Semua Bab Istri Lima Belas Ribu: Bab 421 - Bab 430

608 Bab

Bagian 124

Mendengar mantan istri bercakap sedemikian mesra, Tohir menekuk wajah."Yang ditunggu orangnya. Bukan oleh-olehnya," ucap Anti lagi.Ia yang berada di ruang tengah tidak sadar, kau ayah Nadia tengah menguping."Eh, Mas. Kok belum pergi? Maaf, maksudnya, aku kira sudah menyusul Nadia." Selesai telepon, Anti yang kembali ke ruang tamu kaget, melihat pria yang dulu pernah menjalin mahligai rumah tangga bersama, masih tinggal di sana."Kamu bilang tadi aku suruh menunggu. Ya aku menunggu di sini," jawab Tohir."Iyakah aku bilang begitu?" Anti terlihat bingung."Iya.""Oh, iya, mungkin tadi aku tidak sadar. Tapi maaf, Mas Tohir menunggu di sini untuk apa, ya?" Anti bertanya bingung. Ia lalu duduk, mengambil kursi di hadapan pria yang hari itu terlihat klimis."Itu, anu, apa namanya, aku tadi pengin duduk aja karena capek berdiri." Jawaban dari Tohir membuat Anti semakin bingung."Eh, iya, di sepeda motor gak bisa duduk-kah?" Pertanyaan konyol meluncur begitu saja."Em, anu, capek kalau dud
Baca selengkapnya

Bagian 125

Anti menyambut kepulangan sang suami dengan wajah yang bahagia. Tiga hari adalah waktu yang sangat lama bagi sepasang pengantin itu."Kamu merindukanku?" tanya Agung saat sudah berada dalam kamar."Menurut anda?" tanya Anti balik."Sesekali jangan suka melempar tanya kalau ditanya. Jawablah dengan jawaban yang pasti!" gerutu Agung.Anti mendekati pria yang telah dah menjadi pendamping hidupnya itu. Ia menatap dengan tatapan penuh godaan. "Jangan bertanya sama aku tentang hal-hal seperti itu! Aku tidak suka menjawab sesuatu yang membuat aku malu setelahnya. Cukuplah, kamu melihat sorot mata aku. Maka jawabannya akan kamu temukan di sana," ucapnya seraya merapikan kerah kaus yang dipakai Agung.Tangan Anti langsung dipegang erat oleh suaminya itu. Hingga gerakannya terhenti."Lalu, dengan apa aku harus melihat kemesraan kamu sama aku?" tanya Agung seraya menatap satu wajah Anti yang sudah dirias sempurna."Aku berdandan, untuk siapa? Aku memakai daster seperti saat ini, apa itu tidak cu
Baca selengkapnya

ENDING

Tak ketinggalan, Erina pun hadir bersama Tohir. Akan tetapi, Anti yang sadar mantan suaminya masih memendam rasa terhadapnya, memilih irit bicara. Hanya Agung yang banyak bertanya jawab dengan ayah kandung Nadia itu. Anti belum menceritakan apapun tentang sikap Tohir. Ia sangat menjaga perasaan pria yang kini menjadi pendamping hidup. Baginya, cukup dirinya saja yang tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Pukul satu siang, tamu sudah pulang termasuk Tohir dan Erina. Hanya beberapa yang datang belakangan yang masih terlihat. Itupun tidak ada sepuluh orang. Acara memang digelar sedari pagi, untuk menghindari hujan yang bisanya turun selepas Zuhur. Namun, di tempat itu, masih berlalu lalang beberapa orang yang disewa untuk membantu mempersiapkan konsumsi. Sementara Nadia, ia meminta ijin untuk tidur karena lelah. Sepasang suami istri itu beristirahat untuk menunaikan sholat. Setelah itu, Anti dikagetkan dengan kedatangan tamu yang tidak ia undang. Salah tingkah, itu yang terlihat dari sik
Baca selengkapnya

SEASON 4

SEASON 4 Rintik hujan membasahi tanah yang semula kering. Bau yang khas menguar bagi siapapun insan yang menghirup udara. Tak terkecuali Aira. Gadis kecil yang kini telah berusia delapan tahun itu, kini berdiri di depan jendela. Sesekali, mata lentiknya menatap sesosok wanita yang tengah bermain di bawah derasnya air yang turun dari langit. Aira sesekali menyeka air mata yang jatuh ke pipi. Meski terlihat tegar saat menghadapi berbagai macam bulian, ia tetaplah seorang anak yang membutuhkan kasih sayang. Telah lama ditinggal kakek dan neneknya, dirinya hanya tinggal bersama Iyan yang setiap hari harus mencari uang demi kelangsungan hidup mereka bertiga, dan juga bersama Rani, sang ibu yang sudah kehilangan akal sehatnya. "Aira! Ayo, sini! Kita main bersama," ajak Rani pada anaknya. Ua lalu memutar-mutar badan layaknya orang yang tengah menari. "Ayo, Aira! Kita bermain bersama," ujarnya lagi. Seperti itulah Rani saat ini. Meskipun sudah mau menyapa Aira, tetap saja, ia masih menj
Baca selengkapnya

Season 4 bagian 2

"Cari pembantu? 'Kan Ayah butuhnya seorang istri bukan hanya pembantu saja, Aira," bujuk Nusri memberikan pengertian. "Itu berarti, Ayah akan memiliki istri dua, Mbah?" tanya Aira lagi. "Iya, lha Ibu kamu masih sakit seperti itu. Kasihan Kalau ayah kamu kalau tidak ada pendamping hidupnya." Aira terdiam. Ibunya telah lama gila. Ditambah kerasnya kehidupan yang ia jalani setelah itu, membuatn lupa, indahnya kebersamaan dengan sosok yang pernah melahirkannya itu. Ia hanya tahu, kalau Rani adalah istri Iyan, sekaligus wanita yang pernah mengandungnya. Bahkan, Aira lupa kasih sayang darinya itu seperti apa. "Terserah kalian, Mbah," jawab Aira singkat. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya, duduk menyendiri di teras rumah. Tatapan Aira menatap sekerumunan anak-anak yang tengah bermain. Bahkan, Aira juga lupa. Seperti apa rasanya bermain bersama kawan-kawan. Warga sekitar lingkungan rumahnya sudah terlanjur mengucilkan, sehingga ia terbiasa hidup dalam kesendirian. * "Bagaimana, Iya
Baca selengkapnya

Bagian 3

"Aira, kamu sedang melihat apa?" tanya Iyan pada putri kesayangan yang tengah menggoyangkan kakinya di teras. Tatapannya tertuju pada segerombolan anak yang tengah bermain petak umpet di halaman rumah tetangga yang berjarak dua puluh meter dari tempatnya duduk.Iyan bukan tanpa sebab bertanya demikian. Ia tahu, Aira tengah melihat apa. Namun, itu adalah kata pembuka untuk topik yang akan ia bahas."Kapan aku hidup seperti mereka, Ayah? Kenapa mereka menjauhi aku dan tidak mau berteman denganku? Apa karena aku anak orang gila?" Pertanyaan dari anak semata wayangnya membuat hati Iyan terasa dihantam palu.Agak lama dirinya terdiam. Sulit untuk mengatakan apa yang ada dalam hati, karena sebenarnya, ia pun sangat membenci warga sekitar yang mengucilkan anaknya sejak dulu."Mereka selalu bilang, dulu aku anak nakal. Dulu aku seperti tuan putri, apa benar, Ayah? Aku lupa semuanya. Yang aku ingat, Mbah pergi ke Jakarta meninggalkan aku dan aku harus mengurus hidupku sendiri. Kapan aku nakal,
Baca selengkapnya

Bagian 4

"Mbak, boleh minta nomer teleponnya?" tanya Iyan pada Maya suatu siang saat keduanya bertemu di tempat biasa."Buat apa, Mas?" tanya Maya bingung."Ya buat menjalin komunikasi. Buat curhat kalau kita butuh tempat curhat," jawab Iyan."Ok," jawab Maya tanpa keberatan.Keduanya semakin akrab setelah bertukar nomer telepon. Seringkali saling berkirim pesan hingga larut malam. Dan kedekatan mereka berdua memberikan sebuah warna baru bagi hidup Iyan yang terlanjur hampa.*"Rani, ayo, makan," ajak Iyan suatu siang."Makan? Iya harus makan. Kita harus makan supaya sehat dan kuat. Kuat untuk menari-nari dalam indahnya pagi. Ah iya, Mas aku harus makan. Biar sehat," jawab Rani asal seperti biasanya. "Aira! Ayo makan. Kita harus makan yang banyak agar gendut. Gendut dan sehat dan kuat. Hihihihihi," lanjut Rani lagi.Iyan menghela napas panjang. Dia lalu memilih meninggalkan sang istri yang masih berbicara tidak jelas.'Akankah seperti ini selamanya? Aku lelah, Rani. Lelah menunggu kamu sembuh
Baca selengkapnya

Bagian 5

Sejak perbincangan tempo hari di teras rumah Maya, Iyan semakin perhatian dengan wanita itu. Saat di pasar, ia selalu membawakan barang belanjaan dari dalam."Mas, maaf ya, merepotkan terus?" ujar Maya terlihat tidak enak."Gak papa, santai sajalah. Aku senang bisa bantu kamu. Semoga usaha kamu lancar, ya?""Iya, Mas. Amin ...," sahut Maya seraya mencangkupkan kedua tangan pada wajah. Tanda ia ikut berdo'a.Ada yang berbeda dari Iyan. Dulu, saat pergi ke pasar, ia selalu cuek dengan penampilan. Namun, tidak dengan saat ini. Lelaki itu selalu terlihat klimis dan memakai wewangian. Dan terlihat bersemangat meskipun ia sadar, Maya hanya ke pasar setiap tiga hari sekali. Dan jadwal itu, Iyan tahu.Ayah Aira juga jadi sering main ke rumah janda tanpa anak itu. Akan tetapi, obrolan yang ia ucap hanya sebatas masalah kehidupan sehari-hari saja. Belum berani mengutarakan apa yang ada dalam hati."Bagaimana kabar anak Mas Iyan?" Untuk pertama kalinya, Maya bertanya tentang kehidupan pribadi le
Baca selengkapnya

Bagian 6

yan seketika mengatupkan bibir rapat. Berat rasanya hendak. menjawab atau menimpali apa yang dikatakan Maya. Karena ia sadar, tidak pernah sama sekali mendekatkan diri pada Tuhannya.Mereka saling diam. Maya mengambil sebuah buku dan mencatat barang yang akan ia belanjakan esok hari."May," panggil Iyan. "Apakah kamu punya mata batin atau bisa menerawang?" tanyanya."Maksud Mas Iyan?" Maya menatap tidak tahu pada pria di hadapannya."Ya, kamu mirip paranormal gitu," jawab Iyan lirih."Astaghfirullahaladzim ... sama sekali aku tidak punya kemampuan untuk itu," ujar Maya tidak terima."Maaf, May. Aku hanya heran kenapa kamu bisa berbicara panjang lebar seperti itu." Iyan salah tingkah."Tidak. Itu hal yang umum. Siapapun tahu akan hal itu," jawabnya datar.Maya, sosok yang tegas, tapi tidak mudah marah. Ia perempuan yang cerdas dan bisa tenang meskipun keadaan tengah mengancamnya. Sehingga mendengar bahasa yang disampaikan oleh pria yang berprofesi sebagai tukang parkir itu, ia hanya me
Baca selengkapnya

Bagian 7

"Aku mau diajak kemana, Yah?" tanya Aira pada Iyan ketika siang hari dirinya mengajak sang anak pergi.Keduanya masih bersiap di halaman rumah."Kita mau main ke rumah teman Ayah," jawab Iyan terlihat senang."Temannya laki-laki atau perempuan?" tanya Aira menelisik."Perempuan. Kan Ayah mau carikan teman buat Aira," jawab Iyan."Apa itu calon Ibu buat aku?" tanya Aira lagi.Iyan yang tengah melipat has hujan menghentikan aktivitasnya. "Bukan. Ayah mencarikan teman buat Aira. Selama ini, Aira merasa sendiri bukan? Ayah akan mencarikan seseorang yang bisa Aira ajak mengobrol. Kita akan sering ke sana," jawab Iyan."Dia seumuran aku?" tanya gadis kecil cantik itu lagi."Enggak. Teman Aira nanti sudah besar. Sudah dewasa. Tapi, dia temab yang sangat baik. Aira akan senang kalau bertemu dengan dia,""Aku ingin teman yang seumuran aku, Ayah. Aku ingin bermain bersama. Bukan dengan orang dewasa yang hanya akan mengajakki berbicara seperti Mbah," ujar Aira jujur.Iyan mengakui, anaknya memi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4142434445
...
61
DMCA.com Protection Status