(21+) “Tidurlah dengan anakku dan berikan aku uang!” Bian yang berada di tempat hiburan malam terkejut disodorkan seorang wanita yang sangat muda di hadapannya. Dia diingatkan oleh asistennya tentang perseteruannya dengan Sadewa dengannya tidak kunjung usai. Justru dia mengambil wanita yang bernama Jasmine itu sebagai istrinya. Memungut seorang wanita untuk menjadi istri dari tempat hiburan malam sangat menantangnya. Dia menikah kontrak dengan Jasmine demi memenuhi persyaratan papanya untuk mendapatkan warisan. Dia bercerai setelah mendapatkan semuanya dan memberikan hak untuk Jasmine sebagai tanda terima kasihnya. Siapa sangka, mereka bertemu kembali setelah sekian tahun dan Jasmine adalah orang yang paling dihindari oleh Bian.
view moreSuara ketukan palu yang ditunggu sejak lama akhirnya terdengar.
Perceraian Bian dan Jasmine berjalan dengan lancar. Pernikahan yang berlangsung beberapa bulan itu akhirnya selesai juga.
Mereka pulang ke rumah yang sama. “Bereskan semua barangmu! Aku akan mengantarmu ke tempat tinggalmu yang baru.”
Jasmine telah selesai dengan segala persiapannya. Memastikan tidak ada satu pun barang tertinggal di rumah mantan suaminya. Mereka akan menjadi asing lagi satu sama lain dan berharap sekali kalau mereka tidak akan pernah bertemu.
Tiba di rumah yang begitu besar, dia diajak masuk oleh Bian. Dia mengedarkan pandangannya di rumah itu. “Ini adalah rumah pemberianku untukmu. Sesuai dengan yang aku janjikan, satu unit rumah dan juga mobil. Aku juga sudah memberikan uang untukmu. Terima kasih atas kerjasamanya.”
Bian berdiri di sebelahnya saat dia masih tidak menyangka dengan rumah mewah yang ditempatinya ini sangat besar dan luas.
Bagus dan juga membuat Jasmine sangat takjub dengan rumah ini. “Terima kasih, Bian.”
Pria itu mengulurkan tangannya. “Aku juga berterima kasih padamu, Jasmine. Mari tidak saling menyapa satu sama lain di luar saat kita bertemu. Setidaknya kita memulai dan mengakhirinya dengan cara yang baik. Tolong baik dari sebelum bertemu denganku!”
Jasmine menjabat tangan mantan suaminya. Dia berterima kasih telah mendapatkan semuanya. Bian benar, dia harus hidup jauh lebih baik dari sebelumnya. Pria ini sudah memberikan banyak untuknya.
Bian adalah orang yang begitu baik dan juga menyelamatkan dia dari banyak hal. Pria berusia 29 tahun itu telah menyelamatkan dia dari neraka yang diciptakan oleh orang tuanya.
“Kalau begitu, aku akan pulang. Jaga dirimu dengan baik di sini!”
Bian mendekatinya dan mereka berpelukan untuk yang terakhir kalinya. Pernikahannya Jasmine dengan Bian memang direncanakan sedemikian rupa. Tidak ada yang melibatkan perasaan. Bian menikah karena harus menyelamatkan harta papanya agar tidak jatuh ke tangan mama tirinya. Mereka bertemu di salah satu tempat hiburan malam, Jasmine diseret dan hampir dijual oleh ayahnya. Sementara Bian yang waktu itu ditawari langsung mengambil Jasmine untuk dinikahi.
Bian mengatakan bahwa pernikahan mereka singkat, permintaan papanya Bian adalah segera menikah untuk mendapatkan warisan itu.
Saat Bian menawarkan pernikahan kontrak, ayahnya Jasmine yang begitu antusias karena hutangnya dibayar sampai lunas oleh Bian. Belum lagi uang yang diberikan sangat banyak. Ayahnya Jasmine waktu itu putus asa karena diteror setiap hari karena hutang. Bagaimana tidak? Ayahnya adalah pemain judi yang hutangnya sangat banyak sekali. Orang yang menagih ke rumahnya pun selalu saja beda.
Saat Bian mengajaknya untuk bercerai dan sudah mendapatkan semuanya. Ayahnya telah diberikan sejumlah uang agar tutup mulut. Bian juga mengancam akan menghabisi ayahnya Jasmine jika pria itu membuka tentang pernikahan kontrak yang dijalani oleh Bian dan Jasmine.
Sekarang, dia telah berada di rumah ini sendirian. Beberapa bulan mengenal mantan suaminya. Jasmine merasa bertemu dengan seorang pria yang sangat baik sekali di dalam hidupnya. Baginya, Bian tetaplah malaikat kehidupannya yang sudah menyelamatkan dirinya dari prostitusi yang direncanakan oleh ayahnya.
Tersadar dari lamunannya, Jasmine langsung ingat bahwa dia tidak boleh memberikan alamatnya yang sekarang kepada ayahnya ataupun ibu tirinya. Kalau tidak? Semua ini akan habis. Dia akan tetap pertahankan rumah dan mobil itu untuk kehidupannya di masa mendatang.
Jasmine memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya. Dia menggunakan kendaraan umum dan tadi sempat mampir untuk membawa oleh-oleh.
“Lihat anakmu yang tidak berguna itu sudah pulang.”
Mulut sialan wanita ini ingin sekali diremas oleh Jasmine. Dari dulu, wanita yang ada di depannya selalu saja mencari masalah dengannya. “Sudahlah, kita sudah dapat apa yang kita mau. Tidak ada hutang juga sekarang.”
Terlihat raut wajah sinis wanita di depannya ini sangat tidak suka dengan kehadirannya. “Seharusnya dia mendapatkan yang lebih banyak dari yang kita minta.”
“Lihat perhiasanmu! Bahkan uangmu juga banyak sekarang. Tidak perlu peduli dengannya, dia memang tidak pernah patuh terhadap orang tua.”
Tidak ingin pulang, tapi bagaimana pun juga ini adalah rumah milik mendiang ibunya. Jasmine masih berhak untuk pulang dan rumah ini miliknya. Dua orang yang di depannya justru menumpang. Akan tetapi dia belum bisa menendang keduanya. Tidak peduli kalau suatu saat ayahnya berbuat hal yang nekat pada Bian, kemudian pria itu benar-benar menghabisi ayahnya. Jasmine akan dengan mudah menendang dua orang ini.
Kedatangan dia ke rumah ini juga untuk mengambil barang pribadinya. Jasmine harus mengambil semua berkas penting. Setelah ini dia akan mencari kerja.
Dia mengunci kamarnya dan tidak peduli dengan ocehan Rosa dari luar. Dia juga tidak peduli bagaimana wanita itu mengusirnya.
Jasmine menggeser tempat tidurnya. Dia mengangkat keramik itu dengan perlahan. Di sana ada sertifikat yang selama ini disembunyikan. Dia tahu kalau ayahnya mencari barang ini dari dulu. Akan tetapi dengan kecerdikannya, dia justru merusak lantai dan kemudian melapisi sertifikat itu dengan styrofoam agar tidak lembab dan rusak. Apa yang dia rencanakan pun berhasil. Sertifikat itu tetap utuh. Dia akan membawanya dan suatu saat akan menendang mereka semua dengan mudah.
Dia keluar dari kamarnya setelah memasukkan semua barangnya. “Kamu akan tinggal di mana?” tanya Edwin.
Jasmine bahkan tidak tahu kapan pria ini mulai peduli terhadapnya? Ingat ketika dia kuliah, dia harus bekerja paruh waktu demi mencukupi kebutuhannya dan sampai jatuh sakit. Pria ini dengan segala kelakuan buruknya selalu bangga dengan apa yang dilakukan. “Bukan urusan, Ayah.”
“Akan jadi urusan Ayah kalau kamu kenapa-kenapa.”
“Aku bahkan tidak pernah tahu kalau Ayah peduli terhadapku. Ingat beberapa bulan lalu, Ayah membelikanku pakaian seksi lalu membawaku ke tempat pelacuran. Apa Ayah lupa dengan itu?” nadanya sedikit naik karena yang memberikan ide waktu itu adalah Rosa.
