"Hai, apakah keadaan cucuku itu baik-baik saja?" tanya Ruhniknik alias Jin Penjunjung Roh yang memang adalah nenek kandung Ruhcinta.
"Kau masih menyebutnya sebagai cucu! Tapi selama ini kau berbuat apa! Padahal begitu banyak kabar tersiar menyangkut gadis itu! Kau malah melenyapkan diri. Jangan pula berharap kau mau mencari tahu mencari jejak anakmu yang lelaki!"
"Justru kehadiranku di tempatmu ini untuk membicarakan masalah itu, jadi jangan kau mengumpat tidak karuan! Kau tahu kalau Ruhcinta menjalin cinta dengan seorang pemuda asing bernama Bintang?!
"Anak itu tidak mengaku kalau dia mencintai pemuda itu. Juga tidak memberi tahu kalau pemuda itu mencintainya. Tapi saat ini dia berada dalam satu kecewa besar. Aku khawatir kalau dia sampai patah hati dan memilih hidup sebatang kara sampai mati!"
"Apa maksudmu Ruhmasigi?"
"Pemuda yang dicintainya itu kabarnya telah kawin dengan gadis lain!"
"Kurang ajar! Berarti dia memperma
SOSOK yang terkapar di tanah itu memang adalah makhluk bermuka tanah Hati Si Jin Budiman. Ketika dia mencoba bangun, Jin Penjunjung Roh yang tadi mencekalnya di balik pohon lalu melemparkannya kedepan goa, segera injak dadanya hingga Si Jin Budiman kembali terhantar tertelentang di tanah."Biarkan dia bangkit dan duduk di tanah! Aku ingin menanyainya!" kata Jin Lembah Paekatakhijau."Aku yakin dia sengaja menguntit aku sampai ke tempat ini! Pasti dia membekal maksud jahat! Bukankah lebih baik kita pecahkan saja kepalanya saat ini?" kata Jin Penjunjung Roh. Tangan kanannya diangkat sementara sepasang kerucut merah yang merupakan bola matanya bergerak mundur maju."Biarkan dia duduk. Kita tanyai dulu! Kalau dia tidak mau menjawab baru dihabisi!"Jin Penjunjung Roh angkat kakinya dari dada Si Jin Budiman. Sekali jambak saja makhluk bermuka tanah liat ini dibuatnya bangkit berlutut di hadapan Ruhmasigi."Makhluk bermuka tanah liat, benar kau telah meng
"Nenek, apakah kau mengenali wajah saya...?" Wajah tua keriputan Jin Penjunjung Roh kelihatan mengerenyit Lalu perlahan-lahan berubah pucat. Dua bola matanya yang berbentuk kerucut merah memberojol keluar. Dari kepalanya mengepul asap merah sedang asap berbentuk kerucut yang ada di atas batok kepalanya bergerak turun naik! Sekujur tubuh si nenek menggigil seperti orang diserang demam panas tinggi. Badannya menghuyung. Dia cepat bersandar ke pohon di belakangnya."Ruhniknik, kau kenapa?! Apa kau mendadak sakit...?!" bertanya Ruhmasigi."Demi seribu Dewa seribu Dewi! Demi semua roh yang tergantung antara langit dan bumi...!""Nenek Ruhniknik, apakah kau mengenali diri saya?""An... anakku Patampi..." suara Jin Penjunjung Roh bergetar hebat "Benar, benarkah kau yang berlutut di hadapanku ini? Hai Yang Maha Kuasal Kau kembalikan anakku... Patampi. " Sepasang mata si nenek tak kuasa menahan jatuhnya air mata yang meluncur ke pipinya.Si Jin Budima
"Dia tidak memberi tahu pada siapapun. Kecuali pada kita berdua. Aku punya firasat apa yang hendak dikatakannya punya hubungan tertentu dengan kematian Ruhpiranti di dalam rimba belantara.""Kalau begitu kita harus mencari Ruhmundinglaya!" kata Jin Lembah Paekatakhijau pula. "Tetapi yang lebih penting adalah agar Patampi segera menemui Ruhcinta lebih dulu!""Dengan izin kalian berdua saya akan mencarinya sekarang juga. " kata Si Jin Budiman alias Patampi."Itu memang harus kau lakukan anakku," kata Jin Penjunjung Roh. "Hal ketiga yang aku ingin sampaikan padamu ialah, apakah kau sudah mendengar kabar tentang tersebar luasnya undangan yang datang dari Istana Jin Muka Seribu, Istana Surga Dunia?"Ruhmasigi gelengkan kepala. "Undangan apa?" si nenek bertanya."Jin Muka Seribu menyebar undangan dari mulut ke mulut. Pada hari ke lima belas bulan dua belas akan diadakan satu pertemuan akbar dari semua tokoh dunia persilatan di Negeri Jin ini."&nb
"Ooo... Paduliu yang itu?" ujar si destar hitam. Dia menatap Bayu sesaat lalu beralih pada Arya, terakhir sekali memandang Betina Bercula agak lama baru kembali berpaling pada Ruhcinta. "Mengapa kalian mencari orang itu?""Kami punya kepentingan. Ingin bertanyakan sesuatu padanya," jawab Ruhcinta."Kalau cuma bertanyakan sesuatu katakan saja padaku, nanti aku sampaikan padanya.""Lalu kapan kami mendapat jawabnya?!" tanya Betina Bercula yang menganggap orang tak dikenal itu bicara seenaknya.Si orang tua kembali memandang pada Betina Bercula lalu tersenyum sambil kedip-kedipkan matanya. Betina Bercula yang memang nakal balas mengedipkan mata dan unjukkan sikap genit"Wajahmu sebenarnya cantik tapi dandananmu kacau tak karuan! Hik. hik!" kata orang tua berdestar hitam."Terima kasih atas pujianmu," menyahuti Betina Bercula. "Kau baru melihat luarnya saja, kalau sampai melihat sebelah dalam pasti kau akan terangsang kelagapan! Hik... hik. 
