All Chapters of Dalam Genggaman Sang Raja: Chapter 141 - Chapter 150
239 Chapters
Bab 141 Kemenangan Kerajaan Kosmimazh
"Matilah, Kamu!" Lagi-lagi Roe berhasil membunuh pria berbaju hitam. Sang jenderal itu menggila, sekuat tenaga Roe berusaha menyelamatkan Myran. Sangat jauh dari harapan. Padahal, awalnya Myran berharap akan membantu Roe mengalahkan musuh-musuhnya. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Pangkal bahu Myran tersayat pedang. Pangeran itu nyaris terjatuh karena kejutan luka di bahu. Meski pegangan tangannya mulai bergetar, pangeran kedua tetap bersikeras untuk melanjutkan pertarungan. Ini untuk pertama kalinya Zeth menyaksikan Myran penuh semangat menantang kematian. Meski begitu, semangat saja tidak cukup untuk bertahan dari ganasnya pertempuran. Keahlian, kekuatan, dan kecepatan adalah segalanya. Itu adalah kecakapan yang harus dimiliki setiap prajurit layaknya sekor citah yang berlari, membunuh, dan makan dengan cepat. Karena itulah citah menjadi salah satu predator tercepat dan terkuat lagi disegani. "Ah!" Kali ini Myran mengerang karena salah satu sisi pahanya tersayat. Warn
Read more
Bab 142 Kematian Fayvel
"Alisya si bedebah!" Raja Nandri melemparkan cawan emas dari genggaman tangannya. Kabar mengenai penyerangan pulau Lionysozh datang terlambat. Pulau itu telah jatuh ke tangan kerajaan Kosmimazh. Bukan hanya raja, raut wajah semua orang dalam aula kerajaan berubah gelisah seketika. "Paduka Raja, tenangkan diri Anda!" ucap Ratu segera memeluk raja."Bagaimana aku bisa tenang? Jalang itu telah dua kali menggagalkan pernikahan aliansi! Sekarang ...." Tangan kanan raja meremas dada kirinya dengan erat."Bagaimana keadaan Myran?" tanya Rifian kepada pembawa pesan. "Maaf, Yang Mulai. Mengenai pangeran kedua, hamba tidak tahu pasti." Wajah pembawa pesan terlihat ragu-ragu."Adarian!" teriak raja dengan suara bergetar."Hamba di sini, Paduka Raja." Sang jenderal besar menghadap raja."Pimpin pasukan untuk kembali merebut pulau Lionysozh!""Siap, Paduka Raja!" Sang jenderal besar segera pergi ke luar aula kerajaan untuk menghimpun kekuatan. "Rifian, aku perintahkan kepadamu untuk menangkap
Read more
Bab 143 Pergi Dari Kota Kallizh
Alisya menghapus air mata yang terus mengalir meski tanpa diminta. Hidup tidak selamanya memberikan pilihan mudah. Ada kalanya sang putri tidak bisa terus berada di jalur abu-abu. Pada akhirnya putaran takdir akan mendorongnya untuk memilih hitam atau putih. Sebelum pergi, sang putri memotong rambut panjang Fayvel dan memasukkannya ke dalam sebuah tas seperti membungkus kenangan ma is sekaligus kelam. Di masa lalu, menyisir rambut panjang Fayvel adalah salah satu momentum paling romantis yang Alisya miliki. Meski begitu, sang putri berharap kematian Fayvel setidaknya bisa dijadikan tebusan untuk menyelamatkan nyawa Myran. Oleh karena itu, Alisya tidak mempunyai banyak waktu. Matahari sudah semakin memerah, hanya menunggu beberapa saat untuk benar-benar tenggelam ke peraduan. Dengan langkah seribu sang putri menuruni tangga menuju ke lantai dasar. Alisya beruntung karena suasana galeri sore itu sangat sepi. Tanpa ragu Alisya berjalan cepat menuju istal. Ada lima ekor kuda di dalam s
Read more
Bab 144 Sang kapten
