Kamu harus menikah dengan calon bapak dari anak yang kamu kandung!" tandas Ummi Shali emosi.Tsabi terdiam, tidak punya pilihan lebih tepatnya, sungguh ujian ini terlalu berat gadis itu rasa. Dia tidak pernah melakukan perbuatan terhina itu, jadi tidak mungkin tiba-tiba hamil begitu saja. Pasti ada sesuatu yang Tsabi sendiri tidak paham dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sangat tidak mungkin hamil tanpa tersentuh. Suasana ruangan menjadi tidak kondusif. Semua orang di luar sana mulai kasak-kusuk dan berta

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 4. Calon Pengantin Yang Ditukar

    "Calon suami kamu," jawab Shaka dengan percaya diri. Tersenyum manis menatapnya lekat."Calon suami? Sebenarnya apa maumu, kenapa saya bisa ada di sini?" tanya Tsabi langsung turun dari ranjang memberi jarak. Menatap sekitar yang terasa asing."Tentu saja tidak becanda, sebelum pagi aku akan mengantarmu, ayo pulang! Kedua orang tuamu cemas," ujar Shaka sudah siap mengganti pakaian tidurnya.Tsabi baru ingat kalau dirinya malam tadi hendak kabur dari rumah daripada dinikahkan dengan pria yang tidak dikenal. Terlebih mengaku-ngaku tentang kehamilannya yang Tsabi sendiri masih belum yakin kalau dirinya hamil."Nggak, Anda harus menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Maksud Anda apa? Kenapa memfitnah aku, tolong jelaskan sebelum pernikahan besok dimulai atau aku tidak akan pernah mau datang besok!" ancam Tsabi menatap waspada."Kamu mengancamku? Tenangkan dirimu, setelah kita menikah,akan kujelaskan semuanya. Bersiaplah ... besok kita akan menikah.""Konyol, bagaimana mungkin kit

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 5. Bertukar Akad

    Tsabi terpekur di kamar pengantin dengan harap-harap cemas. Gadis itu duduk sembari memanjatkan doa kebaikan untuk pernikahannya. Walaupun pernikahan itu tidak diharapkan, ia tetap berharap ada keajaiban yang membawanya dalam kedamaian.Orang-orang tengah sibuk mempersiapkan acara inti. Ijab qobul yang sebentar lagi akan diikrarkan oleh kedua pria berbeda profesi itu.Shaka yang pagi itu didampingi orang-orang pentingnya, sudah siap di depan meja akad. Begitupun dengan Iqbal, menatap dingin pria di sampingnya yang telah merampas calon istrinya hingga berakhir harus menikahi bocah. Andai saja ada kesempatan mengobrol antara dirinya Tsabi, Iqbal akan mempertimbangkannya mengingat dirinya sudah lebih dulu menaruh harapan dan jatuh hati pada putri sulung Pak Kiai."Astaghfirullah ...," batin Iqbal memfokuskan diri. Lebih kepada berserah atas takdir di luar ekspektasi ini.Baik Iqbal dan juga Shaka sama-sama mempersiapkan performa terbaik mereka di hadapan para saksi dan semua orang yang da

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 6 Tinggal Bersama

    "Kemasi pakaianmu Tsabi, atau kamu tidak akan membawa apa pun dari sini?" bisik pria itu tepat di dekat telinganya. Hembusan napasnya hangat menyapu pipi, membuat bulu kuduk Tsabi meremang seketika. Gadis itu menoleh dengan wajah memanas dan tubuh deg degan. Takut sekali kalau tiba-tiba suami dadakannya itu mengambil haknya dengan paksa. Pergerakannya yang tiba-tiba benar-benar hampir membuatnya jantungan. "Aku sedang menunggumu, bisa bergerak sekarang?" ucap Shaka gemas lama-lama melihat Tsabi hanya diam. "Aku mau pamit dulu dengan abi dan ummi," ucap Tsabi melangkah keluar dari kamar. Jantung masih berdetak tak beraturan. Biar bagaimanapun dirinya seorang perempuan normal, didekati pria berstatus halal tentu membuatnya berpikir macam-macam. Shaka menghela napas kasar. Baginya waktunya sangat berharga. Dia adalah orang yang hampir tidak pernah sabar menunggu, mengapa berurusan dengan perempuan itu membuatnya seperti tertahan dengan waktu. Kesal, membuat pria itu tak tahan lalu ik

