Orang yang berdiri dihadapan Ruhcinta saat itu adalah seorang perempuan yang sekujur tubuhnya mulai dari kepala sampai ke kaki dilengketi oleh ratusan kodok hijau berbagai ukuran! Dari wajahnya yang kelihatan cuma dua mata serta lobang hidung dan sedikit bibir. Di tangan kanannya dia memegang sebatang tongkat bambu kuning yang telah patah yang kemudian ditancapkannya ke tanah hingga amblas sampai dua pertiganya.
"Makhluk aneh..." bisik Bayu pada Arya. "Kodok yang bergelantungan di kepala, muka dan badannya itu apakah peliharaannya, binatang mainannya atau anak-anaknya!"
"Gila kau! Mana ada orang beranak kodok!" tukas Arya sambil pegangi dadanya yang masih mendenyut sakit akibat jotosan Si Jin Budiman tadi.
Tiba-tiba Ruhcinta jatuhkan diri berlutut di hadapan orang aneh itu seraya memanggil. "Guru Ruhmasigi Untung kau muncul. Kalau tidak mungkin tadi saya telah kesalahan tangan."
"Ah, gurunya rupanya. " bisik Arya pada Bayu lalu menepis tangan Betina Bercu
Jin Lembah Paekatakhijau berpaling pada Bayu. Dia pandangi pemuda itu sesaat lalu sambil tersenyum dia menjawab. "Aku mulai dengan kawanmu itu." Si nenek menunjuk ke arah Arya."Kukatakan aneh karena telinganya sebelah kanan kulihat terbalik! Hik... hik! Bagiku itu aneh, entah bagi orang lain. Hik... hik... hik!"Arya delikkan mata. Tapi dia tidak marah malah tertawa gelak-gelak menimpali cekikikan si nenek."Itu keanehan sahabatmu itu? Sekarang sobatmu yang kedua. Jelas dia laki-laki asli. Tapi mengapa berpakaian dan berdandan serta bersikap seperti perempuan? Padahal otaknya tidak miring! Apa itu tidak aneh namanya?"Kini giliran Betina Bercula yang beliakkan mata. Tapi dia juga tidak marah malah sambil senyum-senyum dia berkata. "Kau memang tidak tahu Nek! Di mata manusia wajar lelaki berdandan adalah lebih menarik dari pada perempuan ditempeli katak hijau sepertimu. Hik... hik... hik. Apa kau punya suami Nek?"
"Dia telah nikah Nek. dia sudah kawin. " Ruhcinta tak sanggup meneruskan ucapannya. Gadis ini tundukkan kepala dan tutup wajahnya dengan dua tangannya."Dari mana kau tahu? Aku sendiri belum menyirap kabar itu.""Aku menyaksikan sendiri upacara pernikahannya. Nenek Ramahila yang menikahkan mereka. Di Bukit Batu Kawin!""Tapi nenek itu sendiri bukankah dia dikabarkan telah menemui ajal? Pembantunya bernama lenyap entah kemana. Di pondoknya ditemui mayat seseorang. ""Saya tahu Nek. Kematian orang-orang itu setelah terjadi pernikahan""Siapa kira-kira yang membunuh mereka?" tanya Ruhmasigi."Tidak bisa saya menduga."Si nenek terdiam lalu mendongak ke langit hitam sambil kepalkan dua tinju kanannya. "Bintang pemuda dari negeri manusia. Jika benar rupanya kabar yang aku sirap. Kau laki-laki yang suka mempermainkan perempuan. Aku tidak perduli kau mempermainkan perempuan lain, menghamili Dewi! Tapi jang
"Kalau begitu biar aku coba mengobati cidera kalian!" Habis berkata begitu Jin Lembah Paekatakhijau ini tepukkan tangannya tiga kali lalu berseru. "Anak-anakku! Periksa keadaan ketiga manusia-manusia aneh itu! Obati jika kalian mampu!"Baru saja ucapan si nenek selesai, puluhan katak hijau yang menyelimuti kepala dan tubunnya keluarkan suara riuh seperti mau merobek telinga. Sepuluh katak kemudian melompat ke pipi kanan Betina Bercula yang luka cidera akibat tamparan keras Si Jin Budiman. Tentu saja orang ini menjerit kaget, juga ketakutan."Celaka! Rusak dandananku!"Hanya sebentar, sepuluh katak hijau tadi melompat berbalik ke tubuh si nenek. Betina usap-usap pipinya dan jadi terheran-heran. Rasa sakit lenyap, darah yang mengucur di sudut bibirnya yang pecah berhenti!"Ah..." Betina Bercula tersipu-sipu. "Terima kasih Nek. Katak-katakmu itu rupanya bukan binatang sembarangan."Tiba-tiba belasan katak melesat ke arah Bayu, menempel mulai dari bahu
SOSOK Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang tergeletak tak jauh dari tepian telaga tampak bergerak. Dari mulutnya keluar suara mengerang Saat itu memasuki dini hari. Keadaan sekitar telaga gelap pekat dan udara dingin mencucuk sekujur tubuhnya. Perlahan-lahan orang tua yang otaknya berada di luar batok kepala ini membuka sepasang matanya. Mula-mula dia hanya melihat kegelapan menghitam. Kemudian dia mulai mengenali apa yang ada di atasnya. Langit kelam."Dimana aku ini... apa yang terjadi dengan diriku?" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab gerakkan tubuhnya, berusaha bangkit Sesaat dia terduduk di tanah, memandang berkeliling. "Ada telaga di sebelah sana... ada batu-batu hancur..." Lalu pandangannnya ditujukan pada dirinya sendiri. Dia menjadi kaget ketika melihat jubah putihnya berubah kuning. Bukan cuma jubah, tangan dan kakinya juga berwarna kuning. Kakek ini mengusap wajahnya berulang kali. "Walau tidak melihat, tapi aku yakin wajahku saat ini pasti juga berwarna kuning. Apa yang
"Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab, sebelum aku pergi dengar baik-baik apa yang akan aku katakan. Jangan sekali-kali kau berani mengganggu pemuda asing bernama Bintang itu. Bahkan jangan sampai ada perasaan atau pikiran jahat terhadapnya! Jika kau melanggar apa yang aku ucapkan saat dinihari ini, kelak kau akan mendapat malapetaka dan menyesal sampai ke liang kubur!""Begltu ..? Hemm. Apa hubunganmu dengan pemuda itu. Kau seperti melindunginya sekaligus mengancamku!" si kakek bangkit berdiri. Namun gadis jelita itu telah berkelebat pergi tanpa berikan jawaban."Hah!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab memandang berkeliling. Mengusap mukanya berulang kali. Menggosok matanya sampai dia merasa kepedasan sendiri. "Kemana lenyapnya makhluk tadi... jangan-jangan aku barusan hanya bermimpi." Orang tua ini menghela nafas dalam lalu sambil geleng-gelengkan kepaia dia melangkah menuju telaga. "Aku perlu mandi mendinginkan tubuh dan kepalaku! Aku bermimpi.&nb
"Hebat benar kaulmu! Kuharap saja kau benar-benar bisa melakukannya. Kecuali jika Ksatria Pengembara menghabisimu terlebih dulu! Selamat tinggal orang tua yang mulai pikun!""Gadis jahanam! Kau berlancang mulut berani memutar balik kenyataan! Kau rasakan dulu bekas tanganku!" teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab.Selagi Ruhjelita melompat ke atas punggung kura-kuranya, kakek ini lepaskan satu pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi."Tua bangka tak tahu diri! Sambut balasanku ini!" teriak Ruhjelita. Lalu sambil mendarat duduk di punggung kura-kura raksasa dia dorongkan dua tangannya. Dua larik sinar ungu menyambar ke arah si kakek,"Wuttt!" "Wusss! Wusss!" "Bummm!"Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab terpental masuk ke dalam telaga. Ruhjelita sendiri mencelat dari atas punggung Laecoklat si kura-kura raksasa. Setelah mengatur jalan darahnya yang terasa bergejolak gadis ini cepat melompat kembali ke atas kura-kura lalu melesat terbang ke udar
"Setahuku nenek itu tinggal di sebuah lembah. Ada banyak lembah di kaki bukit itu. Dulu aku pemah mendatangi kawasan ini, tapi selalu tersesat" Selagi berada dalam kebingungan seperti itu tiba-tiba makhluk muka tanah liat ini melihat satu bayangan bergerak di depannya. Cepat dia mendekam merapatkan diri ke batu. Dalam jarak lima tombak, di gelapnya malam Si Jin Budiman melihat satu sosok aneh berlari tak terlalu cepat ke arah kiri. Ketika dalam jarak lima tombak dia melihat jelas ujud orang yang lewat itu kejut Si Jin Budiman bukan alang kepalang.Jika ada halilintar menyambar di hadapannya atau saat itu ada setan kepala tujuh tangan dua belas muncul hendak mencekiknya, mungkin tidak sedemikian kagetnya makhluk bermuka tanah liat ini! Sekujur badannya menggigil bergeletar. Dua matanya terbeliak. Dadanya mendadak menyesak. Dia seperti hendak berteriak, tapi mulutnya seolah mendadak kaku.Yang lewat ternyata seorang nenek yang di atas kepalanya ada segulung asap merah be
"Hai, apakah keadaan cucuku itu baik-baik saja?" tanya Ruhniknik alias Jin Penjunjung Roh yang memang adalah nenek kandung Ruhcinta."Kau masih menyebutnya sebagai cucu! Tapi selama ini kau berbuat apa! Padahal begitu banyak kabar tersiar menyangkut gadis itu! Kau malah melenyapkan diri. Jangan pula berharap kau mau mencari tahu mencari jejak anakmu yang lelaki!""Justru kehadiranku di tempatmu ini untuk membicarakan masalah itu, jadi jangan kau mengumpat tidak karuan! Kau tahu kalau Ruhcinta menjalin cinta dengan seorang pemuda asing bernama Bintang?!"Anak itu tidak mengaku kalau dia mencintai pemuda itu. Juga tidak memberi tahu kalau pemuda itu mencintainya. Tapi saat ini dia berada dalam satu kecewa besar. Aku khawatir kalau dia sampai patah hati dan memilih hidup sebatang kara sampai mati!""Apa maksudmu Ruhmasigi?""Pemuda yang dicintainya itu kabarnya telah kawin dengan gadis lain!""Kurang ajar! Berarti dia memperma