All Chapters of Istri Lima Belas Ribu: Chapter 441 - Chapter 450

608 Chapters

Bagian 18

Mereka saling diam. Mulut Iyan terasa berat untuk ia buka kembali. Tubuhnya pun ikut mematung. Terasa kaku untuk digerakkan. Seperti itulah gambaran seseorang yang menahan malu.“Rumi, ambilkan cepat!” Suara Aira terdengar berteriak dari luar.Mereka bermain di halaman sehingga suaranya terdengar dari ruang tamu.“Aku sudah lelah, Aira. Kamu saja yang ambil, ya? Gantian, aku yang jagain masak-masakannya. Kaki aku pegel," jawab Rumi terdengar kesal.“Kamu aja ah yang ambil. Udah cepet sana. Keburu mau dimasak daunnya,” teriak Aira keras.Iyan melihat ke luar dari sela kaca jendela yang retak.“Seperti itulah setiap harinya, Mas Iyan. Saya mau menasehati Aira tidak berani. Karena dia kelihatannya keras dan susah dibilangin. Saya merasa karena kami ini keluarga yang tidak mampu, keluarga miskin jadi ya menyuruh Rumi untuk selalu mengalah. Tapi, lama-lama saya kasihan sama anak saya. Mau menyuruh Aira pulang, tidak tega karena pulangnya jauh. Mas Iyan kalau ke sini juga langsung pergi se
Read more

Bagian 19

“Kenapa pintu rumah Rumi tertutup tadi, Ayah? Kenapa ibunya tidak keluar setelah aku panggil-panggil?” Aira bertanya pada sang ayah saat sudah sampai rumah.“Kamu nakal sama Rumi tadi?” tanya Iyan menginterogasi anaknya. Baru kali ini, Iyan merasa malu dengan ulah putri kesayangannya.“Aku tidak nakal sama Rumi, Ayah,” elak Aira.“Ayah dengar tadi kamu bentak dia.”“Aku sedang memasak, aku meminta Rumi untuk mengambilkan bahan-bahan. Dia tidak mau.”“Ibu Rumi sudah bilang sama Ayah. Kamu suka bentak-bentak Rumi. Ayah juga dengar sendiri tadi.”Aira menunduk.“Kamu sudah tidak boleh bermain ke sana lagi, kata ibu Rumi,” ujar Iyan memberi tahu.Aira terlihat sedih.“Tidak apa-apa. Besok-besok, Ayah akan mengajak kamu bermain ke rumah Tante Maya,” ucap Iyan lagi. Iya merasa tidak tega kalau harus memarahi Aira.***“Aira sepertinya sudah menjadi korban salah asuh,” ujar Maya saat Iyan datang berkunjung malam harinya. Ia menceritakan semua yang dialami Aira termasuk penolakan ibu Rumi.“
Read more

Bagian 20

Iyan lalu menceritakan sosok Nia dengan masa lalunya yang selalu mendapatkan perilaku tidak sama dengan yang Rani dapatkan dari keluarganya.Maya menjadi tertarik dengan masa lalu Iyan sebelum rani gila. Hal yang membuatnya penasarsan selama ini, kini diceritakan oleh Iyan tanpa ia meminta.Wanita berjilbab hijau toska itu sesekali mengernyitkan dahi. Karena di sanalah, ia menlihat keegoisan Iyan yang sebenarnya.Dari caranya menceritakan dan menyalahkan Nia, Maya menjadi sedikit paham, mengapa tetangga sekitar mengucilkan gadis kecil yang disebut Iyan sebagai kesayangan keluarganya itu. Ia juga mulai menghubungkan keadaan Rani dengan berbagai kemungkinan akibat dari masa lalunya dulu.“Sepertinya dari yang aku tahu, sosok Nia yang diceritakan Mas Iyan, dia yang menjadi korban, Mas. Kenapa Mas Iyan begitu membencinya?” tanya Maya setelah Iyan terdiam dari aktivitas menceritakan ssosok Nia.“Kata siapa dia yang jadi korban, May? Jelas aku dan Aira yang jadi korban. Karena Nia, aku jadi
Read more

