Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️ U. Dukungan kalian sangat berarti buat author Sunny 😍
Mendorong pria berambut merah, Alisya menjerit ketakutan. "Tidak usah mengambil kesempatan dalam kesempitan!" Sang kapten bangkit kemudian terduduk. "Aku menyelamatkanmu. Jika tidak kamu sudah jatuh ke laut!" kilah sang kapten, dia memang benar. Alisya menghela napas panjang, wajahnya menengadah ke langit yang sepertinya enggan untuk meredakan hujan. Jeritan paus kembali terdengar, membuat jantung Alisya kembali berdebar. "Baiklah, sepertinya aku membuang-buang waktuku di sini." Sang kapten bangkit hendak meninggalkan Alisya."Tunggu!" lirih Alisya dengan suara menggigil. Kapten berambut merah menoleh memberikan isyarat kepada Alisya untuk naik di perahunya. Karena tidak mempunyai pilihan lain Alisya terpaksa mengikuti pria asing yang baru saja dia temui. Selama dalam perjalanan menuju ke kapal keduanya hanya saling diam. "Kapten!" teriak awak kapal khawatir menyambut kedatangan sang kapten."Kapten?" lirih Alisya, pria itu hanya menyeringai. Setelah sampai di atas kapal, para
"Tolong pikirkan baik-baik kapten, aku bersungguh-sungguh dalam meminta dan berjanji." Alisya masih berusaha membujuk kapten kapal. "Baiklah, tetapi aku tidak ingin terlibat dalam urusan kalian.""Tentu, Anda hanya perlu mengantarku sampai ke pelabuhan.""Setuju. Akan tetapi, persyaratan dariku adalah kamu harus bersedia menjadi bagian dari kapal ini."Alisya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan."Maksudnya?""Setelah kamu bertemu raja, kembalilah untuk berlayar bersamaku.""Itu tidak mungkin!""Kenapa? Kamu masih ingin mengemis cinta dari pria yang telah menceraikanmu?" ejek sang kapten."Aku ...""Pikiran baik-baik, Alisya. Asal kamu tahu saja, kamu sedang menumpang di kapal bajak laut."Alisya menelan ludahnya sendiri, "Bajak laut?""Benar." Senyuman di bibir kapten merekah."Kamu pasti tahu bagaimana sepak terjang pangeran kedua memerangi bajak laut layaknya membasmi hama. Mengantarmu ke pulau Lionysozh bukanlah pilihan yang mudah." Setelah keluar dari mulut singa, kini sang pu
Sudah hampir satu pekan Alisya terkurung di dalam penjara bajak laut. Di dalam jeruji besi Alisya duduk memeluk kakinya yang terikat rantai. Meringkuk dalam penyesalan dan rasa takut, sang putri tidak lagi berteriak atau menggedor pintu. Alisya tahu, perbuatan itu akan sia-sia. Jujur saja, sang putri sangat takut berada di dalam penjara. Dalam kesendirian Alisya menangisi kematian Myran. Membayangkan kepala busuk Myran di atas tombak membuat sang putri merasa mual. Akan tetapi, rasa bersalah di hati Alisya membuatnya lebih mual terhadap diri sendiri. Yah, raja memang marah kepada Alisya. Akan tetapi, melimpahkan kemarahan kepada orang lain, itu yang tidak bisa Alisya terima. Saat itu sang putri tengah lupa bahwa dirinya terikat dengan pernikahan politik. Itu artinya setiap tindak-tanduknya akan berpengaruh bagi hubungan kedua kerajaan. "Aku sudah pernah mengatakan kepadamu, kematian bagimu terlalu mudah! Aku ingin kamu berakhir seperti seorang jalang!" ucapan pedas Dafandra kembali
Mendadak suasana di dalam sel Alisya terasa sempit. Napas beraromakan minuman keras terasa menyengat hidung. Tiga orang pria masuk ke dalam sel sang putri. Hanya ada seorang pria jangkung yang tampak ragu berada di luar sel. "Kawan, abaikan ocehan wanita itu! Kita bisa berada dalam masalah jika mengusik wanita kapten!" Meski sedikit mabuk, otak pria jangkung nampaknya masih dapat berfungsi. Raut wajah pria itu menjadi khawatir."Diamlah! Apa kamu tidak bergairah melihat kecantikannya? Kita telah mendapatkan banyak harta rampasan dan wanita hari ini. Apa salahnya kita sedikit bermain-main dengan wanita milik kapten," jawab pria bertato tengkorak, dibenarkan oleh kedua pria lain di dalam sel. Alisya menangkap obrolan awak kapal mabuk dengan seksama. Bagi awak kapal, Alisya adalah wanita milik kapten, berbeda dengan para gadis di sel sebelah. Alasannya sederhana, karena kapten mendapatkan Alisya dengan tangannya sendiri, hal itu menandakan kepemilikan pribadi, bukan bersama. Tangan kek