"Alisya jangan menangis! Ayo berpikir!" Seumur hidup, ini kali pertama Alisya melihat paus dari jarak dekat. Suara hempasan air dan teriakan paus bersautan seperti musik sebuah pesta. Yah, gerombolan paus itu memang benar-benar berpesta. Merka terlihat makan dengan lahap, sedangkan Alisya terjebak rasa lapar dan ketakutan. "Dayung!" Berusaha tenang, sejurus kemudian Alisya meraih dayung. Tangannya mendayung untuk bisa segera pergi dari lingkaran pesta para paus. Akan tetapi, lagi-lagi perahunya goncang karena sundulan paus. Moncong seekor paus menyembul tepat di sebelah Alisya, seolah sengaja mengucapkan selamat makan. "Hah!" Alisya mengelap wajah yang tersiram air laut. "Sedikit lagi!" Kedua tangan Alisya kembali meraih dayung hingga akhirnya berhasil keluar dari lingkaran penuh gelembung yang dibuat para paus untuk menjebak ikan-ikan kecil sebelum dimangsa. Sebuah strategi berburu yang unik. Bagaikan berhasil melewati jembatan maut, untuk sesaat Alisya tersenyum lega seraya me
Read more
Bab 145 Sang Penyelamat
Mendorong pria berambut merah, Alisya menjerit ketakutan. "Tidak usah mengambil kesempatan dalam kesempitan!" Sang kapten bangkit kemudian terduduk. "Aku menyelamatkanmu. Jika tidak kamu sudah jatuh ke laut!" kilah sang kapten, dia memang benar. Alisya menghela napas panjang, wajahnya menengadah ke langit yang sepertinya enggan untuk meredakan hujan. Jeritan paus kembali terdengar, membuat jantung Alisya kembali berdebar. "Baiklah, sepertinya aku membuang-buang waktuku di sini." Sang kapten bangkit hendak meninggalkan Alisya."Tunggu!" lirih Alisya dengan suara menggigil. Kapten berambut merah menoleh memberikan isyarat kepada Alisya untuk naik di perahunya. Karena tidak mempunyai pilihan lain Alisya terpaksa mengikuti pria asing yang baru saja dia temui. Selama dalam perjalanan menuju ke kapal keduanya hanya saling diam. "Kapten!" teriak awak kapal khawatir menyambut kedatangan sang kapten."Kapten?" lirih Alisya, pria itu hanya menyeringai. Setelah sampai di atas kapal, para
Read more
Bab 146 Perjanjian Dengan Bajak Laut
"Tolong pikirkan baik-baik kapten, aku bersungguh-sungguh dalam meminta dan berjanji." Alisya masih berusaha membujuk kapten kapal. "Baiklah, tetapi aku tidak ingin terlibat dalam urusan kalian.""Tentu, Anda hanya perlu mengantarku sampai ke pelabuhan.""Setuju. Akan tetapi, persyaratan dariku adalah kamu harus bersedia menjadi bagian dari kapal ini."Alisya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan."Maksudnya?""Setelah kamu bertemu raja, kembalilah untuk berlayar bersamaku.""Itu tidak mungkin!""Kenapa? Kamu masih ingin mengemis cinta dari pria yang telah menceraikanmu?" ejek sang kapten."Aku ...""Pikiran baik-baik, Alisya. Asal kamu tahu saja, kamu sedang menumpang di kapal bajak laut."Alisya menelan ludahnya sendiri, "Bajak laut?""Benar." Senyuman di bibir kapten merekah."Kamu pasti tahu bagaimana sepak terjang pangeran kedua memerangi bajak laut layaknya membasmi hama. Mengantarmu ke pulau Lionysozh bukanlah pilihan yang mudah." Setelah keluar dari mulut singa, kini sang pu
Read more
Bab 147 Pesta
Sudah hampir satu pekan Alisya terkurung di dalam penjara bajak laut. Di dalam jeruji besi Alisya duduk memeluk kakinya yang terikat rantai. Meringkuk dalam penyesalan dan rasa takut, sang putri tidak lagi berteriak atau menggedor pintu. Alisya tahu, perbuatan itu akan sia-sia. Jujur saja, sang putri sangat takut berada di dalam penjara. Dalam kesendirian Alisya menangisi kematian Myran. Membayangkan kepala busuk Myran di atas tombak membuat sang putri merasa mual. Akan tetapi, rasa bersalah di hati Alisya membuatnya lebih mual terhadap diri sendiri. Yah, raja memang marah kepada Alisya. Akan tetapi, melimpahkan kemarahan kepada orang lain, itu yang tidak bisa Alisya terima. Saat itu sang putri tengah lupa bahwa dirinya terikat dengan pernikahan politik. Itu artinya setiap tindak-tanduknya akan berpengaruh bagi hubungan kedua kerajaan. "Aku sudah pernah mengatakan kepadamu, kematian bagimu terlalu mudah! Aku ingin kamu berakhir seperti seorang jalang!" ucapan pedas Dafandra kembali
Read more
Bab 148 Kapten, Tolong Aku!