“Kamu adalah orang yang paling berharga, Jasmine.”
“Oh, Ayah sendiri kenapa nggak kerja? Judi, judi dan judi yang selalu saja Ayah lakukan. Hidup semakin melarat, tidak berguna. Ayah adalah sosok sampah yang tidak berguna sama sekali.”
Plaaaak.
“Tutup mulutmu, Jasmine!”
Pria itu langsung menatap Jasmine. Edwin memang sering memarahinya, tapi kalau soal memukul. Ini pertama kalinya. “Maafkan, Ayah!”
Tatapannya begitu tajam pada ayahnya. Dia masih bisa menahan sakit, sudah sering juga mendengar kata-kata yang tidak pantas. Itu jauh lebih menyakitkan. Ditambah lagi sekarang dia dipukul oleh ayahnya di depan ibu tirinya. “Ayah jadi monster setelah menikah sama wanita murahan ini.”
Rosa berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Anakmu sudah mulai berani, Edwin.”
Ayahnya juga menatapnya semakin ngeri, Jasmine sudah pasrah kalau dia dipukul lagi. Tahu kalau ayahnya sangat nurut sekali pada Rosa. “Aku benci, Ayah.”
“Jasmine ….”
“Menikahi pelacur yang hamil di luar nikah adalah bencana besar. Kalau saja bukan wanita murahan ini masuk ke dalam hidup kita, ibu pasti masih di sini.”
Tidak tahan lagi untuk berada di sini. Dia sangat ingat sekali ketika wanita ini dalam keadaan hamil besar saat itu. “Aku akan membenci Ayah sampai kapan pun. Ibu pergi dan membawa sumpah serapahnya untuk kehidupan kalian berdua. Lihat buktinya, segala yang Ayah usahakan satu pun tidak ada gunanya. Bahkan anak yang dibanggakan oleh ayah sekarang lebih parah dari seorang bajingan.”
Bian tidak ingin mengambil keputusan yang fatal lagi seperti kemarin-kemarin. Dia tidak mau kalau dia dan istrinya bercerai lantaran dirinya yang tidak bisa menjadi suami yang baik. Dia menganggap perasaan istrinya terlalu lebay. Dia menganggap perasaan istrinya berlebihan ketika wanita itu cemburu. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah dirinya tidak pernah lagi mengerti bagaimana rasanya dicemburui. Tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada wanita lain. Freya tidak pernah cemburu padanya, Adelia tidak pernah peduli terhadapnya. Berbeda dengan Jasmine yang bahkan menangis karena ulahnya. Sepele, tapi menyakiti istrinya. Bian tidak mau lagi melakukan itu dan menyakiti Jasmine lebih dalam lagi. Sekarang, dia ingin hidup dengan akur dan baik-baik saja bersama dengan istrinya. Dia menuduh Jasmine berubah ketika pulang dari rumahnya Ulfa. Tanpa dia sendiri sadari kalau selama ini yang membuat istrinya berubah adalah ulahnya sendiri. Bian terlalu jauh membuat istrinya menderita. Dia
“Dari sekian banyak pilihan, kenapa kamu memutuskan untuk bercerai sama aku, Mas?” Padahal Bian sendiri tahu, semenjak mereka bertengkar. Jasmine selalu menangis tengah malam. Bian menyadarinya, tidak ingin mengganggu istrinya malam itu. Pelariannya ke alkohol juga tidak mempan. Rasanya masih terlalu sakit kalau dia ingat betapa bodohnya dia. Secara naluri, dia masih menyayangi istrinya. Dia juga tidak ingin berpisah dengan istrinya. Jasmine adalah orang yang dia cintai. Dunia ini seolah-olah akan berhenti begitu Bian mengatakan ingin bercerai dari istrinya. Padahal dia sendiri sangat tahu kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Dia meninggalkan semua wanita demi bisa bertahan dengan istrinya. Dia tidak meminta pendapat dari orang lain. Dia hanya berharap kalau ini akan segera selesai. Yaitu dengan cara melepaskan wanita yang begitu dicintainya. Memang dari awal Bian sudah merasa kalau dirinya itu tidak bisa menjaga rumah tangganya lagi. Bian juga sudah berusaha bertahan, namun
