Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️ U. Dukungan kalian sangat berarti buat author Sunny 😍
Bagi kapten Skorpiozh awal musim semi tahun ini adalah yang terbaik. Setelah melakukan upacara pernikahan di daratan, sebuah pesta sederhana digelar kapten di geladak kapal. Para awak kapal menyambut pernikahan kapten dengan bahagia. Dalam suasana yang seharusnya bahagia hati Alisya diliputi kegelisahan. Tiga bulan berlalu sejak perjanjian Alisya dan kapten. Dengan berbagai alasan sang putri berusaha mengundur pernikahan dengan kapten kapal, tetapi pada akhirnya pernikahan itu terjadi juga. Meski suasana hatinya buruk, Alisya tetap terlihat cantik dengan dandannya yang sederhana. Tanpa dekorasi meriah, para awak kapal menyambut bahagia pernikahan kapten. Tidak ada satu pun dari mereka menyangka akan melihat Kapten Skorpiozh mengikat janji setia kepada seorang wanita. "Ingin minum sesuatu?" tanya kapten mengejutkan Alisya. Tidak seperti biasanya, wajah kapten terlihat lebih cerah. Sang putri menggeleng pelan. Selera makannya seolah sirna ditelan bumi. Rasanya terlalu cepat bagi Alis
Pagi hari setelah malam pertama kapten dengan Alisya menjadi hari yang bersejarah. Segala sesuatu terlihat lebih indah di mata kapten. Akan tetapi, ada satu fakta mengejutkan yang kapten temukan setelah bercinta dengan putri dari Kerajaan Crysozh, yaitu tanda sihir di tengkuk sang putri. Meski begitu, Kapten Skorpiozh tidak buru-buru mengambil kesimpulan sebelum tahu lebih banyak mengenai wanita yang baru saja dinikahinya. Saat terbangun sang kapten tidak mendapati Alisya di dalam kamar. Kapten segera keluar kabin untuk mencari wanita yang semalam membakar gairahnya. Pandangan kapten menyapu dek, tetapi tidak menemukan siapa pun. Selanjutnya kapten menaiki tangga menuju lantai atas kabin, mata kapten menangkap rambut merah berkibar miliki sang putri. Kapten Skorpiozh sengaja berjalan tanpa suara, kemudian memeluk perut istrinya dari belakang. Serta-merta putri Raja Nandri terkejut. Namun, hangat pipi kapten membuat sang putri tidak bergerak lagi meski mimik wajahnya terlihat suram.
Ranjang pengantin baru yang hangat membuat Kapten Skorpiozh enggan melepaskan putri Raja Nandri. Memang bukan hal yang aneh bagi sepasang pengantin baru terbakar api asmara dalam hari-hari penuh gairah. Akan tetapi, hal ini justru menyelipkan rasa gundah gulana di hati sang putri. Bukan hanya soal rasa cinta, tetapi juga tentang masa depan pernikahannya. "Kapten ...." lirih Alisya yang berselimut tebal di samping suaminya. "Hem ...." Kesadaran Kapten hampir menghilang setelah bercinta. Pria itu menjawab dengan malas. "Pernahkah terpikir olehmu untuk kita membina keluarga di daratan?" "Tidak." Kapten menjawab dengan segera. Alisya menelan ludahnya sendiri. Sang putri tidak bisa membayangkan rumahtangga macam apa yang akan dia bangun di antara pria-pria liar, pemabuk, dan gemar membunuh. "Bagaimana jika aku mengandung?" "Tidak masalah." Sang kapten masih menjawab dengan santai. "Maksudku bagaimana jika kita mempunyai anak. Akankah kehidupan seperti ini akan terus kita jalani?" "
"Kapten, sekarang kita berada di mana?" tanya Alisya penasaran. "Barat daya kerajaan Samargdyzh." Kapten berdiri di depan hamparan peta. Di samping pria nomor satu di kapal Skorpiozh berdiri juga Roni, selaku tangan kanan Kapten dan tiga orang awak kapal lain."Apakah kita akan menuju ke daratan?" tanya Alisya lagi."Kamu bosan di atas kapal?"Sedikit." Kedua bahu Alisya terangkat bersamaan. Kapten tidak menjawab kemudian kembali melihat ke arah peta. Kurang lebih satu bulan lamanya kapal Skorpiozh tidak melabuh di pulau mana pun. Persediaan makanan dan lain-lain sepertinya juga sudah menipis. "Pulau terdekat saat ini adalah pulau Akrizh." Roni menuding sebuah pulau kecil di perbatasan timur laut kerajaan Kosmimazh."Akankah kita ke sana, Kapten?" tanya Roni."Tidak!" Ekspresi wajah kapten berubah masam seketika."Kenapa tidak mampir ke sana?" Alisya bertanya penasaran. Tanpa diduga kapten seperti sengaja mengabaikan pertanyaan Alisya. Menarik! Ada sesuatu yang disembunyikan kapten
Seorang bocah lelaki berlari menuju pantai. Sinar emas matahari senja menyinari kulit cokelat terang bocah berambut merah. Dengan berurai air mata bocah lelaki itu menerjang ombak. "Ibu!" teriakan bocah terdengar emosional dan pilu. Berkali-kali bocah berambut merah menyebut nama ibu hingga bahunya terguncang. Yah, hari ini nenek bocah lelaki meninggal dunia. Wanita tua itu adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki lantaran ibunya pergi untuk menikah dengan seorang pegawai kerajan. Bocah kecil berwajah putus asa terus berada di pantai hingga matahari terbenam. Seseorang mengejutkannya. Tampak seorang pria dewasa berbadan gempal, berambut hitam menyentuh dada, di kedua sisi wajah pria itu terdapat rambut berkepang kecil-kecil. Mata hitam pria itu umpama mata seekor beruang bengis. "Apa yang kamu lakukan, Nak? Hari sudah malam." Suara lembut pria bermata hitam membuat bocah tertegun."Siapa kamu? Aku tidak punya apa pun untuk kuberikan kepadamu!" ucap bocah kecil kasar. Penampilan
"Kapten, pulau Akrizh!" pekik Roni. Efatta bergegas menyaut teropong di tangan pria bermabut pirang. Cukup lama Efatta mengintip di balik lensa teropong. "Apakah Kapten yakin akan ke sana?" bisik Roni. Mata pria itu sesaat sempat melirik ke arah Alisya."Tentu saja. Kenapa tidak?" jawab kapten santai. Alisya yang sedari beberapa hari lalu mengamati Efatta merasa semakin penasaran. Ada hal menarik apa yang tersembunyi di pulau Akrizh hingga Efatta harus menyembunyikan sesuatu dari Alisya. Sesampainya di dermaga, mata Alisya segera mengamati skitar pelabuhan dengan seksama. Sejauh mata memandang tidak ditemukan hal aneh di pelabuhan pulau Akrizh. Sangat biasa dan nyaris tidak ada yang sepesial. Karena bersemangat Alisya berjalan dengan lebih cepat dari biasanya. Bahkan, sang putri berjalan di sisi kapten, meski keduanya tidak bergandengan tangan. Hal itu Alisaya lakukan agar dapat dengan mudah mengamati setiap gerakan wajah sang kapten. "Efatta!" nyaring teriakan seorang gadis meng
"Alisya, kamu melamun," tegur Efatta. Memandang kapten dengan raut wajah terkejut, Alisya melanjutkan pekerjaannya mengepang rambut pria berambut merah. Akhir-akhir ini pikiran Alisya terus dibayangi gadis cantik berabut hitam. Hitam matanya seperti mengintai. Firasat sang putri mengatakan dia bukan gadis biasa. 'Siapa dia sebenarnya? Apakah hubungan mereka sebelumnya sangat spesial?' Meski begitu, sebenarnya sang putri cukup jengkel dengan dirinya sendiri karena malu untuk mengakui kecemburuannya. "Apa yang menggangu pikiranmu?" selidik Kapten."Tidak ada.""Benarkah?""Benar, Kapten.""Kalau begitu, kenapa saat di pulau Akrizh tiba-tiba kamu ingin kembali ke kapal. Bukankah kamu yang sangat berhasrat untuk melihat daratan?" sindir Kapten."Aku tidak enak badan.""Kamu tidak bisa membohongiku, Alisya! Kamu pasti cemburu!" Sebuah seringai merekah di bibir kapten."Aku tidak cemburu!""Bagaimana jika aku benar-benar berciuman dengan gadis itu di depanmu? Apa yang akan kamu lakukan?"
"Pergi dari sini! Aku akan membunuh kalian jika berani melangkah lagi!" ancam Alisya dengan suara bergetar. Bukannya merasa takut. Ancaman Alisya justru membuat ketiga awak kapal pengangkut budak semakin bersemangat untuk mengganggu sang putri. "Jalang kecil ini berani juga!" sinis pria bermata satu."Aku penasaran, apa yang akan kapten kapal ini lakukan jika kita bermain-main sebentar dengan mainannya?" lanjut pria bermata satu."Benar, aku juga penasaran!" saut pria dengan perut buncit. 'Ayo Alisya, berpikir! Ingat, belati beracun di tanganmu bisa membunuh hanya dengan sebuah goresan!' Suara kecil di dalam kepala sang putri membisikan mantra, membuat kepercayan diri sang putri kembali meningkat. "Tunggu dulu! Sepertinya aku mengenal wajah ini?" cegah pria berambut pirang membuat pria berperut buncit dan bermata satu menoleh bersamaan."Apa kamu mengenalnya?" selidik pria bermata satu."Tidak. Tetapi aku pernah melihat wajahnya menjadi buronan di kerajaan Crysozh." Sebuah seringa