Sang kapten menyeringai dengan kedua tangan bertumpu di kedua sisi Alisya. "Nah ... begitu lebih baik. Aku sudah tidak sabar melihatmu menggeliat dan mendesah." Pandangan mata kapten menjadi semakin liar, berharap segera menumpahkan hasrat kepada wanita cantik di bawahnya. Saat kapten hendak mendekatkan bibir, tiba-tiba sang putri mendorong dada kapten dengan kencang. "Tapi jangan sekarang! Tubuhmu bau minuman keras!" ucap Alisya membuat kapten terkejut."Benarkah?" sang kapten menangkap napas dengan tangan, kemudian menciumnya."Apakah menurutmu ini buruk?" tanya kapan tanpa rasa bersalah."Ya, sangat buruk. Aroma itu membuatku ingin muntah!" Sang kapten terdiam dan mengatur napas. Padahal hasratnya sedang menggebu. "Kapten, bukankah kamu memintaku untuk menikah?""Ya.""Aku bersedia menikah denganmu, tetapi dengan syarat ....""Apa syaratnya?""Beri aku penangguhan waktu untuk menunggu apakah aku mengandung anak raja atau tidak." Sang kapten kembali terdiam, kedua tangannya ter
Bagi kapten Skorpiozh awal musim semi tahun ini adalah yang terbaik. Setelah melakukan upacara pernikahan di daratan, sebuah pesta sederhana digelar kapten di geladak kapal. Para awak kapal menyambut pernikahan kapten dengan bahagia. Dalam suasana yang seharusnya bahagia hati Alisya diliputi kegelisahan. Tiga bulan berlalu sejak perjanjian Alisya dan kapten. Dengan berbagai alasan sang putri berusaha mengundur pernikahan dengan kapten kapal, tetapi pada akhirnya pernikahan itu terjadi juga. Meski suasana hatinya buruk, Alisya tetap terlihat cantik dengan dandannya yang sederhana. Tanpa dekorasi meriah, para awak kapal menyambut bahagia pernikahan kapten. Tidak ada satu pun dari mereka menyangka akan melihat Kapten Skorpiozh mengikat janji setia kepada seorang wanita. "Ingin minum sesuatu?" tanya kapten mengejutkan Alisya. Tidak seperti biasanya, wajah kapten terlihat lebih cerah. Sang putri menggeleng pelan. Selera makannya seolah sirna ditelan bumi. Rasanya terlalu cepat bagi Alis
Pagi hari setelah malam pertama kapten dengan Alisya menjadi hari yang bersejarah. Segala sesuatu terlihat lebih indah di mata kapten. Akan tetapi, ada satu fakta mengejutkan yang kapten temukan setelah bercinta dengan putri dari Kerajaan Crysozh, yaitu tanda sihir di tengkuk sang putri. Meski begitu, Kapten Skorpiozh tidak buru-buru mengambil kesimpulan sebelum tahu lebih banyak mengenai wanita yang baru saja dinikahinya. Saat terbangun sang kapten tidak mendapati Alisya di dalam kamar. Kapten segera keluar kabin untuk mencari wanita yang semalam membakar gairahnya. Pandangan kapten menyapu dek, tetapi tidak menemukan siapa pun. Selanjutnya kapten menaiki tangga menuju lantai atas kabin, mata kapten menangkap rambut merah berkibar miliki sang putri. Kapten Skorpiozh sengaja berjalan tanpa suara, kemudian memeluk perut istrinya dari belakang. Serta-merta putri Raja Nandri terkejut. Namun, hangat pipi kapten membuat sang putri tidak bergerak lagi meski mimik wajahnya terlihat suram.
Ranjang pengantin baru yang hangat membuat Kapten Skorpiozh enggan melepaskan putri Raja Nandri. Memang bukan hal yang aneh bagi sepasang pengantin baru terbakar api asmara dalam hari-hari penuh gairah. Akan tetapi, hal ini justru menyelipkan rasa gundah gulana di hati sang putri. Bukan hanya soal rasa cinta, tetapi juga tentang masa depan pernikahannya. "Kapten ...." lirih Alisya yang berselimut tebal di samping suaminya. "Hem ...." Kesadaran Kapten hampir menghilang setelah bercinta. Pria itu menjawab dengan malas. "Pernahkah terpikir olehmu untuk kita membina keluarga di daratan?" "Tidak." Kapten menjawab dengan segera. Alisya menelan ludahnya sendiri. Sang putri tidak bisa membayangkan rumahtangga macam apa yang akan dia bangun di antara pria-pria liar, pemabuk, dan gemar membunuh. "Bagaimana jika aku mengandung?" "Tidak masalah." Sang kapten masih menjawab dengan santai. "Maksudku bagaimana jika kita mempunyai anak. Akankah kehidupan seperti ini akan terus kita jalani?" "