Bagian 21

“May, kamu kok ngomongnya gitu, sih?” Iyan bertanya ketus.“Ya karena kamu ceitanya seperti itu, Mas. Jadi aku kesal. Kalau kamu cerita hal yang tidak bikin kesal, aku tidak akan kesal.”“Bicaramu berbelit seperti judul sinetron,” celetuk Iyan.“Yang diceritakan juga mirip banget sama sinetron. Ah, malahan bagus itu, Mas, kalau dibuat film. Kamu tokoh jahatnya,” sambung Maya.“May, kamu kok jadi berubah gitu sih? Aku pikir kamu wanita baik, wanita yang mengerti aku. Aku sempat nyaman karena mengenal kamu di saat aku merasa hidup seorang diri saja,” keluh Iyan lirih.Maya tidak segera menjawab. Wanita itu menyandarkan punggung ke kursi. Mengamati Iyan lamat-lamat. Ia begitu tertarik untuk mengetahui kisah dari keluarga unik itu. Namun, semakin mengetahui, hatinya semakin dibuat meradang.Maya memiliki karakter yang kuat. Sehingga ia mampu mengatasi sikap Iyan di saat emosinya ikut tersulut. Dirinya justru tertantang untuk membuat lelaki di hadapannya merasa sadar.“Mas, Nia sudah cerai
Read more

Bagian 22

Maya berkali-kali menelan saliva. Ia pikir, mantan mertuanya dulu adalah keluarga paling menyeramkan yang pernah ia temui. Nyatanya, ia kembali berjumpa dengan keluarga yang menurutnya aneh bin ajaib. Bedanya, bila dulu sesat karena musyrik. Yang ini sesat karena kelewat bodoh. Begitu yang Maya pikirkan.“Mas, terus, mas kamu yang jadi pegawai, sekarang dimana?” tanya maya menggali informasi. Karena sebenarnya, dia juga sudah bingung hendakmemberikan komentar apa.Iyan lalu menceritakan keadaan Agam saat ini. Tak lupa, ia menyalahkan sang kakak yang kini telah lupa pada Aira.“Terlalu ‘kan, May, masa dia tidak lagi ingat sama AIra. Darah daging dia, May. Sekarang kamu tahu ‘kan, bagaimana menderitanya anakku karena kehilangan kasih sayang dari sosok yang dulu selalu memperlakukannya bak ratu? Ya seperti itu, May. Sekarang, kami bingung. Keluarga sudah porak poranda. Katanya Mas Agam menyesal dengan perceraiannya dengan Nia. Ya kami juga menyesali keputusan Nia yang gegabah gitu. Harus
Read more

Bagian 23

Selepas kepergian Iyan, Maya tak langsung tidur. Bapaknya masih duduk terpekur melihat tayangan televisi.“Kamu sudah berteman dia sejak lama?” tanya bapak Maya ketika dirinya hendak masuk ke kamar. Ia urung. Memilih duduk di kursi yang ada di depan benda berlayar lebar itu.“Ya, selama aku jualan, Pak. Dia tukang parkir di pasar. Kenapa? Bapak keberatan? Kalau iya, aku akan menjauh,” jawab Maya.“Tidak. Bapak tidak pernah keberatan, kamu mau berteman dengan siapapun. Bapak percaya, kamu bisa mengatasi masalah apapun yang menimpa di hadapanmu. Dan Bapak sudah mendengar kamu berbicara dengan dia tadi,” ujar bapak Maya lalu berhenti sejenak. “Setiap manusia itu punya keburukan. Tapi, dia juga punya nilai kebaikan bila kamu menggalinya. Dari yang Bapak tahu dengan mendengarkan dia cerita sesekali waktu. Dia dan keluarganya memang unik dan antic. Tapi sepertinya, dia pria yang mampu menahan nafsu serta syahwatnya. Kalau dia tidak bisa menjaga itu, sudah dia buang barangkali, istrinya. Ata
Read more

Bagian 24

Tubuh lelaki itu hendak menghindar. Namun, tertahan oleh sebuah teriakan dari Maya yang memanggil namanya. Dengan terpaksa, Iyan berbelik lagi dan mengulurkan tangan meminta belanjaannya. “Aku traktir makan bakso, yuk,” ajak Maya pada Iyan. “Gak usah,” tolak Iyan dingin. Ia masih merasa tidak suka karena disalahkan pada malam itu. “Oh, gak mau, ya? Ya sudah, aku mau makan sendiri. Tadinya aku butuh teman. Gak papa, kalau Mas Iyan tidak mau,” ujar Maya santai. Ia lalu merapikan barang belanjaan yang ada di motor agak tidak jatuh. Setelahnya, berniat pergi. “Eh, mau makan dimana?” tanya Iyan saat tubuh Maya sudah berbalik. Wanita itu tersenyum lebar. ‘Lagaknya menolak,’ batinnya berujar. Mereka lalu menuju sebuah warung bakso yang terletak tidak jauh dari tempat parkir. Maya segera memesan dua mangkuk, tak lupa juga minumannya. “Minumlah,” ucap Maya mempersilakan saat minuman telah datang. “Terima kasih,” jawab Iyan dingin. ‘Ketus, dingin, juga masih mau diajak makan,’ batin May
Read more

Bagian 25

Iyan tidak langsung menjawab saran yang disampaikan oleh Maya. Hal yang selama ini menjadi pantangan dalam hidupnya adalah, meminta maaf. Terlebih pada Nia. Sosok yang bagi dia dianggap menjadi sumber dari penderitaan yang keluarganya alami.Maya hanya terdiam. Mengamati raut wajah di hadapannya yang mulai berubah murung. Wanita itu tahu, Iyan tipe orang yang susah untuk meminta maaf. Akan tetapi, dirinya telah berjanji pada sang bapak. Akan membantu Iyan untuk berubah.“Kamu mau terus-terusan seperti ini. Mas? Kamu tega membiarkan Aira hidup dikucilkan terus menerus? Dan kamu tahan, berada dalam situasi tidak punya keluarga tempat mengadu?” tanya Maya setelah lama saling diam.Lagi. Iyan hanya merespon pertanyaan Maya dengan sikap bisunya. Sejenak merasa menyesal, mengapa ia mau diajak makan bersama bila ujungnya adalah memintanya untuk minta maaf.“Hiduplah dengan damai, tanpa rasa dendam. Terlebih, dendam kamu itu kamu tujukan pada orang yang salah, Mas. Bila ternyata, mereka yang
Read more

Bagian 26

Sepeninggal Maya, Iyan menyandarkan tubuh ke dinding warung yang terbuat dari papan. Satu kaki ia tekuk ke atas untuk meletakkan siku. Berkali-kali tangannya menyugar rambut dan menjambaknya.***“Ayah, kapan kita mau main ke rumah Tante Maya?” tanya Aira saat sore hari duduk di teras rumah.“Kita tidak bisa ke sana lagi,” jawab Iyan sedeih.“Kenapa?” tanya Aira lagi.“Tante Maya sibuk. Kita gak boleh mengganggunya,” sahut Iyan.Kalau begitu, antarkan aku ke rumah Rumi, Ayah,” pinta Aira. “Aku ingin bermain. Aku Cuma punya sahabat Rumi seorang saja,” lanjutnya lagi.Iyan menatap lekat Aira dari samping. Anak itu menatap jalan depan rumah dengan tatapan kosong.“Aira, kenapa kalau main nakal sama Rumi? Ibu Rumi melarang Aira main ke sana karena Aira nakal. Coba, jelaskan sama Ayah!” Bingung karena ditekan Aira terus menerus untuk mengantar ke rumah Rumi, Iyan berkata agak keras.“Bukankah kata Ayah, aku selalu menjadi anak kesayangan? Aku tidak boleh dinakali dan katanya, dulu aku sela
Read more

Bagian 27

“Masuklah dulu,” ajak Maya.Mereka lalu duduk di kursi ruang tamu, seperti biasanya saat Iyan datang berkunjung.“Apa kamu bilang tadi, Mas?” Maya bertanya karena tidak yakin dengan apa yang barusan ia dengar.“Maukah kamu mengantar aku ke rumah Nia, untuk minta maaf? Aku tidak punya nyali untuk ke sana seorang diri, Maya. Entahlah, aku bener-bener tidak berani. Aku merasa, kamu orang yang tepat untuk mendampingi aku,” jawab Iyan lirih.“Apa tidak ada saudara atau anggota keluarga kamu yang lain yang bisa diajak ke sana, Mas?” tanya Maya. Wanita itu merasa ragu bila hendak mengiyakan permintaan Iyan.“Nia sepertinya membenci semua keluargaku, Maya. Kecuali Mas Agam, mungkin. Karena aku pernah mendengar kalau Nia datang ke pernikahan Mas Agam. Tapi, hubunganku dengan Mas Agam juga sudah tidak sebaik dulu. Pokoknya, intinya, aku hanya merasa nyaman bila datang ke sana bersamamu,” ujar Iyan berusaha meyakinkan Maya.Wanita itu terdiam. Tampak tengah berpikir.“Bagaimana, May? Apa kamu ma
Read more
PREV
1
...
4344454647
...
61
DMCA.com Protection Status