Ketika Si Jin Budiman membuka dua matanya kembali, kelihatan mata itu berkaca-kaca. Sambil mendekap ukiran bunga mawar yang terbuatdari batu merah ke dadanya, hatinya berkata. "Aku harus kembali ke telaga. Menemui gadis itu. Tapi apakah ini saatnya yang tepat? Dia telah mempunyai kesan yang tidak baik terhadapku. Si nenek muka kuning pasti sudah member! tahu ciri-ciriku pada gadis itu. Sulit bagiku mengelakkan tuduhan. Kecuali jika dia mau mendengar dan menerima semua penjelasanku. Demi masa silamku! Demi masa depan gadis itu, aku harus pergi menemuinya. Apapun yang terjadi! Bertahun-tahun aku berusaha keras untuk menyingkap tabir gelap kehidupan ini. Sekarang setelah hampir tersibak masakan aku harus tercampak dalam kebimbangan...?!"
Perlahan-lahan Si Jin Budiman bangkt berdiri. Belum sempat dia melangkah ke pintu goa tiba-tiba menggelegar suara bentakan.
"Orang di dalam goa! Lekas keluar! Kembalikan benda yang kau curi dariku! Atau kau akan kukubur hidup-hidup di dal
Di satu kaki bukit kecil dekat sebuah mata air Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab tinggalkan sahabatnya lalu mengejar Bayu, Arya dan Betina Bercula.Saat itu Bayu, Arya dan Betina Bercula baru saja berpisah dengan Maithatarun dan Ruhrinjani setelah terjadi bentrokan dengan Dewi Awan Putih. Mereka berusaha mencari Bintang karena Dewi Awan Putih telah melancarkan tuduhan bahwa Ksatria Pengembara telah melakukan perbuatan mesum dengan Bunda Dewi yang menyebabkan Dewi itu kini menjadi hamil! Karena ketiganya berjalan sambil mengobrol dan sesekali tertawa haha-hihi, tidak terlalu sulit bagi Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mengejar mereka.Begitu berhadapan dengan ketiga orang itu,tanpa banyak bicara si kakek langsung menghantam dengan serangan "Badai Lima Penjuru" yaitu pukulan sakti yang dititipkan Pawungu di tangan kanannya. Lima gelombang angin mengeluarkan suara menggemuruh laksana badai menerpa ke arah Bayu, Arya dan Betina Bercula. Karena diserang mendadak begitu rupa ketiga
KAKEK sakti yang otaknya ada di luar kepala ini berseru keras. Dia bukan kaget atau takut menghadapi serangan Arya dan Betina Bercula, namun menjadi pucat sewaktu melihat bagaimana dari balik dada pakaian Bayu saat itu menyembul sosok kuning kepala seekor binatang. Bersamaan dengan itu wajah Bayu berubah menjadi wajah seorang kakek berusia lebih dari seratus tahun."Roh Rajawali Emas Langit Ke Tujuh!" teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Walau rasa takut serta merta menjalari tubuhnya namun untuk berbalik dan ambil langkah seribu sudah kepalang tanggung. Maka kakek ini tarik serangan tangan kirinya ke arah Arya dan Betina Bercula. Tangan itu kini dipergunakan untuk menggebuk sosok Bayu. Sedang pukulan Badai Lima Penjuru tetap dihantamkannya pada Bayu setelah terlebih dulu melipat gandakan tenaga dalamnya.Dibarengi suara menggelegar seolah hendak membelah bumi satu sosok menyerupai Roh Rajawali Emas yang menyembul keluar dari dada Bayu mendadak berubah besar. Dengan m
BEGITU orang yang dicarinya muncul di depan goa, Ruhcinta langsung menegur Jin Budiman, “Selama ini kau selalu mengikuti kemana aku pergi. Terus terang sejak lama aku menaruh curiga terhadapmu. Kecurigaanku hari ini menjadi kenyataan...""Ruhcinta, aku akan jelaskan padamu. " kata orang bermuka tanah liat dengan suara bergetar."Ucapanku belum selesai Hai orang bermuka tanah liat" Memotong Ruhcinta. "Hari ini kepercayaanku sirna terhadapmu. Seharusnya saat ini aku memberi pelajaran pahit padamu. Menurunkan hukuman atas dirimu. Tentunya kau sudah tahu dua kesalahan besar yang telah kau lakukan atas diriku!""Ruhcinta, mengenai Peristiwa di telaga itu. Aku bersumpah aku tidak punya niat dengan sengaja hendak mengintip kau mandi..."Bayu, Arya dan Betina Bercula jadi saling pandang mendengar kata-kata Si Jin Budiman itu."Tidak disangka, jahil juga si muka comberan kering ini!" kata Arya keras-keras hingga Si Jin Budiman mendengar."Kalau