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 7 Satu Ranjang

    "Tolong ambilkan aku handuk, dan siapkan gantinya," pinta Shaka setengah berbisik. Rasanya jantung Tsabi seperti berhenti berdetak dan mau lompat dari tempatnya, bulu kuduknya merinding semua saat sapuan hangat napas suaminya menyerbu pipi. Tsabi bahkan hanya mampu mengangguk tanpa kata. Pria itu menarik diri memberi jarak, beranjak tanpa dosa. Masuk ke kamar mandi begitu saja. "Huh ... astaghfirullah ...," ucap Tsabi langsung beristighfar begitu punggung suaminya menghilang dibalik pintu. Merasa begitu lega sejenak. "Handuk? Di mana handuk?" Tsabi masuk ke ruang ganti. Mencari-cari kain yang diminta suami misteriusnya itu. Jelas kesulitan mengingat dia belum tahu betul letak barang-barang di rumah ini. Ia pun membuka satu persatu lemari yang memungkinkan kain itu ada di sana. "Di mana sih!" Tsabi menggerutu kesal terus mencari. Ia menemukan setumpukan handuk bersih yang tertata rapih. Langsung menarik satu dari lipatan. Membawanya keluar, dan setelahnya bingung cara memberikan pad

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 8 Suami Misterius

    Kenapa perintah Shaka terdengar cukup menakutkan, bukankah suami istri hal yang wajar tidur satu ranjang. Tsabi menatap tempat tidur dengan perasaan bimbang. Sementara Shaka sudah menempati tempat itu lebih dulu. Menatap datar setengah berbaring menyenderkan punggungnya di papan headboard. "Kamu mau berdiri di situ sampai kapan?" tanya pria itu sembari menyambar macbook di nakas. Sibuk dengan sendirinya. Tsabi tidak menjawab, tetapi berjalan mendekat dengan perasaan deg degan. Berharap malam ini tidak ada adegan yang menyebabkan guncangan ranjang. Pikirannya sudah nethink duluan mengingat ini malam pertama mereka. Bukan tidak mungkin pria yang tengah serius dengan gawainya itu tiba-tiba meminta haknya sebagai pasangan halalnya. Pelan gadis itu duduk, mengangkat kedua kakinya menempati ranjang, lalu menarik selimut dengan tubuh mulai merebah. Sekelebat bayangan manis tentang mantan calon imam yang gagal di meja akad. Seharusnya dia kini tengah berbahagia andai saja menikah dengan ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 9 Meminta Hak

    Tsabi langsung ke kamar mandi, mencari baju kotor Shaka yang baru saja dilepas. Gadis itu benar-benar penasaran apa yang baru saja terjadi. Memungutnya kembali dari ranjang kotor, lalu menelitinya dengan seksama. "Mana sih, kok nggak ada. Jelas sekali tadi pria itu seperti ada darah. Apakah Shaka sudah menguceknya?" gumam Tsabi bertanya-tanya dengan rasa penasaran akut. Ia benar-benar tidak paham, jenis pria seperti apa yang menikahinya. Apa pekerjaannya, apa profesinya dan kenapa terkesan begitu tertutup. Perempuan itu memikirkan hal pagi tadi sampai membawanya di meja makan. Masih begitu sulit dipahami. Semuanya serba mendadak dan sangat misterius. Kehamilan dirinya saja ia masih setengah percaya. Sepertinya Tsabi harus memeriksa langsung ke rumah sakit agar benar-benar yakin. Benarkah di dalam perutnya ada janin? Janin siapa? "Tsabi! Kosongkan piringmu, dan pastikan kamu memenuhi semua nutrisi untuk kandunganmu!" kata pria itu menatap sembari menikmati kunyahan di mulutnya. Merek

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 10 Pria Demisexual

    "Tapi aku tidak yakin kalau ini anakmu, sampai sekarang saja aku tidak mengerti kenapa aku bisa hamil," terang Tsabi dengan pendapatnya. Dia jelas menolak ajakan Shaka walaupun itu suaminya sendiri. "Apa perlu kita melakukan USG, lalu test DNA?" ucap Shaka gemas. Dia tidak suka hubungan yang memaksa, terlibat hubungan karena memang sudah terlanjur ada ikatan. Cinta, Shaka bahkan hampir tak punya cinta di sepanjang hidupnya. Hatinya dikuasai ambisi dengan segala hidup dan problematika yang ada. "Iya, aku butuh bukti yang real untuk menyakinkan semuanya," jawab Tsabi lugas. "Baik, bagaimana kalau hasilnya sesuai apa yang aku ucapkan?" kata pria itu yakin. Seyakin sikapnya yang begitu tiba-tiba datang mengacaukan acara pentingnya. Sungguh Tsabi tidak akan pernah lupa dengan kejadian yang membuat hidupnya rumit begini. "Aku akan menunaikan kewajibanku setelah aku benar-benar yakin dan memang janin ini anakmu. Ambillah hakmu hari itu juga," ucap Tsabi membuat pernyataan. Biar bagaimanap

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09

Bab terbaru

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 150

    "Tapi apa Mas?" Tsabi yang penasaran langsung mencicipinya. Tidak ada masalah, rasanya juga cukup enak. Namun, ia sedikit eneg ketika mendapati isian bawang bombainya."Hehehe. Seharusnya kamu bikin lebih banyak lagi. Aku suka, kalau ukurannya kecil gini kurang sayang.""Ish ... bikin worry saja. Habisin semuanya Mas, aku kenyang.""Kapan kamu makan?" Sedari bangun Shaka belum melihat istrinya mengisi perutnya."Lihatin kamu udah kenyang. Aku belum lapar, udah minum susu tadi," jawab Tsabi benar adanya."Sini aku suapin," ujar pria itu membagi sisa gigitannya.Sebenarnya Tsabi agak mual dengan bawang bombay, tetapi isian itu kurang menarik tanpa umbi satu itu.Tsabi baru mengunyah beberapa suapan, tetapi dia merasa semakin eneg. Wanita itu langsung beranjak dari kursi seraya menutup mulutnya.Shaka yang melihat itu langsung berdiri menyusul. Paling tidak bisa melihat istrinya dalam kesusahan."Sayang, maaf, kamu beneran mual?" ucap pria itu iba. Kasihan sekali melihat Tsabi yang menda

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 149

    "Kamu juga capek kan Mas, kenapa mijitin?" tanya wanita itu sembari menyender di kepala ranjang. "Lelahku hilang saat melihat senyum kamu sayang," ujar Shaka jujur. Sedamai itu ketika menatap wajahnya yang teduh. Selalu menenangkan. "Bisa aja kamu Mas," jawab Tsabi tersenyum. Ditemani gini saja sudah mengembalikan moodnya. Apalagi dipijitin begini, sungguh Mas Shaka suami yang romantis dan pengertian. Perlahan netra itu mulai berat. Seiring sentuhan lembut yang mendamaikan. Tsabi terlelap begitu saja. Melihat itu, Shaka baru menyudahi pijitanya, dia membenahi posisi tidur istrinya agar lebih nyaman. Sebenarnya ada hasrat rindu yang menggebu, apalagi memang pria itu sudah beberapa hari tak berkunjung. Namun, nampaknya waktu dan keadaan kurang memberikan kesempatan. Tsabi juga terlihat lelah akibat aktivitas seharian di luar. Shaka akan menundanya besok sampai waktu memungkinkan. Agar keduanya sama-sama nyaman. Terutama Tsabi yang saat ini tengah hamil muda. Kadang moodian. Shaka h

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 148

    "Nggak jadi aja ya, perasaan aku nggak enak," kata Shaka yang sebenarnya takut kalau nanti istrinya bakalan sakit hati lagi. "Kenapa, kalau dia nggak mau ketemu sama aku, mungkin mau dijengukin kamu. Kita bisa bawakan makanan kesukaan Angel dan mukena. Aku yakin dia mau berubah. Kita tidak boleh memusuhinya Mas.""Kenapa sih kamu jadi orang baik banget. Dia udah jahat banget loh sama kamu, sama keluarga kita. Wajar kan kalau pada akhirnya aku nggak respect.""Sangat wajar, itu namanya naluriah. Ketika seseorang disakiti terus membalas. Aku cuma mau kasih ini Mas, mana tahu dia bisa terketuk hatinya untuk melakukan kebaikan.""Oke, nanti aku antar," ucap Shaka pada akhirnya. Mereka benar-benar mengunjungi Angel yang saat ini dalam tahanan. Akibat perbuatannya, Angel harus menerima sanksi berat. Mendapatkan kurungan yang tak sebentar. Karena mencoba melakukan penganiayaan dan juga pembunuhan."Ngapain kalian ke sini? Puas lihat aku di sini seperti ini," sentak Angel menatap sinis pasu

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 147

    Sepekan telah berlalu, tapi kesedihan nampaknya masih membekas di hati Shaka. Suasana hatinya beberapa hari ini sedang tidak baik-baik saja. Beruntung Tsabi adalah istri yang begitu perhatian dan pengertian. Wanita itu sangat sabar menemani suaminya yang dalam suasana duka.Hari ini pria itu sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasanya. Toko dan bengkelnya juga sudah mulai dibuka kembali. Setelah sepekan tutup total karena dalam suasana berkabung. Ibunya memang belum meninggalkan banyak kenangan manis dengannya. Namun, sebagai seorang anak pasti sangat kehilangan ditinggalkan orang yang telah melahirkannya untuk selamanya. "Mas, ini ganti kamu hari ini," ujar Tsabi menyiapkan pakaian ganti suaminya. Walaupun beraktivitas di samping rumahnya, tentu Tsabi tak pernah lupa mengurusi pakaian suaminya juga untuk kesehariannya. Santai, tapi bersih dan tertata. "Makasih sayang," jawab Shaka memakainya begitu saja di depan istrinya. Sudah tidak tabu lagi. Bahkan menjadi pemandangan men

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 146

    Tepat pukul lima sore hari Nyonya Jesy menghembuskan napasnya yang terakhir. Shaka sangat terpukul dengan kepergian ibunya. Pria itu tersedu sembari membacakan ayat-ayat suci di dekat ibunya. Tsabi mengusap lembut punggung Shaka setelah menyelesaikan surat yasin menutup doa ibu mertuanya. "Yang ikhlas Mas, biar mommy tenang," ucap Tsabi menguatkan. Dia tahu ini berat, hanya doa terbaik untuk almarhum mommy yang sekarang bisa ia lakukan. Wanita itu langsung menghubungi keluarganya. Ummi Shali, Ustadz Aka, dan Khalif serta beberapa orang abdi dalem langsung bertolak ke rumah sakit. Tentu saja untuk mengurus kepulangan dan juga pemakamannya. Beberapa orang lainnya nampak sudah bersiap menunggu jenazah pulang ke rumah duka. Suasana mengharu biru saat jenazah itu tiba dan hendak disholatkan. Ustadz Aka sendiri yang mengimaminya. Berhubung waktu belum terlalu malam, almarhum langsung dikuburkan malam itu juga. Tepatnya setelah sholat maghrib. Semuanya seakan berjalan begitu cepat. Padah

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 145

    "Tsabi, apa yang terjadi sayang?" Ummi Shali dan suaminya langsung bertolak ke rumah menantunya begitu mendapatkan kabar dari Shaka. "Zayba jatuh Ummi, dia sepertinya sangat kaget," jelas Tsabi mengingat bocah kecil itu terlepas dari troli. Salah satu karyawan toko yang menggendongnya dan langsung mengamankan bayi itu. "Astaghfirullah ... Mas, cucuku gimana ini. Kita bawa ke tukang pijat.""Kenapa bisa sampai seteledor itu menjaga anak kecil. Bukankah kamu di rumah?""Tsabi tidak enak badan abi, tadi habis periksa. Aku nitip ke mommy, tapi malah ada musibah begini.""Kamu sakit?" tanya Ummi Shali menatap dengan serius. "Sakit, tapi sebenarnya—" Tsabi terdiam, agak ragu berkata jujur saat ini. Namun, bukankah kabar baik itu harus berbagi. "Sebenarnya apa?" tanya Abi Aka giliran yang menatapnya. "Zayba mau punya adik, Ummi," kata Tsabi malu dan ragu membagi kabar bahagia tersebut. "Kamu hamil lagi?" tanya Ummi cukup kaget. Baby Zayba belum genap satu tahun sudah mau punya bayi. Ba

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 144

    "Ide menarik, boleh dicoba kalau nanti gagal.""Maaf ya, belum bisa bahagiakan kamu," ucap Shaka tiba-tiba. Baru saja mau bangkit, sepertinya ada saja halangannya. "Aku nggak ngerasa gitu kok, maaf juga kalau masih banyak mengeluh selama jadi istri kamu." Tsabi mencoba menerima dan bersabar dengan ujian yang datang dari keluarga Shaka. Dia juga harus bisa menerima keluarganya juga bukan. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hampir satu purnama Angel menumpang di rumah mereka. Semua Tsabi lalui dengan tidak mudah. Karena wanita itu sering berulah dengan sengaja. Beruntung Shaka yang pengertian memperlakukan Tsabi dengan penuh perhatian. "Sayang, kamu pucet sakit?" tanya Shaka memperhatikan istrinya yang sepertinya kurang enak badan. "Agak pusing Mas, perlu minum obat kayaknya." Beruntung ini hari libur, jadi Tsabi tidak harus berangkat mengajar. "Ya sudah tiduran saja, mumpung libur juga. Tidak usah mengerjakan apa pun. Zayba hari ini full sama abi.""Makasih Mas," jawab

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 143

    "Nggak bisa Mas, aku kan kemarin sudah izin. Kamu sarapan dulu ya, terus minum obat. Nanti biar Zayba sama Mbok Tini. Kemarin juga seharian sama Mbok Tini."Shaka yang tengah rebahan meraih pinggang istrinya agar duduk makin dekat. Pria itu memposisikan kepalanya tepat di pangkuan istrinya dengan manja. "Obatnya kamu," katanya sembari menenggelamkan wajahnya ke perut Tsabi. Tangan kanannya memeluk erat. Seolah tidak mengizinkan wanita itu untuk beranjak dari sisinya."Aku bikinin sarapan ya, terus minum obat.""Pingin sarapan kamu, yank, aku tidak semangat," kata pria itu mode rewel. Bisa begini juga ternyata cowok yang super dominan itum"Dih ... aku belum bersih lah. Tapi udah mau sembuh kok. Kamu kenapa jadi manja gini sih Mas. Nanti aku kabari kalau udah selesai.""Kangen, namanya juga kangen ya gini. Kamu cuek banget dari kemarin."Repot kalau suaminya mode rewel. Sakit sedikit manjanya ngalahin bayi. Tsabi tidak leluasa bergerak sama sekali. Tiba-tiba Zayba juga merengek. Tsab

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 142

    "Kamu ngapain sih Mas ngikutin mulu, tidur sana!" omel Tsabi melihat suaminya mengekor dirinya. "Ya itu Zayba rewel, mana tahu kamu butuh bantuan.""Nggak, aku pikir kamu malah nggak ingat pulang," jawabnya ketus. Efek lelah dan juga tubuhnya sedikit tidak enak badan, membuat Tsabi sewot sendiri. "Kok ngomongnya gitu, aku pasti pulang lah. Ya walaupun akhirnya malam. Maaf, tadi ikut ngaji dulu.""Ya nggak pa-pa kan, aku juga nggak pernah ngelarang juga. Kamu mau ngapain aja terserah kamu. Lagian ada Khalif kok yang bisa bantuin ke mana-mana.""Memangnya tadi ke mana? Kamu nggak telpon kan?""Seharusnya kamu ingat memberi kabar. Bukannya nungguin aku hubungi kamu. Memangnya aku sempat apa telpan telpon terus Zayba sakit begini.""Zayba masih sakit?" Tsabi tidak menjawab, melainkan menatapnya dengan merotasi matanya jengah. Bukankah pria itu tahu tadi pagi juga Tsabi sudah mengeluh kalau bayinya sakit. Apa seorang pria tidak sepeka itu. Perempuan itu kembali masuk ke kamar seraya me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status