Bian menganggap remeh rasa cemburunya Jasmine yang selama ini dia rasakan. Tidak menyangka kalau kalimat itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Dia tidak pernah menduga kalau suaminya akan menganggap perasaannya tidak penting seperti itu. Setelah pertengkaran beberapa malam yang lalu. Bian pun tidak ada kata permintaan maaf sampai detik ini. Jasmine yang merasa kalau suaminya memang sangat sulit untuk mengerti perasaannya. Menikah dengan Bian dua kali, tidak serta merta membuatnya merasa baik-baik saja. Menikah hanya karena alasan demi anak. Tapi juga tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Memang Bian baik terhadap anak-anak, ternyata pria itu abaikan semua yang dikatakan oleh Jasmine. Memang benar, dia harusnya diam saja tanpa banyak protes terhadap rumah tangganya. Tidak layak juga protes kalau tidak pernah didengarkan. Jasmine mulai menyesali ketika dia memberontak malam itu. Mulai menyesal telah mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya. Mulai merasa kalau dirinya tidak a
“Pa, Papa nggak berantem sama mama, kan?” Bian sedang berenang berdua dengan Noah, anaknya bertanya tentang kondisi rumah tangga mereka. Bian memang tidak pernah bertengkar dengan istrinya. Bian sedang di tepi kolam renang justru tersenyum dengan pertanyaan anaknya. Tidak ada pertengkaran apa pun yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Hanya saja, beberapa hari yang lalu Jasmine mengatakan dirinya sedang lelah saja. “Mama cuman capek aja, Noah. Setiap ibu pasti akan merasakan itu.” “Tapi, Pa. Papa kenapa ketemu lagi sama Nina dan mamanya?” Bian yang tadinya mengabaikan soal itu, tiba-tiba saja dia menoleh kepada anaknya. “Dari mana kamu tahu?” “Pak Egi bilang sama aku tadi waktu jemput ke tempat les. Katanya, Pak Egi sama mama ke taman belakang kantor waktu antar makan siang. Terus Papa di sana sama Nina dan mamanya.” Bian bertemu dengan Adelia tidak ada maksud apa-apa, dia hanya menemui wanita itu lantaran Nina ingin bertemu dengannya. Tidak ada maksud lain yang Bian laku
Seminggu dia pergi bersama dengan Celia. Bian tidak menghubunginya apalagi bertanya apakah dia sudah sampai atau tidak. Justru dia dibiarkan begitu saja. Tidak seperti biasanya, memang pria itu sudah berubah. Jasmine tadinya memang ingin liburan bersama dengan Celia berdua. Setelah dikabari oleh kakak sepupunya kalau Ulfa ada di rumah kakaknya. Jasmine pun akhirnya ke sana dan jaraknya lebih dekat. Dia juga cerita keluh kesahnya dan menceritakan bagaimana Bian dulu juga pernah main wanita di masa lalu. Jasmine yang baru mengenal cinta justru terjebak dalam pernikahan waktu itu. Dia cemburu, tidak bisa mengungkapkannya. Sekarang, dia cemburu. Masih bisa diam juga tanpa berani berkata apa-apa. “Terus, mau sampai kapan kamu sama Celia di sini?” tanya Halim, kakak sepupunya. Jasmine duduk di sebelah kakak sepupunya di sebuah taman yang ada di rumah itu. “Mungkin lusa akan pulang. Kasihan Noah juga di sana.” Dulu, dia menerima Bian kembali karena dia kasihan kepada Noah. Lalu kemudia
“Ada yang ingin kamu omongin sama aku nggak, Mas?” Jasmine ingin tahu apakah suaminya ingin mengatakan sesuatu seperti pertemuan atau apa pun itu. Dia akan mendengarkan semuanya. Terutama dia tidak akan berpikir berlebihan setelah mengetahui suaminya masih bertemu dengan mantan istrinya. Kalau itu adalah Freya, mungkin tidak akan sesakit ini.Merasa dikhianati oleh suaminya lantaran Bian tidak mengatakan apa pun dengan jujur. Pertemuan yang dilakukan di belakang Jasmine termasuk kejahatan dalam rumah tangga. Hilangnya kejujuran dan juga tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya. Bian meletakkan ponselnya di atas meja. Menatap Jasmine kemudian tersenyum. “Nggak ada, Sayang.” Jasmine menganggukkan kepalanya dengan perlahan, dia tahu kalau ternyata suaminya hanya pura-pura. Bahkan dari kemarin, Bian tidak meminta jatahnya. Ada apa? Kenapa pria itu berubah sekarang? Jasmine merasa seorang istri yang hanya menerima kesalahan Bian beberapa kali. Tahu kalau watak main wanita itu t
“Bibi, aku saja yang masak. Tolong bantu aku jaga, Celia, ya!” Dia membawa anak keduanya menghadap kepada asisten rumah tangga yang ikut dengannya. Hari ini dia akan pergi bertemu dengan Amber dan juga Sophie. Mereka bertiga akan berkumpul lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Jasmine juga akan menyiapkan makan siang untuk suaminya. Sekalian ketika berangkat ke rumah Amber nanti, dia ke kantor suaminya terlebih dahulu untuk membawakan bekal. Seperti biasa, Bian sangat menyukai masakan yang dibuatkan oleh Jasmine. Dia memasak sendirian di dapur. Lalu kemudian membiarkan Celia bersama dengan sang bibi di ruang tengah. Usai dia memasak, Jasmine langsung mandi dan menyiapkan segala kebutuhan yang akan dia perlukan nanti untuk Celia selama berada di rumah Amber. Entah itu pakaian ganti dan juga popok. Dia diberikan izin untuk bertemu dengan Amber karena dia mengatakan akan diantar oleh sopirnya. Bian sangat sensitif sekali membiarkan Jasmine keluar. Lalu kemudian setelah selesai be
“Pak, ada seseorang menunggu Anda di taman belakang kantor,” beritahu Sierra begitu Bian baru saja kembali dari proyek. Bian langsung turun dan pergi ke taman kantor yang tidak jauh dari tempat ini. Lalu kemudian kaki jenjangnya melangkah dengan sangat cepat ke sana. Baru saja tiba di sana, tubuhnya langsung bereaksi ketika melihat wanita bersama dengan anak kecil sedang duduk di bangku taman. Dia menghampiri secara perlahan dan wanita itu kemudian menoleh. Anak kecil itu berlari ke arahnya. “Papa,” dipeluknya Bian sangat erat. “Maafkan aku, Bian. Aku menemuimu kembali. Bukan maksudku mencarimu lagi. Aku tahu, kamu sudah menikah dan mungkin kamu sudah punya kehidupan yang lebih layak. Namun, dia menangis dan selalu mencarimu.” Bian berjongkok dan memeluk anak kecil yang dibawa oleh wanita itu. Wajar rasanya kerinduan Nina tidak akan pernah berakhir. Karena selama ini yang merawat anak ini adalah dirinya. Bian memang tidak ingin berakhir dengan pengkhianatan. Lalu dia menggendong
Tangis seorang bayi memenuhi ruangan yang khusus untuk Jasmine. Kelahiran bayi perempuan yang baru saja beberapa menit lalu. Melengkapi kehidupan rumah tangga mereka yang pada akhirnya mampu membuat Bian takjub dengan istri dan juga anaknya. Dia merasa bangga sekali pada istrinya yang telah melahirkan bayi secantik itu. Dia juga bangga kepada anak perempuan yang lahir dengan selamat dan proses persalinan Jasmine dengan normal. Di rumah sakit pilihan Amber untuk Jasmine melahirkan. Suasana begitu tegang sebelum si kecil dilahirkan. Beberapa kali Jasmine mengerang kesakitan. Berpikir kembali jika itu dirasakan oleh Jasmine beberapa tahun lalu ketika melahirkan Noah sendirian. Selama beberapa tahun terakhir istrinya telah berjuang sendirian. Melihat anak keduanya lahir, harapan baru telah muncul dalam kehidupannya Bian. Menunggu selama ini untuk kehadiran anak kedua mereka. Meskipun sebenarnya dia melihat kalau Noah juga sangat berharap adiknya segera lahir ke dunia ini. Bian bisa t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments