All Chapters of Dalam Genggaman Sang Raja: Chapter 161 - Chapter 170
239 Chapters
Bab 161 Sayembara Bajak Laut
"Akhirnya Paduka Raja datang menemuinya," ujar Belen ketika berdiri sejajar di samping Raja. Sebuah buket bunga diletakan Belen di sisi bunga pemberian raja. Kedua buket itu di dominasi bunga mawar merah, bunga favorit Maulvi. Belen merasa lega saat menyadari raja masih ingat bunga favorit Maulvi. "Aku turut menyesal atas kematian Maulvi yang tragis." Keduanya saling membisu cukup lama, hanyut dalam lamunan masing-masing. Pandangan raja jatuh ke tanah seolah menembus kubur Maulvi. Bibirnya terlihat melengkung ke bawah dan beraut muka sedih. "Semuanya sudah berlalu, Yang Mulia. Aku telah memaafkanmu. Aku harap Maulvi melakukan hal yang sama." Tidak disangka, Belen dengan tulus Memaafkan Raja. Sepertinya putra jenderal besar menyadari, raja tidak pernah berniat untuk menyakiti Maulvi. Lagi pula, bukankah Belen telah banyak membantu raja dalam peperangan merebut pulau Lionysozh? Totalitasnya membantu raja dalam strategi perang seharusnya itu cukup jadi bukti jika Belen telah memaafka
Read more
Bab 162 Menyembunyikan Kehamilan
"Kamu bilang akan mengajakku ke markas bajak laut, Kapten?" Mata Alisya menatap lautan luas di tengah terik matahari. "Sepertinya kamu sangat tertarik dengan markas bajak laut." Kapten yang berdiri di sisi Alisya menjawab tanpa menoleh. "Aku hanya penasaran." "Apa yang membuatmu penasaran? Di sana hanya ada pria-pria kasar, pemabuk, suka berjudi, dan bermain wanita. Apa kamu tidak takut?" ucap Efatta dengan santai. "Asal ada kamu di sisiku, aku tidak takut." Alisya menoleh ke arah Efatta, menyaksikan garis wajah pria di sisinya. Dari mata, hidung, pipi dan rahangnya, pria itu terlihat seksi ketika diterpa sinar matahari yang hangat. Rasanya begitu gila, seperti terbang ke atas langit kemudian dihempaskan hingga jatuh ke inti bumi. Dalam sekejap hidup Alisya telah berubah sejak bertemu dengan Efatta. Dari seorang ratu berubah menjadi istri bajak laut kejam. Tiba-tiba Efatta membalikkan wajah, menyadari Alisya tengah menikmati lekuk wajahnya. Sebuah seringai merekah di bibir pria
Read more
Bab 163 Pulau Lanunzah
Bab 163 Pulau Lanunzah Mata sang putri terbuka perlahan saat cahaya pagi menyeruak dari jendela kabin. Setelah merenggangkan tubuh, pandangan putri menatap Kapten yang tidur di sampingnya. Sisa-sisa hangatnya malam bersama kapten seolah masih menempel di sekujur tubuh sang putri. Tanpa membangunkan kapten, Alisya berjalan menuju ke daun pintu. Sebelum keluar, tangan putri memungut teropong Efatta yang terjatuh di lantai. Sekilas ingatannya menampilkan sosok lelaki berambut merah yang semalam melemparkan pakaian sembarangan. Mungkin saat itu tanpa sengaja teropongnya menggelinding atau terlempar. Seperti yang Alisya duga, suasana di atas geladak sangat sepi. Beberapa bajak laut tampak bergelimpangan karena semalam mabuk berat. Dari atas kabin sang putri mencoba menggunakan teropong Efatta. Sebenarnya ini kali pertama Alisya terpikir menggunakan benda yang selalu ada di saku suaminya. Setelah beberapa saat memfokuskan pandangan, alis mata Alisya bertaut. Dari kejauhan tampak bayangan
Read more
Bab 164 Sambutan Di Lobi Penginapan
Seolah tidak perduli dengan keberadaan awak kapal dan para pelayan di lobi, gadis berambut hitam masih saja memeluk erat Efatta. Samapai sang kapten berucap, "Nania ...." Ucapan kapten terdengar ramah. Akan tetapi, gadis bermata hitam itu segera melepaskan pelukannya dengan wajah cemberut. "Kapten! Kenapa kamu selalu salah menyebut namaku? Aku Rania ..." keluh gadis bermata hitam. "Maaf, ada banyak gadis yang pernah menyambutku di tempat ini." Efatta sedikit tertawa. Serta-merta tawa itu meredupkan hasrat Alisya untuk berada lebih lama di dalam penginapan. "Kakak!" Sapa Alisya dengan kedua tangan terlipat di dada. Rasa cemburu segera memenuhi hati sang putri. "Apa aku sudah bisa mendapatkan kamarku untuk beristirahat?" tanya Alisya dengan raut wajah kesal. Dia berharap Efatta segera pergi ke kamar bersamanya. "Antar tuan ini ke kamarnya!" perintah gadis berambut hitam kepada pelayan di sekitar lobi. Masih dengan raut muka ditekuk, Alisya mengikuti langkah gadis pelayan berkepang
Read more
Bab 165 Perkelahian Di Penginapan
"Jangan coba-coba menguji kesabaranku! Kenapa kamu ingin membunuhku?" Mata Efatta dan gadis bertusuk konde bunga daisy beradu pandang. "Lucu sekali ...." terdengar tawa dari gadis yang dicengkeram sebelah bahunya oleh kapten. "Ada banyak alasan seseorang ingin membunuhmu, Kapten. Kenapa tiba-tiba kamu bertindak seolah tidak mempunyai musuh?" Kedua alis gadis bertusuk konde bunga daisy terangkat bersamaan. "Jangan buang waktuku. Cepat katakan apa maumu!" Efatta mengetatkan rahang seraya tidak sabar ingin melumat gadis di depannya. "Apa kamu melupakan ini, Kapten?" Gadis bertusuk konde bunga daisy menarik ke bawah kerah gaun di sebelah kiri. Tampak sebuah bekas luka di atas permukaan kulit seputih susu. "Aku mendapatkan ini darimu lima tahun lalu. Apa kamu ingat?" Raut wajah gadis bertusuk konde bunga daisy berubah masam. Kedua tangannya mengepal erat. Sekilas Efatta mengernyitkan alis. "Aku tidak ingat," kata kapten tiba-tiba. "Katakan saja apa maumu!" Lanjut kapten. "Benar-ben
Read more
Bab166 Lari Dari Penginapan
"Mau lari ke mana lagi? Kalian tidak akan bisa kabur!" kata pria bertelanjang dada dari belakang Alisya. Di belakang sang putri terdapat tiga orang pria yang siap menangkapnya. Kedua musuh seperti berkomunikasi melalui pandangan. Serta-merta kedua kubu menyerang bersamaan. Sementara Roni menghadapi kelima orang di depan, Alisya berusaha mengumpulkan seluruh keberaniannya. Dengan wajah pucat sang putri menghunuskan pisau lipat beracun andalannya. Saat seorang pria mengayunkan pedang, untungnya sang putri merunduk tepat waktu. Serangan selanjutnya membuat punggung Alisya terbentur pagar tangga. Selanjutnya pria bertelanjang dada kembali menebaskan pedang, tetapi lagi-lagi sang putri menghindar tepat waktu. Sialnya, pria berambut keriting segera menangkap lengan Alisya. Spontan Alisya mengayunkan belatinya hingga mengenai tangan pria berambut keriting. 'Beristirahlah dengan tenang!' Tidak lama kemudian pria berambut keriting terjatuh, tidak bernyawa. Menyadari temanya telah mati kare
Read more
Halo Pembaca
Hai, pembaca novel DALAM GENGGAMAN SANG RAJA! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Allah di mana pun berada. Terima kasih telah mengikuti kisah Alisya sampai sejauh ini πŸ˜€ Bagaimana kesan teman-teman mengenai kisah ini, bisa ditulis di kolom review ya 😁 Menurut teman-teman, siap nih yang lebih cocok menjadi pasangan Alisya? Kalau bisa sebutkan alasannya ya A. Raja Dafandra B. Kapten Efatta C. Keduanya tidak cocok Terima kasih banyak telah memberikan dukungan kepada kisah ini dengan memberikan review, vote atau gem, dan membagikan kepada teman-teman. 😁 Dukungan kalian sangat berarti bagi author. Terus pantau ya kelanjutan kisah DALAM GENGGAMAN SANG RAJA hanya di GOODNOVEL.
Read more
Bab 167 Jangan Sentuh Dia!
Setelah meundur beberapa langkah, Roni berlari dan melompat dengan menjadikan pagar sebagai tumpuan kaki. Untuk sesaat Alisya dan Roni melayang di udara. Kemudian dengan cantik, Roni berhasil menapakkan kaki di atap lantai dua sebuah bangunan sebelah penginapan. Saat Roni berlari di atas atap, tiba-tiba rasa tidak enak hati menyergap sang putri. "Maaf, Roni jika aku terlalu berat," ucap sang putri penuh sesal. "Tidak, Putri! Sama sekali tidak! Malahan sebenarnya Putri menjadi lebih kurus dari pada saat pertama kali kapten menemukan putri di lautan." Roni menjawab dengan tetap berlari dan melompati atap-atap bangunan terbuat dari kayu. 'Ternyata aku lebih kurus ....' Tidak seperti lazimnya para wanita yang bahagia dengan tubuh yang ramping, Alisaya justru merasa resah. Alasan utama keresahan Alisya tentu saja karena saat ini sang putri tengah mengandung. Sebagai seorang dokter, putri Raja Nandri tentu mengkhawatirkan kandungnya. Terlebih, aktifitas ekstrim yang putri jalani baru-bar
Read more
Bab168 Mata dibalas Mata
Meringis menahan sakit, seorang pria dengan sebelah mata buta meremas dagu Alisya. Pandangan sang putri menerobos mata hitam pria asing yang baru saja dia temui. "Kulitmu sangat halus ...." seringai pria asing melebar di bibirnya yang berwarna hitam, matanya mengamati kain hitan yang menutup sebelah mata sang putri. Setelah dikurung selama satu malam dalam ruangan gelap, akhirnya ada orang yang datang menemui Alisya. Sayangnya, orang itu bukan orang yang Alisya harapkan. Seorang pria berambut hitam menarik kasar kain penutup mata sang putri. Kedua mata hijau Alisya yang jernih dapat dengan jelas memantulkan wajah pria asing berkulit cokelat terang. "Cantik juga ...." Pria asing mengangguk-angguk begitu menyadari salah satu mata sang putri ternyata tidak buta. Merogoh saku celana, pria asing membuka sebuah lipatan kertas. Kertas itu menampilkan sebuah pengumuman dari kerajaan Kosmimazh untuk memburu seorang wanita raja disertai sebuah gambar wanita berambut merah. Bolak-balik mata p
Read more
Bab 169 Jangan sentuh Aku!
Seolah aliran darah Alisya membeku. Seekor tikus di perpustakaan Kastil Nikiyzh saja mampu membuat Alisya ketakutan setengah mati. Apalagi belasan tikus berwarna kelabu. Suara cicit dan langkah kaki tikus yang gaduh di dalam sangkar semakin membuat bulu-bulu Alisya meremang. Menoleh ke arah gadis pelayan, Kapten Licas memberikan isyarat dengan gerakan wajah. Gadis pelayan segera mematuhi perintah kapten. "Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Alisya ketika melihat gadis pelayan membawa karung biji-bijian. Tanpa menjawab pertanyaan Alisya, gadis pelayan membuka karung itu dan memuntahkan isinya di atas kepala sang putri. Biji-bijian segera tersebar di sekitar tubuh sang putri. Beberapa juga ada diantara paha, bahkan masuk ke dalam baju sang putri. "Apa kalian gila?" umpat Alisya kesal. Menoleh ke arah kumpulan tikus yang semakin gaduh karena mencium aroma biji-bijian, Alisya segera dapat mengerti apa yang akan Kapten Licas lakukan dengan tikus-tikus itu. "Ti ... Tidak, Kapten! Jang
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
24
DMCA.com Protection Status