Thai Qu Cing, orang-orang menganggapnya sebagai anak kotoran, selalu ditindas dan menjadi pesuruh. Seorang anak pungut yang sangat dihinakan itu, tiba-tiba mendapatkan kekuatan besar dari sebuah batang kayu lusuh. Batang kayu tersebut ternyata bukan batang kayu biasa. Benda itu adalah sebuah pusaka tongkat cahaya milik raja siluman kera Sun Ji Gong, yang kabarnya telah tewas 8 tahun yang lalu akibat terkena karma dari serpihan roh Pendekar Agung. Anak itu benar-benar tidak menyangka. Tubuhnya yang katanya kosong, tak memiliki tenaga dalam, dan tak ada tanda-tanda munculnya inti spiritual. Bagaimana bisa dia menampung kekuatan sebesar itu? Sebuah tanda berbentuk matahari di telapak tangannya, tiba-tiba muncul dan bereaksi terhadap benda pusaka tersebut. Mungkinkah tanda itu berkaitan dengan asal usulnya yang misterius? Dengan kekuatan barunya, Thai Qu Cing mencoba mencari tahu tentang jati dirinya menjadi seorang Pendekar Cahaya, tanpa diketahui oleh siapapun. Di sisi lain, dia tetap berpura-pura menjadi anak yang lemah dan terus ditindas oleh orang-orang. Meskipun pada akhirnya, dia juga akan menunjukan bahwa dirinya tidak selemah yang mereka kira.
view moreSuatu pagi, Nie Lee membawa mereka ke puncak bukit di Lembah Siluman Kera. "Sekarang, kita akan menguji batas kekuatan kalian. Bau Ba Chin, kendalikan kegelapanmu dengan baik. Dan Qu Cing, kau harus belajar memanfaatkan elemen cahaya secara lebih efektif dalam pertarungan."Bau Ba Chin berdiri dengan tongkat besinya yang selama ini tersimpan. Energi hitam pekat mulai membalut tubuhnya. Perlahan, matanya berubah menjadi merah darah."Tenangkan hatimu!" seru Nie Lee.Bau Ba menutup matanya, menarik napas panjang. Dengan susah payah, ia menekan dorongan kekuatan gelap yang berusaha menguasainya. Setelah beberapa saat, aura hitamnya mereda. Ia membuka matanya yang kembali normal dan tersenyum kecil. "Aku berhasil... sedikit."Sementara itu, Qu Cing berdiri dengan tongkat saktinya. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi, dan cahaya keemasan menyelimuti tubuhnya. Setiap gerakan yang ia lakukan memancarkan aura suci yang menenangkan. Nie Lee mengangguk puas. "Bagus. Tapi itu belum cukup. Kau harus b
Sehari sebelum ujian kekuatan mental, teman-teman Qu Cing—An Cang, Ashe Li, Du Bai, dan We Ling—sudah kembali ke perguruan. Mereka bersama Bery Tha, Guru Shi dan Shi Jie mencari Qu Cing setelah mendengar berita tentang ujian itu. Begitu melihatnya keluar dari aula, mereka segera berkerumun di sekelilingnya."Yeey, Cing Ge berhasil!" seru Shi Jie dengan senyum lebar kegirangan."Kami sudah mendengar semuanya. Kau benar-benar membuat kehebohan kali ini," tambah Guru Shi sambil menepuk bahu Qu Cing.Du Bai mengangguk sambil melipat tangannya. "Sepertinya, semua orang kini harus mengakui kemampuanmu. Mereka tidak bisa lagi menyebutmu anak rendahan."Mata Shi Jie menyipit tajam menatap Du Bai. "Bukankah kau yang selalu merendahkan Cing Ge?""Oh, itu ..." Tatapan mata Shi Jie membuat Du Bai menjadi gelagapan."Sekarang, kami sudah menjadi teman baik, Jie Jie," balas Qu Cing tersenyum meringis sembari merangkul Du Bai.An Cang, yang selama ini dikenal sebagai anak pendiam, menatap Qu Cing da
Qu Cing menatap Go Song dengan tenang. Tidak ada amarah, tidak ada ketakutan. Sebenarnya, dia bisa saja mengabaikan tantangan ini, tapi dia tahu—sebagai murid khusus Kepala Perguruan, sekali-kali ia juga harus menunjukkan taringnya."Aku tidak tertarik bertarung tanpa alasan," kata Qu Cing akhirnya, suaranya tetap datar. "Kalau kau hanya ingin membuktikan sesuatu pada orang lain, itu urusanmu, bukan urusanku."Tapi Go Song tidak berniat mundur. Angin berputar di sekeliling tubuhnya, membentuk pusaran yang mengguncang lantai aula. Dia mengangkat tangannya, dan angin mulai berdesir lebih kencang, menandakan bahwa dia siap menyerang."Jangan pikir kau bisa lolos dengan menghindar," seru Go Song. Dalam sekejap, dia melesat dengan kecepatan angin, tinjunya menebas udara dan mengarah langsung ke wajah Qu Cing.Namun, sebelum pukulan itu mencapai sasaran, tubuh Qu Cing menghilang dalam seberkas cahaya. Dalam sekejap mata, dia sudah berada beberapa langkah di belakang Go Song. Para murid yang
"Jika aku terus bertarung, ini tidak akan ada habisnya," pikirnya.Alih-alih melawan, ia berdiri tegak dan menenangkan pikirannya. Ia memahami bahwa inti dari ujian ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengendalian diri.Saat pikirannya mencapai ketenangan sempurna, tiruannya berhenti menyerang. Sosok itu mulai memudar, berubah menjadi kabut tipis yang menghilang bersama hembusan angin.Qu Cing berdiri tegap, napasnya masih teratur meski pikirannya berputar cepat. Ia baru saja melewati tiga ilusi yang nyaris merenggut kewarasannya, tetapi kini justru menghadapi ujian yang lebih sulit—prasangka dan ejekan."Anak kotoran itu pasti curang!" Salah satu murid dari kelas 3A berbisik, cukup keras agar semua bisa mendengarnya."Tidak mungkin seseorang seperti dia bisa lolos sejauh ini. Han Thu saja hampir tumbang di ilusi ketiga!"Han Thu, yang baru saja kembali dari ilusi tingkat tinggi, menyipitkan matanya ke arah Qu Cing. Ia tak percaya anak yang selama ini diremehkan mampu berdir
Di dalam aula besar perguruan, para murid berkumpul dengan penuh semangat sekaligus ketegangan. Di tengah ruangan berdiri Lou Tong, sang master ilusi. Matanya tajam, dan wajahnya selalu datar tanpa ekspresi. "Ujian ini akan menguji sejauh mana kalian mampu membedakan kenyataan dan ilusi," katanya. "Kalian akan menghadapi berbagai skenario, dari yang paling sederhana hingga yang paling berbahaya. Hanya mereka yang memiliki kekuatan mental luar biasa yang bisa bertahan hingga akhir." Satu per satu, para murid mulai diuji. Ilusi tahap awal cukup sederhana—melihat harta karun palsu, mendengar suara-suara aneh, atau merasa dikejar makhluk tak kasat mata. Namun, semakin tinggi tingkatnya, semakin nyata ilusi yang diberikan. Suasana semakin menegang. Para murid yang telah gagal terduduk lemas di sisi ruangan, sementara mereka yang masih bertahan mulai merasakan tekanan yang semakin kuat. Lou Tong, sang master ilusi, tetap berdiri dengan ekspresi datarnya, matanya meneliti setiap peserta ya
"Aaaaa! Ada mayat!"Kejadian itu membuat semua orang terkejut. Jeritan si wanita menggema di udara, dan orang-orang yang berkerumun segera berlarian menuju asal suara. Rasa penasaran dan ketakutan menyelimuti mereka.Terdengar asal suara itu dari seorang wanita yang keluar dari sebuah kandang kuda di dekat pelataran. Di sudut yang remang-remang, sosok yang tergeletak tak berdaya, tubuh pucat tak bernyawa.Itu adalah mayat Walikota Ni yang asli, mengenakan pakaian resmi yang kini telah ternodai oleh darah, karena beberapa tusukan dan sayatan pedang.Suasana menegangkan membuat Nie Lee, Qu Cing, Gu Wang, dan Roha Ni berdiri terpaku, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka lihat."Ayah!" Air mata Roha Ni mulai menggenang di matanya mendekati sosok yang tergeletak itu."Ini… benar-benar tidak terduga!" kata Gu Wang, mulutnya terbuka lebar.Qu Cing menelan ludah, pikirannya berputar cepat. Roha Ni berlutut di samping jasad ayahnya, tangannya gemetar saat menyentuh pakaian yang dulu begi
Dengan mata cahaya tembus pandang, Qu Cing dapat melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Nie Lee berkata bahwa anak itu bahkan bisa memprediksi kelemahan lawan, jika ia terus melatih kekuatannya.Nie Lee menatap tajam ke arah Walikota Ni yang berdiri di tengah kerumunan, kesadaran menyelimuti dirinya. "Aku sudah menduga, ada sesuatu yang tidak beres," gumamnya pelan. "Sejak aku melihatnya hari ini, aku merasakan aura yang berbeda. Dia tidak memiliki karisma sebagai pemimpin yang bijaksana; sebaliknya, ada ketidakpastian dan niat buruk yang terpancar dari wajahnya."Tanpa ragu, Nie Lee melangkah maju. "Master Pengubah Wajah, kedokmu sudah terbongkar! Aku sangat mengenal Walikota Ni. Apa kau pikir penyamaranmu ini sudah sangat sempurna? Beraninya melibatkan adikku yang tidak bersalah!" Seraya mengeluarkan energi spiritual yang begitu sejuk, elemen air berputar mengitari Nie Lee dengan begitu menakjubkan.Pria itu mengendalikan sang air berniat untuk membongkar kedok Mast
Di kediaman walikota, Roha Ni, yaitu si gadis yang menjadi korban berkata, "aku tidak yakin. Tapi, mereka benar-benar memiliki wajah yang sama persis. Jika memang bukan dia pria waktu itu, lalu siapa? Apakah dia memiliki saudara kembar?""Tidak, Nona. Saudara temanku tidak memiliki kembaran. Tapi, aku mengetahui bahwa ada suatu teknik yang bisa mengubah wajah seseorang," kata Gu Wang. Sebagai penjaga perpustakaan, Gu Wang memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang berbagai macam teknik."Teknik pengubah wajah? Jangan-jangan ..." Dahi gadis itu berkerut. Giginya menggertak merasa telah dipermainkan oleh seseorang."Ada apa, Nona? Apakah ada sesuatu lain yang mengganggu pikiran Anda?" tanya Gu Wang melihat gadis itu tampak gelisah.Roha Ni menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. "Tuan, ayahku adalah sosok yang bijaksana, selalu mendengarkan kedua belah pihak sebelum mengambil keputusan. Tapi sekarang, sikapnya sama sekali berbeda. Dia tidak mau mendeng
Pagi itu, matahari mulai naik menerangi segalanya dengan sinarnya yang hangat. Di perguruan Long Ji, suasana tenang seolah menyelimuti area yang biasanya ramai. Nie Lee duduk di ruangannya merenungkan kepergian Qu Cing dan Bau Ba Chin yang menuju Kediaman Klan Hawa untuk berperang dengan Jendral Tao Cang. Kegelisahannya bertambah saat suara keras Gu Wang memecah keheningan. Dia berlari menghampiri Nie Lee dengan napas terengah-engah."Tuan Lee, celaka!"“Ada apa, Penjaga Gu?” tanya Nie Lee, merasa cemas melihat ekspresi panik di wajah sahabatnya.“Aku baru saja mendengar kabar buruk... tentang adik sepupu Anda!” jawab Gu Wang, suaranya bergetar.“Tera Phi? Apa yang terjadi?” tanya Nie Lee, hatinya berdegup kencang.“Seseorang menuduhnya telah melecehkan dan menghardik anak gadis dari Walikota Ni. Dan sekarang, Walikota Ni telah menetapkan hukuman penggal kepadanya!” seru Gu Wang, kesal dengan ketidakadilan yang menimpa adik sepupu Nie Lee yang masih muda.“Melecehkan? Itu tidak mungki
"Thai Qu Cing, ha ha ha! Benar-benar seperti namanya, SAM-PAH!" ucap seorang anak laki-laki bernama Du Bai menekankan kata sampah. Dia menendang gundukan kotoran kucing ke arah Thai Qu Cing.Bocah kurus dan dekil itu berjongkok membungkuk melindungi kepalanya. Pasir-pasir yang menutupi kotoran, berhamburan menghujani tubuhnya.Nama Thai Qu Cing awal mulanya, karena seorang pria tua bernama Setu Jhu, waktu itu sedang berburu. Pria itu menemukan seorang bayi laki-laki sedang menangis di atas gundukan sampah dedaunan. Tampak bayi itu sedang memegang kotoran kucing di tangan kanannya.Kemudian, tiba-tiba tangan si kecil mengeluarkan cahaya dan kotoran itu pun lenyap. Setu Jhu pikir, bayi itu telah menyerapnya. Sehingga ia memberinya nama Thai Qu Cing dengan panggilan Qu Cing.Sebelum Setu Jhu meninggal karena diterkam binatang buas saat berburu, dia sempat mendaftarkan anak pungutnya di sebuah perguruan elit tingkat dasar bernama Perguruan Long Ji.Awalnya, anak itu tidak memenuhi kriteri...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments