Home / Romansa / Hamil Tapi Perawan / Bab 5. Bertukar Akad

Share

Bab 5. Bertukar Akad

Author: Asri Faris
last update Last Updated: 2023-08-03 09:36:20

Tsabi terpekur di kamar pengantin dengan harap-harap cemas. Gadis itu duduk sembari memanjatkan doa kebaikan untuk pernikahannya. Walaupun pernikahan itu tidak diharapkan, ia tetap berharap ada keajaiban yang membawanya dalam kedamaian.

Orang-orang tengah sibuk mempersiapkan acara inti. Ijab qobul yang sebentar lagi akan diikrarkan oleh kedua pria berbeda profesi itu.

Shaka yang pagi itu didampingi orang-orang pentingnya, sudah siap di depan meja akad. Begitupun dengan Iqbal, menatap dingin pria di sampingnya yang telah merampas calon istrinya hingga berakhir harus menikahi bocah. Andai saja ada kesempatan mengobrol antara dirinya Tsabi, Iqbal akan mempertimbangkannya mengingat dirinya sudah lebih dulu menaruh harapan dan jatuh hati pada putri sulung Pak Kiai.

"Astaghfirullah ...," batin Iqbal memfokuskan diri. Lebih kepada berserah atas takdir di luar ekspektasi ini.

Baik Iqbal dan juga Shaka sama-sama mempersiapkan performa terbaik mereka di hadapan para saksi dan semua orang yang datang.

Sementara Tsabi dan juga Amena, sama-sama berada di bilik lain. Amena di ruang sebelahnya sedang Tsabi di kamarnya. Mereka menanti saat detik-detik ijab qobul diikrarkan oleh calon suami mereka.

Shaka lebih dulu mengawali dengan bismillah. Pria itu nampak begitu siap menjabat tangan Pak Aka. Di detik yang sama, Iqbal memejam saat pria itu mengikrarkan akad dengan nama Tsabi yang seharusnya diucapkan dirinya. Ada sisi hati yang tidak rela, walau raut wajahnya menyamarkan senyuman dengan batin sesak.

Rasanya hati itu mencelos lara, saat kata 'SAH' itu menggema di seluruh ruangan. Mengubah status keduanya detik itu juga. Berat, dan terasa tak mampu untuk berganti mengucapkan ikrar untuk dirinya. Sampai-sampai Iqbal salah beberapa kali hampir menyebut nama Tsabi.

"Pelan-pelan saja Iqbal, kamu pasti bisa Nak," bisik Ustadz Zubair menguatkan. Demi nama baik keluarga, pria itu menangguhkan hidupnya.

Iqbal mengangguk, ia kembali mengosongkan rongga dadanya untuk memasok oksigen banyak-banyak agar lebih rileks. Baru mencoba lagi dengan segenap perasaannya. Diniati bismillah dan keikhlasan, akhirnya sampai juga kata sah dari para saksi menggema seantero bumi Al Hasan.

Ada gurat kesedihan di sana, sama persis dengan apa yang dirasakan Tsabi saat ini. Ia harus menerima kenyataan kalau pria yang selama ini didambakan menjadi imamnya, telah sah menjadi suami adiknya.

Manusia hanya bisa berencana, selebihnya takdir Tuhan yang bekerja.

"Maaf, kalau kak Iqbal berat, tidak harus melakukan serangkaian acara setelah akad," ucap Amena seakan tahu kesedihan mantan calon kakak iparnya.

"Maaf Dek, kalau sikapku membuatmu tidak nyaman," ucap Iqbal mencoba setenang mungkin.

Amena dan Iqbal yang menempati kursi pelaminan. Mereka menyambut tamu-tamu yang datang memberi doa restunya. Gadis belia itu pun berhias memakai cadar. Sengaja agar tidak menimbulkan banyak pertanyaan kenapa calon mempelainya diganti.

Sementara Tsabi sama sekali tidak keluar dari kamar. Ia hampir tidak punya muka hanya untuk sekadar menampakkan diri di depan keluarga. Semua orang bahkan mungkin saat ini tengah menggunjingkan dirinya.

"Percumah nangis, tidak akan merubah apa pun." Shaka yang sudah diperbolehkan menemui istrinya di kamarnya menyodorkan tisu.

Tsabi hanya diam, seharusnya hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk dia, tetapi malah air mata yang justru mewarnainya sejak semalam.

Perempuan itu seakan menulikan cibiran Shaka yang membujuknya untuk diam.

"Bukankah ini malam pengantin kita? Seharusnya kamu bersiap menyenangkan suamimu," kata Shaka terang-terangan.

Deg

Jantung Tsabi mendadak berdebar kencang, ia baru saja tersadar kalau kini statusnya telah berbeda. Halal untuk pria di depannya. Namun, mengapa ia seakan tidak rela mengiyakan. Terlebih pria itu datang begitu tiba-tiba dengan segala problematika yang ada.

"Kalau benar aku sedang hamil, harusnya kamu tidak mencampuriku. Karena aku juga tidak tahu, anak siapa yang aku kandung," ucap Tsabi sesak di hati.

"Sudah kubilang itu anakku, harus aku katakan berapa puluh kata lagi."

"Tapi aku tidak pernah merasa berbuat sesuatu denganmu, bagaimana bisa?" tandas Tsabi jelas masih tidak paham dengan keadaan dirinya. Andai saja pria itu tidak datang mengacaukan semuanya, mungkin saat ini dia sedang menikmati malam pengantin indah bersama suami tercinta.

"Tentu saja bisa, biar nanti kujelasan padamu. Hari ini aku sangat lelah, mari kita berdamai dan tidak menanyakan satu dua hal dulu."

Shaka merasa begitu lega saat akhirnya bisa dekat dengan calon anaknya. Bahkan bisa menggenggam ibunya sekaligus, walau jujur, awalnya dia ragu akan bisa melakukan semuanya.

Kemarin pria itu dilanda stress berkepanjangan hanya untuk menyelesaikan masalah ini. Terlebih setelah tahu benih yang ditanamnya dengan alat canggih itu bersarang di rahim yang salah. Biar bagaimanapun itu sebuah kelalaian rumah sakit, dan pihaknya yang awalnya merasa sangat dirugikan hampir menuntut. Beruntung pria itu merasa klik saat melihat gadis malang itu yang dinyatakan sebagai objek salah sasaran.

Sekarang, ia seperti melepas ribuan hormon kortisol yang sebelumnya membelenggu dirinya. Perasaan lega untuk sementara waktu setidaknya telah menyelamatkan pria itu.

Shaka berbaring di ranjang Tsabi, tepat di sebelah perempuan itu duduk masih berbalut pakaian pengantin.

"Ada apa? Kenapa melihatku begitu?" tanya Shaka santai.

Tsabi tidak menyahut, sebenarnya dia dinikahi jenis pria macam apa. Bukanya bersiap untuk sholat isya lebih dulu sebelum tidur, dia malah langsung berbaring begitu saja masih dengan style yang sama.

"Kenapa berbaring di waktu maghrib, tidakkah seharusnya kamu sholat lebih dulu," kata Tsabi serius.

"Biarlah menjadi urusan aku dan Tuhanku. Kamu duluan saja," ucap Shaka dengan entengnya.

Tsabi tertegun, inikah pria pilihan Abi yang disebut bertanggung jawab. Bukan hanya sebatas menikahi karena sudah terlanjur dihamili, tapi ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pertanggungjawaban setelah menjadi imam dalam keluarga. Tsabi tidak melihat tanda-tanda itu padanya.

"Jangan mengguruiku, tunaikan saja kewajibanmu sebagaimana mestinya. Begitupun denganku tanpa harus melapor apa pun yang harus aku lakukan." Shaka urung untuk merebah, dia memilih keluar kamar dan bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya.

"Siapkan semua barang-barangmu, malam ini juga kita akan pindah ke rumahku," titah Shaka dingin.

Tsabi kebingungan sendiri, ia merasa belum siap untuk mengikuti pria itu. Terlebih ia benar-benar buta tentang pria itu. Sebenarnya dari belahan bumi mana dan mempunyai pekerjaan apa. Sangat misterius dan tak terbaca.

"Pastikan saat aku kembali ke kamar ini dalam waktu sepuluh menit, kamu sudah siap semuanya," pesan Shaka lalu beranjak.

Pria itu sengaja menemui Ustadz Aka untuk pamitan. Setelah menunaikan sholat berjamaah, Shaka langsung mengutarakan keinginannya.

Pak Aka selaku orang tua memberikan banyak pesan dan harapan. Walaupun keduanya diawali dengan sebuah kesalahan, Pak Aka berharap pernikahan mereka langgeng sampai maut memisahkan. Bisa membawa putrinya ke jalan yang lebih baik lagi.

"Sebenarnya siapa dirimu? Kenapa datang mengaku atas kehamilanku?" tanya Tsabi saat pria itu kembali masuk ke kamarnya untuk berkemas pulang.

"Arshaka Kenandra, suamimu, sah secara agama dan negara. Mulai saat ini, kamu hanya menurut perkataan aku saja, paham," ucap Shaka mengikis jarak. Membuat Tsabi sampai mundur teratur karena kaget.

Comments (11)
goodnovel comment avatar
Fatiya Hasna
Berat untuk ketiganya, Tsabi, Ameena, dan Iqbal, semoga kalian bisa melalui ujian ini... Shaka ini belum apa² ucapannya lgsg menohok, udah mah Tsabi di buat bingung dgn keadaan yang menimpanya...
goodnovel comment avatar
Ayu Nabil
kak asri g pernah gagal membuat pembaca nya waaaaaau ............
goodnovel comment avatar
Ida Nur
siapa sih sebenarnya Shaka ini kak Asri kok kayaknya.gak ada akhlak. mudah mudahan Shabi diperlakukan baik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 6 Tinggal Bersama

    "Kemasi pakaianmu Tsabi, atau kamu tidak akan membawa apa pun dari sini?" bisik pria itu tepat di dekat telinganya. Hembusan napasnya hangat menyapu pipi, membuat bulu kuduk Tsabi meremang seketika. Gadis itu menoleh dengan wajah memanas dan tubuh deg degan. Takut sekali kalau tiba-tiba suami dadakannya itu mengambil haknya dengan paksa. Pergerakannya yang tiba-tiba benar-benar hampir membuatnya jantungan. "Aku sedang menunggumu, bisa bergerak sekarang?" ucap Shaka gemas lama-lama melihat Tsabi hanya diam. "Aku mau pamit dulu dengan abi dan ummi," ucap Tsabi melangkah keluar dari kamar. Jantung masih berdetak tak beraturan. Biar bagaimanapun dirinya seorang perempuan normal, didekati pria berstatus halal tentu membuatnya berpikir macam-macam. Shaka menghela napas kasar. Baginya waktunya sangat berharga. Dia adalah orang yang hampir tidak pernah sabar menunggu, mengapa berurusan dengan perempuan itu membuatnya seperti tertahan dengan waktu. Kesal, membuat pria itu tak tahan lalu ik

    Last Updated : 2023-09-05
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 7 Satu Ranjang

    "Tolong ambilkan aku handuk, dan siapkan gantinya," pinta Shaka setengah berbisik. Rasanya jantung Tsabi seperti berhenti berdetak dan mau lompat dari tempatnya, bulu kuduknya merinding semua saat sapuan hangat napas suaminya menyerbu pipi. Tsabi bahkan hanya mampu mengangguk tanpa kata. Pria itu menarik diri memberi jarak, beranjak tanpa dosa. Masuk ke kamar mandi begitu saja. "Huh ... astaghfirullah ...," ucap Tsabi langsung beristighfar begitu punggung suaminya menghilang dibalik pintu. Merasa begitu lega sejenak. "Handuk? Di mana handuk?" Tsabi masuk ke ruang ganti. Mencari-cari kain yang diminta suami misteriusnya itu. Jelas kesulitan mengingat dia belum tahu betul letak barang-barang di rumah ini. Ia pun membuka satu persatu lemari yang memungkinkan kain itu ada di sana. "Di mana sih!" Tsabi menggerutu kesal terus mencari. Ia menemukan setumpukan handuk bersih yang tertata rapih. Langsung menarik satu dari lipatan. Membawanya keluar, dan setelahnya bingung cara memberikan pad

    Last Updated : 2023-09-06
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 8 Suami Misterius

    Kenapa perintah Shaka terdengar cukup menakutkan, bukankah suami istri hal yang wajar tidur satu ranjang. Tsabi menatap tempat tidur dengan perasaan bimbang. Sementara Shaka sudah menempati tempat itu lebih dulu. Menatap datar setengah berbaring menyenderkan punggungnya di papan headboard. "Kamu mau berdiri di situ sampai kapan?" tanya pria itu sembari menyambar macbook di nakas. Sibuk dengan sendirinya. Tsabi tidak menjawab, tetapi berjalan mendekat dengan perasaan deg degan. Berharap malam ini tidak ada adegan yang menyebabkan guncangan ranjang. Pikirannya sudah nethink duluan mengingat ini malam pertama mereka. Bukan tidak mungkin pria yang tengah serius dengan gawainya itu tiba-tiba meminta haknya sebagai pasangan halalnya. Pelan gadis itu duduk, mengangkat kedua kakinya menempati ranjang, lalu menarik selimut dengan tubuh mulai merebah. Sekelebat bayangan manis tentang mantan calon imam yang gagal di meja akad. Seharusnya dia kini tengah berbahagia andai saja menikah dengan ma

    Last Updated : 2023-09-07
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 9 Meminta Hak

    Tsabi langsung ke kamar mandi, mencari baju kotor Shaka yang baru saja dilepas. Gadis itu benar-benar penasaran apa yang baru saja terjadi. Memungutnya kembali dari ranjang kotor, lalu menelitinya dengan seksama. "Mana sih, kok nggak ada. Jelas sekali tadi pria itu seperti ada darah. Apakah Shaka sudah menguceknya?" gumam Tsabi bertanya-tanya dengan rasa penasaran akut. Ia benar-benar tidak paham, jenis pria seperti apa yang menikahinya. Apa pekerjaannya, apa profesinya dan kenapa terkesan begitu tertutup. Perempuan itu memikirkan hal pagi tadi sampai membawanya di meja makan. Masih begitu sulit dipahami. Semuanya serba mendadak dan sangat misterius. Kehamilan dirinya saja ia masih setengah percaya. Sepertinya Tsabi harus memeriksa langsung ke rumah sakit agar benar-benar yakin. Benarkah di dalam perutnya ada janin? Janin siapa? "Tsabi! Kosongkan piringmu, dan pastikan kamu memenuhi semua nutrisi untuk kandunganmu!" kata pria itu menatap sembari menikmati kunyahan di mulutnya. Merek

    Last Updated : 2023-09-08
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 10 Pria Demisexual

    "Tapi aku tidak yakin kalau ini anakmu, sampai sekarang saja aku tidak mengerti kenapa aku bisa hamil," terang Tsabi dengan pendapatnya. Dia jelas menolak ajakan Shaka walaupun itu suaminya sendiri. "Apa perlu kita melakukan USG, lalu test DNA?" ucap Shaka gemas. Dia tidak suka hubungan yang memaksa, terlibat hubungan karena memang sudah terlanjur ada ikatan. Cinta, Shaka bahkan hampir tak punya cinta di sepanjang hidupnya. Hatinya dikuasai ambisi dengan segala hidup dan problematika yang ada. "Iya, aku butuh bukti yang real untuk menyakinkan semuanya," jawab Tsabi lugas. "Baik, bagaimana kalau hasilnya sesuai apa yang aku ucapkan?" kata pria itu yakin. Seyakin sikapnya yang begitu tiba-tiba datang mengacaukan acara pentingnya. Sungguh Tsabi tidak akan pernah lupa dengan kejadian yang membuat hidupnya rumit begini. "Aku akan menunaikan kewajibanku setelah aku benar-benar yakin dan memang janin ini anakmu. Ambillah hakmu hari itu juga," ucap Tsabi membuat pernyataan. Biar bagaimanap

    Last Updated : 2023-09-09
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 11 Tabir Yang Mulai Nampak

    Tsabi memanjatkan banyak doa di atas sajadahnya. Selepas subuh, ia tidak langsung beranjak, mengadukan banyak hal pada Tuhan-nya yang mengatur seluruh alam dan isinya. Lebih kepada berserah diri dan mencoba menerima takdir atas dirinya. Tiba-tiba perempuan itu merasa perutnya begitu sakit. Ia meringis tertahan sembari mendesis lara. Melihat mimik wajah istrinya yang tak biasa, Shaka yang nampak anteng memperhatikan dengan seksama langsung turun dari pembaringan. "Kenapa? Perutmu sakit?" tanya pria itu menghampiri dengan raut panik. Tsabi hanya mengangguk tanpa kata. Merasakan perutnya sakit, nyeri dan seperti kencang. "Sakit Mas," desis Tsabi memejam. Tanpa banyak bertanya, Shaka langsung menggendongnya keluar. Pria itu berteriak menggegerkan orang-orang agar segera menyiapkan mobil untuk membawanya ke rumah sakit. Wajah pria itu terlihat sangat panik. Tentu saja takut terjadi apa-apa dengan calon anaknya. Orang Shaka langsung menyiapkan mobil dan membukakan untuk Tuan-nya. "Ke

    Last Updated : 2023-09-10
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 12 Perhatian Kecil

    "Astaghfirullah .... " Tsabi berjingkat resah mendapati Shaka sudah di depan pintu belakang. Bukankah pria itu sudah berangkat ke kantor beberapa menit yang lalu. Raganya memang sudah melaju dari tempat itu, tetapi semua kawasan itu dalam genggaman Shaka. Pria berperawakan tegap itu bisa dengan muda memantau aktivitas Tsabi dari layar ponselnya yang terhubung dengan CCTV rumah. Jadi, sudah pasti pergerakan Tsabi terbaca secara jelas. Pria itu menatap penuh selidik, mata elangnya membisukan bibir Tsabi yang tetiba susah untuk menjawab. "Susah ya nurut apa kata suamimu. Bukankah agamamu mengajarkan itu, harusnya kamu patuhi apa yang sudah kupesankan tadi," kata Shaka dingin. "A-aku hanya ingin keluar sebentar. Aku mendadak ingin es krim, sepertinya calon anak kita mulai nyidam," jawab Tsabi cukup beralasan. Walaupun kadang ia sendiri merasa lupa kalau tengah hamil. "Biar nanti aku belikan sepuas yang kamu mau, masuk, dan kembali ke kamarmu!" titah Shaka serius. "Tapi aku maunya se

    Last Updated : 2023-09-11
  • Hamil Tapi Perawan   Bab 13 Genggaman Pertama

    Shaka menghampiri meja dengan wajah datar. Membuat Tsabi bertanya-tanya dalam hati. Pria itu bahkan tak melanjutkan makan es krim di depannya. Sibuk dengan gawai di tangannya. Menyebalkan sekali memang. "Sudah?" tanya pria itu melihat Tsabi menghentikan suapannya. "Punya Mas masih banyak, nggak dihabisin?" sahut perempuan itu kembali menyuap ke mulutnya. "Buat kamu saja," jawab Shaka sedingi es di depannya. Sabar, itu yang harus dilakukan agar tetap waras membersamai suaminya yang kaku. Pria itu terus menatap jam di tangannya, seakan menghitung berapa waktu yang tersisa bersamanya. Membuat Tsabi paham akan ketidaknyamanan suaminya. "Mas ada acara lain? Kalau sibuk, tinggalkan aku sendiri. Biar aku pulang dengan taksi," kata Tsabi tak ingin merepotkan. Shaka tidak menjawab, hanya menatap dengan tatapan tanpa ekspresi. Membuat Tsabi serba salah sendiri. Seharusnya kalau repot tidak usah sok mengantar begini. Jadi akan membuatnya tidak nyaman. Tidak mendapat respon dari Shaka membua

    Last Updated : 2023-09-12

Latest chapter

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 150

    "Tapi apa Mas?" Tsabi yang penasaran langsung mencicipinya. Tidak ada masalah, rasanya juga cukup enak. Namun, ia sedikit eneg ketika mendapati isian bawang bombainya."Hehehe. Seharusnya kamu bikin lebih banyak lagi. Aku suka, kalau ukurannya kecil gini kurang sayang.""Ish ... bikin worry saja. Habisin semuanya Mas, aku kenyang.""Kapan kamu makan?" Sedari bangun Shaka belum melihat istrinya mengisi perutnya."Lihatin kamu udah kenyang. Aku belum lapar, udah minum susu tadi," jawab Tsabi benar adanya."Sini aku suapin," ujar pria itu membagi sisa gigitannya.Sebenarnya Tsabi agak mual dengan bawang bombay, tetapi isian itu kurang menarik tanpa umbi satu itu.Tsabi baru mengunyah beberapa suapan, tetapi dia merasa semakin eneg. Wanita itu langsung beranjak dari kursi seraya menutup mulutnya.Shaka yang melihat itu langsung berdiri menyusul. Paling tidak bisa melihat istrinya dalam kesusahan."Sayang, maaf, kamu beneran mual?" ucap pria itu iba. Kasihan sekali melihat Tsabi yang menda

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 149

    "Kamu juga capek kan Mas, kenapa mijitin?" tanya wanita itu sembari menyender di kepala ranjang. "Lelahku hilang saat melihat senyum kamu sayang," ujar Shaka jujur. Sedamai itu ketika menatap wajahnya yang teduh. Selalu menenangkan. "Bisa aja kamu Mas," jawab Tsabi tersenyum. Ditemani gini saja sudah mengembalikan moodnya. Apalagi dipijitin begini, sungguh Mas Shaka suami yang romantis dan pengertian. Perlahan netra itu mulai berat. Seiring sentuhan lembut yang mendamaikan. Tsabi terlelap begitu saja. Melihat itu, Shaka baru menyudahi pijitanya, dia membenahi posisi tidur istrinya agar lebih nyaman. Sebenarnya ada hasrat rindu yang menggebu, apalagi memang pria itu sudah beberapa hari tak berkunjung. Namun, nampaknya waktu dan keadaan kurang memberikan kesempatan. Tsabi juga terlihat lelah akibat aktivitas seharian di luar. Shaka akan menundanya besok sampai waktu memungkinkan. Agar keduanya sama-sama nyaman. Terutama Tsabi yang saat ini tengah hamil muda. Kadang moodian. Shaka h

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 148

    "Nggak jadi aja ya, perasaan aku nggak enak," kata Shaka yang sebenarnya takut kalau nanti istrinya bakalan sakit hati lagi. "Kenapa, kalau dia nggak mau ketemu sama aku, mungkin mau dijengukin kamu. Kita bisa bawakan makanan kesukaan Angel dan mukena. Aku yakin dia mau berubah. Kita tidak boleh memusuhinya Mas.""Kenapa sih kamu jadi orang baik banget. Dia udah jahat banget loh sama kamu, sama keluarga kita. Wajar kan kalau pada akhirnya aku nggak respect.""Sangat wajar, itu namanya naluriah. Ketika seseorang disakiti terus membalas. Aku cuma mau kasih ini Mas, mana tahu dia bisa terketuk hatinya untuk melakukan kebaikan.""Oke, nanti aku antar," ucap Shaka pada akhirnya. Mereka benar-benar mengunjungi Angel yang saat ini dalam tahanan. Akibat perbuatannya, Angel harus menerima sanksi berat. Mendapatkan kurungan yang tak sebentar. Karena mencoba melakukan penganiayaan dan juga pembunuhan."Ngapain kalian ke sini? Puas lihat aku di sini seperti ini," sentak Angel menatap sinis pasu

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 147

    Sepekan telah berlalu, tapi kesedihan nampaknya masih membekas di hati Shaka. Suasana hatinya beberapa hari ini sedang tidak baik-baik saja. Beruntung Tsabi adalah istri yang begitu perhatian dan pengertian. Wanita itu sangat sabar menemani suaminya yang dalam suasana duka.Hari ini pria itu sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasanya. Toko dan bengkelnya juga sudah mulai dibuka kembali. Setelah sepekan tutup total karena dalam suasana berkabung. Ibunya memang belum meninggalkan banyak kenangan manis dengannya. Namun, sebagai seorang anak pasti sangat kehilangan ditinggalkan orang yang telah melahirkannya untuk selamanya. "Mas, ini ganti kamu hari ini," ujar Tsabi menyiapkan pakaian ganti suaminya. Walaupun beraktivitas di samping rumahnya, tentu Tsabi tak pernah lupa mengurusi pakaian suaminya juga untuk kesehariannya. Santai, tapi bersih dan tertata. "Makasih sayang," jawab Shaka memakainya begitu saja di depan istrinya. Sudah tidak tabu lagi. Bahkan menjadi pemandangan men

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 146

    Tepat pukul lima sore hari Nyonya Jesy menghembuskan napasnya yang terakhir. Shaka sangat terpukul dengan kepergian ibunya. Pria itu tersedu sembari membacakan ayat-ayat suci di dekat ibunya. Tsabi mengusap lembut punggung Shaka setelah menyelesaikan surat yasin menutup doa ibu mertuanya. "Yang ikhlas Mas, biar mommy tenang," ucap Tsabi menguatkan. Dia tahu ini berat, hanya doa terbaik untuk almarhum mommy yang sekarang bisa ia lakukan. Wanita itu langsung menghubungi keluarganya. Ummi Shali, Ustadz Aka, dan Khalif serta beberapa orang abdi dalem langsung bertolak ke rumah sakit. Tentu saja untuk mengurus kepulangan dan juga pemakamannya. Beberapa orang lainnya nampak sudah bersiap menunggu jenazah pulang ke rumah duka. Suasana mengharu biru saat jenazah itu tiba dan hendak disholatkan. Ustadz Aka sendiri yang mengimaminya. Berhubung waktu belum terlalu malam, almarhum langsung dikuburkan malam itu juga. Tepatnya setelah sholat maghrib. Semuanya seakan berjalan begitu cepat. Padah

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 145

    "Tsabi, apa yang terjadi sayang?" Ummi Shali dan suaminya langsung bertolak ke rumah menantunya begitu mendapatkan kabar dari Shaka. "Zayba jatuh Ummi, dia sepertinya sangat kaget," jelas Tsabi mengingat bocah kecil itu terlepas dari troli. Salah satu karyawan toko yang menggendongnya dan langsung mengamankan bayi itu. "Astaghfirullah ... Mas, cucuku gimana ini. Kita bawa ke tukang pijat.""Kenapa bisa sampai seteledor itu menjaga anak kecil. Bukankah kamu di rumah?""Tsabi tidak enak badan abi, tadi habis periksa. Aku nitip ke mommy, tapi malah ada musibah begini.""Kamu sakit?" tanya Ummi Shali menatap dengan serius. "Sakit, tapi sebenarnya—" Tsabi terdiam, agak ragu berkata jujur saat ini. Namun, bukankah kabar baik itu harus berbagi. "Sebenarnya apa?" tanya Abi Aka giliran yang menatapnya. "Zayba mau punya adik, Ummi," kata Tsabi malu dan ragu membagi kabar bahagia tersebut. "Kamu hamil lagi?" tanya Ummi cukup kaget. Baby Zayba belum genap satu tahun sudah mau punya bayi. Ba