Mendadak suasana di dalam sel Alisya terasa sempit. Napas beraromakan minuman keras terasa menyengat hidung. Tiga orang pria masuk ke dalam sel sang putri. Hanya ada seorang pria jangkung yang tampak ragu berada di luar sel. "Kawan, abaikan ocehan wanita itu! Kita bisa berada dalam masalah jika mengusik wanita kapten!" Meski sedikit mabuk, otak pria jangkung nampaknya masih dapat berfungsi. Raut wajah pria itu menjadi khawatir."Diamlah! Apa kamu tidak bergairah melihat kecantikannya? Kita telah mendapatkan banyak harta rampasan dan wanita hari ini. Apa salahnya kita sedikit bermain-main dengan wanita milik kapten," jawab pria bertato tengkorak, dibenarkan oleh kedua pria lain di dalam sel. Alisya menangkap obrolan awak kapal mabuk dengan seksama. Bagi awak kapal, Alisya adalah wanita milik kapten, berbeda dengan para gadis di sel sebelah. Alasannya sederhana, karena kapten mendapatkan Alisya dengan tangannya sendiri, hal itu menandakan kepemilikan pribadi, bukan bersama. Tangan kek
Read more
Bab149 Pria terbaik?
Sang kapten menyeringai dengan kedua tangan bertumpu di kedua sisi Alisya. "Nah ... begitu lebih baik. Aku sudah tidak sabar melihatmu menggeliat dan mendesah." Pandangan mata kapten menjadi semakin liar, berharap segera menumpahkan hasrat kepada wanita cantik di bawahnya. Saat kapten hendak mendekatkan bibir, tiba-tiba sang putri mendorong dada kapten dengan kencang. "Tapi jangan sekarang! Tubuhmu bau minuman keras!" ucap Alisya membuat kapten terkejut."Benarkah?" sang kapten menangkap napas dengan tangan, kemudian menciumnya."Apakah menurutmu ini buruk?" tanya kapan tanpa rasa bersalah."Ya, sangat buruk. Aroma itu membuatku ingin muntah!" Sang kapten terdiam dan mengatur napas. Padahal hasratnya sedang menggebu. "Kapten, bukankah kamu memintaku untuk menikah?""Ya.""Aku bersedia menikah denganmu, tetapi dengan syarat ....""Apa syaratnya?""Beri aku penangguhan waktu untuk menunggu apakah aku mengandung anak raja atau tidak." Sang kapten kembali terdiam, kedua tangannya ter
Read more
Bab 150 Lukisan Fayvel Menjadi Nyata
Bagi kapten Skorpiozh awal musim semi tahun ini adalah yang terbaik. Setelah melakukan upacara pernikahan di daratan, sebuah pesta sederhana digelar kapten di geladak kapal. Para awak kapal menyambut pernikahan kapten dengan bahagia. Dalam suasana yang seharusnya bahagia hati Alisya diliputi kegelisahan. Tiga bulan berlalu sejak perjanjian Alisya dan kapten. Dengan berbagai alasan sang putri berusaha mengundur pernikahan dengan kapten kapal, tetapi pada akhirnya pernikahan itu terjadi juga. Meski suasana hatinya buruk, Alisya tetap terlihat cantik dengan dandannya yang sederhana. Tanpa dekorasi meriah, para awak kapal menyambut bahagia pernikahan kapten. Tidak ada satu pun dari mereka menyangka akan melihat Kapten Skorpiozh mengikat janji setia kepada seorang wanita. "Ingin minum sesuatu?" tanya kapten mengejutkan Alisya. Tidak seperti biasanya, wajah kapten terlihat lebih cerah. Sang putri menggeleng pelan. Selera makannya seolah sirna ditelan bumi. Rasanya terlalu cepat bagi Alis
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
DMCA.com Protection Status