Sekali lag! Ruhcinta memperhatikan. Seperti diketahui gadis ini memiliki satu ilmu dimana dia sanggup melihat benda di kejauhan seolah satu jengkal di depan matanya. Ketika dia mengeluarkan ilmu itu dan meneliti keadaan ketiga kawannya, dia dapat melihat bagaimana otot dan urat Bayu, Arya serta Betina Bercula seolah terbuhul di beberapa tempat! Paras si gadis berubah merah. Dia berpaling pada orang tua berdestar hitam."Tiada permusuhan tiada perseteruan. Kami datang dengan baik- baik. Tapi kau mencelakai tiga kawanku! Kau melumpuhkan mereka dengan ilmu Membuhul Urat Mengikat Otot! Katakan siapa kau sebenarnya?!"Orang tua berdestar hitam tertawa gelak-gelak."Matamu sungguh tajam Ruhcinta!""Hai! Bagaimana kau tahu namaku?!" seru Ruhcinta heran dan tambah kaget"Delapan penjuru angin Negeri Siapa yang tidak tahu gadis cantik bernama Ruhcinta? Yang saat ini sedang patah hati karena ditinggal kawin sang kekasih! Ha... ha... ha... ha!"
Yang pertama seorang kakek berambut putih awut-awutan. Sebagian kepalanya tampak sulah dan ada bekas luka yang belum kering. Dia mengenakan sehelai jubah kuning gelap. Mukanya dan bagian tubuhnya yang tersembul dari balik jubah dipenuhi cacat mengerikan. Dagingnya seolah terbakar melepuh mengerikan! Ini semua adalah akibat pukulan Menebar Budi Hari Pertama yang dilancarkan Si Jin Budiman ketika terjadi pertempuran beberapa waktu lalu. Tidak mengherankan kalau orang ini yang dikenal dengan nama Pajahilio memendam dendam hebat terhadap Si Jin Budiman.Orang kedua bukan lain si nenek pasangan Pajahilio yakni Ruhjahilio. Cacat akibat pukulan Kasih Mendorong Bumi yang pernah dihantamkan Ruhcinta pada nenek jahat ini membuat tubuhnya mengerikan luar biasa. Hidungnya gerumpung, dagingnya di bagian muka, dada dan perut bertanggatan. Lalu ketika dia berhadapan dengan Jin Terjungkir Langit, dia dipaksa menerima hantaman keras yang membuat mata kanannya mencelat lepas. Kini mata itu han
"Jabatan tinggi telah menyilaukan matamu walau itu baru sebuah janji. Padahal kasih dari Yang Maha Kuasa menjanjikan sesuatu yang abadi!" kata Ruhcinta pula yang segera disambuti oleh Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab dengan ucapan keras. "Kalian mengaku orang-orang berbudi luhur, menggembar-gemborkan hidup berdasarkan kasih sayang! Apa yang aku dapat dari kalian?! Dua cucuku dirusak kehormatannya. Tak ada satupun yang perduli! Semua orang memusuhi diriku! Tak ada satupun di antara kalian yang mau membela! Kalau aku memang tidak mendapat tempat dalam barisan kalian, apa salahnya aku bergabung dengan kerabatku Jin Muka Seribu!""Kau terjebak dalam kesesatan! Kesengsaraan yang menimpa dirimu akibat ulahmu sendiri. Kasih yang kau maksudkan bukan kasih yang murni, tapi bercampur dengan hasut fitnah, dengki khianat, berlapis dengan ketamakan! Kelak kau bakal terpuruk lebih dalam di jurang kehinaan!""Para kerabatku! Jangan biarkan kekasihku itu bicara terlalu banyak! Kalian tah
Ruhcinta mencium bau yang tidak enak. Dia segera maklum kalau bubuk merah yang dihamburkan dua lawan itu sangat berbahaya. Cepat gadis ini melompat menjauhi seraya teruskan serangannya tadi. Namun ketika Ruhjahilio dan Pajahilio sama-sama meniup, laksana topan, bubuk- bubuk merah di udara menderu kearah Ruhcinta, membungkus sosok gadis ini dari Kepala sampai ke pinggang! Terdengar satu pekikan halus. Lalu sosok Ruhcinta terhuyung limbung dan roboh!Sebelum gadis ini jatuh terbanting ke tanah, didahului sambaran sinar hitam berbentuk kipas disertai percikan-percikan bunga api, satu bayangan hitam berkelebat menyambar tubuh Ruhcinta."Pukulan Menebar Budi!" teriak Sepasang Jin Bercinta. Mendadak sontak wajah mereka menjadi pucat Sebelumnya mereka telah mengetahui sendiri kehebatan ilmu pukulan yang telah menggemparkan rimba persilatan Negeri Jin itu. Bahkan hampir celaka! Dua kakek ini terjungkir balik setengah mati selamatkan nyawa. Begitu turun ke tanah mereka berhadap