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 144

    "Ide menarik, boleh dicoba kalau nanti gagal.""Maaf ya, belum bisa bahagiakan kamu," ucap Shaka tiba-tiba. Baru saja mau bangkit, sepertinya ada saja halangannya. "Aku nggak ngerasa gitu kok, maaf juga kalau masih banyak mengeluh selama jadi istri kamu." Tsabi mencoba menerima dan bersabar dengan ujian yang datang dari keluarga Shaka. Dia juga harus bisa menerima keluarganya juga bukan. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hampir satu purnama Angel menumpang di rumah mereka. Semua Tsabi lalui dengan tidak mudah. Karena wanita itu sering berulah dengan sengaja. Beruntung Shaka yang pengertian memperlakukan Tsabi dengan penuh perhatian. "Sayang, kamu pucet sakit?" tanya Shaka memperhatikan istrinya yang sepertinya kurang enak badan. "Agak pusing Mas, perlu minum obat kayaknya." Beruntung ini hari libur, jadi Tsabi tidak harus berangkat mengajar. "Ya sudah tiduran saja, mumpung libur juga. Tidak usah mengerjakan apa pun. Zayba hari ini full sama abi.""Makasih Mas," jawab

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 143

    "Nggak bisa Mas, aku kan kemarin sudah izin. Kamu sarapan dulu ya, terus minum obat. Nanti biar Zayba sama Mbok Tini. Kemarin juga seharian sama Mbok Tini."Shaka yang tengah rebahan meraih pinggang istrinya agar duduk makin dekat. Pria itu memposisikan kepalanya tepat di pangkuan istrinya dengan manja. "Obatnya kamu," katanya sembari menenggelamkan wajahnya ke perut Tsabi. Tangan kanannya memeluk erat. Seolah tidak mengizinkan wanita itu untuk beranjak dari sisinya."Aku bikinin sarapan ya, terus minum obat.""Pingin sarapan kamu, yank, aku tidak semangat," kata pria itu mode rewel. Bisa begini juga ternyata cowok yang super dominan itum"Dih ... aku belum bersih lah. Tapi udah mau sembuh kok. Kamu kenapa jadi manja gini sih Mas. Nanti aku kabari kalau udah selesai.""Kangen, namanya juga kangen ya gini. Kamu cuek banget dari kemarin."Repot kalau suaminya mode rewel. Sakit sedikit manjanya ngalahin bayi. Tsabi tidak leluasa bergerak sama sekali. Tiba-tiba Zayba juga merengek. Tsab

  • Hamil Tapi Perawan   Bab 142

    "Kamu ngapain sih Mas ngikutin mulu, tidur sana!" omel Tsabi melihat suaminya mengekor dirinya. "Ya itu Zayba rewel, mana tahu kamu butuh bantuan.""Nggak, aku pikir kamu malah nggak ingat pulang," jawabnya ketus. Efek lelah dan juga tubuhnya sedikit tidak enak badan, membuat Tsabi sewot sendiri. "Kok ngomongnya gitu, aku pasti pulang lah. Ya walaupun akhirnya malam. Maaf, tadi ikut ngaji dulu.""Ya nggak pa-pa kan, aku juga nggak pernah ngelarang juga. Kamu mau ngapain aja terserah kamu. Lagian ada Khalif kok yang bisa bantuin ke mana-mana.""Memangnya tadi ke mana? Kamu nggak telpon kan?""Seharusnya kamu ingat memberi kabar. Bukannya nungguin aku hubungi kamu. Memangnya aku sempat apa telpan telpon terus Zayba sakit begini.""Zayba masih sakit?" Tsabi tidak menjawab, melainkan menatapnya dengan merotasi matanya jengah. Bukankah pria itu tahu tadi pagi juga Tsabi sudah mengeluh kalau bayinya sakit. Apa seorang pria tidak sepeka itu. Perempuan itu kembali masuk ke kamar seraya me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status