Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️ U. Dukungan kalian sangat berarti buat author Sunny 😍
Seolah aliran darah Alisya membeku. Seekor tikus di perpustakaan Kastil Nikiyzh saja mampu membuat Alisya ketakutan setengah mati. Apalagi belasan tikus berwarna kelabu. Suara cicit dan langkah kaki tikus yang gaduh di dalam sangkar semakin membuat bulu-bulu Alisya meremang. Menoleh ke arah gadis pelayan, Kapten Licas memberikan isyarat dengan gerakan wajah. Gadis pelayan segera mematuhi perintah kapten. "Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Alisya ketika melihat gadis pelayan membawa karung biji-bijian. Tanpa menjawab pertanyaan Alisya, gadis pelayan membuka karung itu dan memuntahkan isinya di atas kepala sang putri. Biji-bijian segera tersebar di sekitar tubuh sang putri. Beberapa juga ada diantara paha, bahkan masuk ke dalam baju sang putri. "Apa kalian gila?" umpat Alisya kesal. Menoleh ke arah kumpulan tikus yang semakin gaduh karena mencium aroma biji-bijian, Alisya segera dapat mengerti apa yang akan Kapten Licas lakukan dengan tikus-tikus itu. "Ti ... Tidak, Kapten! Jang
"Arrggggghhhh!" Jeritan Alisya melengking bagaikan lolongan serigala di malam bulan purnama. Spontan jeritan itu mengalihkan perhatian Efatta pada wanita yang masih terikat di kursi. Mata Efatta menangkap gerak dari balik baju sang putri. Wajah Alisya telah semakin pucat dengan bibir mengering. 'Sial! Tikusnya masuk ke dalam baju Alisya!' Efatta kembali mengayunkan pedang ke kaki Kapten Licas. Refleks sang kapten melompat, selanjutnya mengayunkan pedang ke arah Efatta yang berada di bawahnya. Untungnya Efatta menangkis tepat waktu. Malahan kaki Efatta berhasil menjegal kaki pria bermata satu hingga terjatuh. Saat Kapten Licas terjatuh Efatta segera melanjutkan serangan. Berguling mengindari serangan, Kapten Licas berhasil bangkit. Saat Kapten Licas baru saja mengumpulkan tenaga, tendangan Efatta segera menghantam jantung kapten berambut hitam. Terkejut dan menahan sakit, Kapten Licas kehilangan sedikit keseimbangan. Tidak ingin menyiakan kesempatan, Efatta menyabet pedang Kapten L
"Aku hanya seorang dokter, tidak bisa menentukan hidup dan mati seseorang. Aku telah memberinya obat penetral racun. Juga menangani masalah keguguran janin yang dikandungnya. Sekarang dia sedang beristirahat, kamu boleh menungguinya." Tuan Harry memandang Efatta dengan tatapan aneh. "Baik dokter, terima kasih." Akhirnya Efatta bisa bernapas dengan lebih lega. Efatta menoleh ke arah anak buahnya dan berkata, "kalian boleh pergi. Untuk beberapa saat aku akan tinggal di sini bersama Alisya." "Baik, Kapten. Semoga Putri segera kembali pulih," ujar awak kapal berambut keriting kemudian meninggalkan rumah dokter tua bersama awak kapal yang lain. "Ngomong-ngomong, kenapa wanita itu bisa digigit tikus beracun? Hewan itu tidak akan berenang dari negeri Samargdizh ke tempat ini, Kan?" tanya dokter tua tiba-tiba. Tangan mengepal erat, ingatan Efatta memunculkan sosok gadis berambut hitam dengan bibir berwarna semerah darah. "Efatta ... apa maksud dari perkataanmu? Bukankah kita telah ...."
"Apakah kamu yakin sudah lebih baik?" tanya Efatta kepada Alisya yang berdiri di dermaga pulau Lanunzah. Sang putri hanya mengangguk pelan. Sejak kehilangan bayi Alisya nyaris tidak berkata-kata. Efata hanya bisa maklum, suasana hati sang putri pasti masih buruk. Senja itu Efatta memutuskan akan kembali mengembangkan layar setelah kurang lebih satu pekan berada di pulau Lanunzah, markas para bajak laut. Wajah putih Alisya tertimpa cahaya jingga mentari yang nyaris tenggelam. rambut merah sang putri terurai dengan gaun ungu muda dan mantel dengan warna senada. Meski tidak tersenyum, kecantikan Alisya masih bersinar bak bulan purnama. Perlahan Efatta menuntun Alisya menuju ke kapal Skorpiozh yang telah siap menunggu untuk berpetualang. Ingatan Efatta menampilkan kilatan adegan pertemuannya dengan Kapten Agenor, Raja bajak laut Hiu Putih. Aganor adalah salah satu dari bajak laut terkuat bukan hanya di Benua Barat, tetapi di bumi. Jumlah keseluruhan armada yang berlayar di bawah bender
Setelah pertengkaran antara Alisya dan Efatta, keduanya hanya saling diam. Efatta yang biasanya tidak pernah menjauh dari ranjang sang putri lebih banyak menghabiskan waktu di atas kabin. Lagi pula, Alisya sedang mengalami pendarahan pasca keguguran. Sehingga, dia tidak bisa memberi Efatta kesenangan seksual seperti yang pria itu harapkan. Tidak ada pembajakan, tidak ada pesta. Lebih dari dua pekan kapal Skorpiozh mengapung di lautan. Jumlah awak kapal yang sedikit membuat Efatta berencana merekrut orang-orang baru untuk berlayar bersamanya. Tidak masalah! Dalam karir pertamanya di lautan, bahkan Efatta memulai dengan hanya enam orang awak kapal. Untuk mendapatkan anak buah kapal yang baru, Efatta harus mengunjungi sebuah pulau. Meski begitu, tetap saja tidak mudah merekrut orang untuk menjadi seorang kriminal yang diburu kerajaan. "Kapten, di depan ada sebuah pulau! Mungkin kita bisa ke sana!" teriak bajak laut keriting dari atas pengintai di tiang utama kapal. Efatta mengarahka
Benar saja, sekumpulan pria tampak berlari membawa obor di dermaga. Tidak lama kemudian kobaran api melahap kapal kebanggaan Efatta dan seluruh awak kapalnya. Bunga api tampak berterbangan dari kejauhan seperti memercikkan ingatan di masa lalu. Sang kapten yang saat itu terjerembab di tanah segera bangkit. Kedua mata biru Effata seolah menjadi lautan api. Dengan gerakan brutal, pria berambut merah memberikan serangan balasan. Begitu juga dengan awak kapal yang masih bertahan hidup. Sayangnya, karena kalah jumlah, dengan mudah awak kapal Efatta dihabisi seperti memukul nyamuk dalam satu kali tepukan. "Efatta!" teriak Alisya pecah ketika melihat tubuh lelaki berambut merah tumbang. Tangis sang putri seolah membelah langit seraya meronta. "Kamu sedih melihatnya begitu? Harusnya kamu menurut, sehingga lelaki itu tidak harus menanggung beban karena kegilaanmu!" ucap wanita berambut hitam dengan tatapan sinis. Sejurus kemudian tangan putih wanita berambut hitam membuat gerakan menyapu di
"Arrggghh ..." desis Efatta. Setelah sekian lama tidak sadarkan diri, Efatta menyadari kedua tangan dan kakinya dirantai. Mata kapten menyapu ruangan yang tampak nyaman dengan sebuah ranjang, meja, bufet, dan permadani. Akan tetapi, kenapa Efatta terikat dengan posisi berdiri dan kedua tangan terangkat ke atas? Rasanya sangat tidak nyaman. Apalagi terdapat luka di beberapa bagian tubuh sang kapten. Memejamkan mata dan merasakan perih di bagian tubuh yang dibungkus perban, Efatta mengingat kejadian terakhir yang menimpanya. Yah, sebuh pertarungan terjadi sesaat setelah sang kapten mendengar jeritan Alisya. Kenapa wanita itu tidak ada di kapal? Efatta menghela napas panjang. Ingatannya membawa memori yang lebih lama ketika dirinya menyusul anak buah kapal menuju ke pantai untuk merekrut anggota baru. Biasanya mereka akan menuju ke sebuah kedai minuman di mana banyak orang berkumpul untuk minum atau menuju tempat perjudian. Dengan begitu mereka dapat dengan mudah mendekati calon anak b
Seorang pelayan terlonjak karena suara gebrakan meja di saat menyisir rambut hitam wanita di depan cermin. Tampak pantulan wajah cantik dengan kulit putih dan bibir semerah mawar. Mata wanita itu menatap geram pantulan wajahnya sendiri dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. "Apakah menurutmu aku buruk?" tanya wanita di depan cermin. "Tentu saja tidak, Nona adalah wanita tercantik yang pernah hamba temui." Gadis pelayan tersenyum penuh kekaguman. Wanita di depan cermin menghela napas panjang. "Kamu pasti memuji hanya untuk sekedar menghiburku." "Tidak ... tidak .... Nona memang cantik. Siapa pun akan memandang Nona sebagai wanita yang luar biasa." Gadis pelayan memandang puas rambut hitam panjang yang baru saja dia sisir. Sangat indah dan berkilau, sangat aneh jika pemiliknya merasa rendah diri. "Lihatlah, Nona cantik sekali!" Gadis pelayan menantap pantulan wajah wanita berambut hitam di cermin. Bibir merah wanita berambut hitam pun melengkung ke atas. "Kamu boleh pergi!" Gadis pel