"Pelintir saja anunya!" jawab Arya Seenaknya lalu tertawa mengekeh sambil pegangi bagian bawah perutnya."Kalau memelintir anu, serahkan saja tugas itu padaku!" kata Betina Bercula. Lalu sambil tertawa cekikikan dia melangkah mendekati Si Jin Budiman dan tangan kanannya diulurkan ke bawah perut orang seperti benar-benar hendak melakukan apa yang diucapkannya.Si Jin Budiman tidak dapat lagi menahan diri. Amarahnya meledak menembus ubun-ubunnya, Tangan kanannya bergerak. "Plaakkk!"Tamparan keras melayang. Betina Bercula terpekik keras dan terbanting merintih di tanah. Darah mengucur dari sudut bibirnya yang pecah."Maling busuk, pengintip keji! Kau memang tidak punya hati kemanusiaan!" teriak Bayu marah melihat Betina Bercula tergeletak mengenaskan begitu rupa. Bayu menerjang dan hantamkan tangan kanannya melepas pukulan Rajawali Murka Merobek Langit.Si Jin Budiman berusaha mengelak untuk menghindari perkelahian. Namun serangan Bayu demikian cepat
Orang yang berdiri dihadapan Ruhcinta saat itu adalah seorang perempuan yang sekujur tubuhnya mulai dari kepala sampai ke kaki dilengketi oleh ratusan kodok hijau berbagai ukuran! Dari wajahnya yang kelihatan cuma dua mata serta lobang hidung dan sedikit bibir. Di tangan kanannya dia memegang sebatang tongkat bambu kuning yang telah patah yang kemudian ditancapkannya ke tanah hingga amblas sampai dua pertiganya."Makhluk aneh..." bisik Bayu pada Arya. "Kodok yang bergelantungan di kepala, muka dan badannya itu apakah peliharaannya, binatang mainannya atau anak-anaknya!""Gila kau! Mana ada orang beranak kodok!" tukas Arya sambil pegangi dadanya yang masih mendenyut sakit akibat jotosan Si Jin Budiman tadi.Tiba-tiba Ruhcinta jatuhkan diri berlutut di hadapan orang aneh itu seraya memanggil. "Guru Ruhmasigi Untung kau muncul. Kalau tidak mungkin tadi saya telah kesalahan tangan.""Ah, gurunya rupanya. " bisik Arya pada Bayu lalu menepis tangan Betina Bercu
Jin Lembah Paekatakhijau berpaling pada Bayu. Dia pandangi pemuda itu sesaat lalu sambil tersenyum dia menjawab. "Aku mulai dengan kawanmu itu." Si nenek menunjuk ke arah Arya."Kukatakan aneh karena telinganya sebelah kanan kulihat terbalik! Hik... hik! Bagiku itu aneh, entah bagi orang lain. Hik... hik... hik!"Arya delikkan mata. Tapi dia tidak marah malah tertawa gelak-gelak menimpali cekikikan si nenek."Itu keanehan sahabatmu itu? Sekarang sobatmu yang kedua. Jelas dia laki-laki asli. Tapi mengapa berpakaian dan berdandan serta bersikap seperti perempuan? Padahal otaknya tidak miring! Apa itu tidak aneh namanya?"Kini giliran Betina Bercula yang beliakkan mata. Tapi dia juga tidak marah malah sambil senyum-senyum dia berkata. "Kau memang tidak tahu Nek! Di mata manusia wajar lelaki berdandan adalah lebih menarik dari pada perempuan ditempeli katak hijau sepertimu. Hik... hik... hik. Apa kau punya suami Nek?"
"Dia telah nikah Nek. dia sudah kawin. " Ruhcinta tak sanggup meneruskan ucapannya. Gadis ini tundukkan kepala dan tutup wajahnya dengan dua tangannya."Dari mana kau tahu? Aku sendiri belum menyirap kabar itu.""Aku menyaksikan sendiri upacara pernikahannya. Nenek Ramahila yang menikahkan mereka. Di Bukit Batu Kawin!""Tapi nenek itu sendiri bukankah dia dikabarkan telah menemui ajal? Pembantunya bernama lenyap entah kemana. Di pondoknya ditemui mayat seseorang. ""Saya tahu Nek. Kematian orang-orang itu setelah terjadi pernikahan""Siapa kira-kira yang membunuh mereka?" tanya Ruhmasigi."Tidak bisa saya menduga."Si nenek terdiam lalu mendongak ke langit hitam sambil kepalkan dua tinju kanannya. "Bintang pemuda dari negeri manusia. Jika benar rupanya kabar yang aku sirap. Kau laki-laki yang suka mempermainkan perempuan. Aku tidak perduli kau mempermainkan perempuan lain, menghamili Dewi! Tapi jang
"Kalau begitu biar aku coba mengobati cidera kalian!" Habis berkata begitu Jin Lembah Paekatakhijau ini tepukkan tangannya tiga kali lalu berseru. "Anak-anakku! Periksa keadaan ketiga manusia-manusia aneh itu! Obati jika kalian mampu!"Baru saja ucapan si nenek selesai, puluhan katak hijau yang menyelimuti kepala dan tubunnya keluarkan suara riuh seperti mau merobek telinga. Sepuluh katak kemudian melompat ke pipi kanan Betina Bercula yang luka cidera akibat tamparan keras Si Jin Budiman. Tentu saja orang ini menjerit kaget, juga ketakutan."Celaka! Rusak dandananku!"Hanya sebentar, sepuluh katak hijau tadi melompat berbalik ke tubuh si nenek. Betina usap-usap pipinya dan jadi terheran-heran. Rasa sakit lenyap, darah yang mengucur di sudut bibirnya yang pecah berhenti!"Ah..." Betina Bercula tersipu-sipu. "Terima kasih Nek. Katak-katakmu itu rupanya bukan binatang sembarangan."Tiba-tiba belasan katak melesat ke arah Bayu, menempel mulai dari bahu