"Tongkat sakti!"
Whuuush! Whuuush! Whuuush!Sebuah tongkat kayu, muncul dari langit berputar-putar menghampiri Qu Cing.Hap!Bocah itu menangkap tongkat tersebut dan mulai mengayunkannya."Aku bisa menunjukanmu beberapa jurus dasar jika kau mengingikannya!" ujar sang tongkat sakti kepada Qu Cing."Benarkah? Tentu saja aku menginginkannya. Tolong tunjukan itu! Aku sangat bersemangat.""Duduk! Dan pejamkan matamu!"Qu Cing pun mengikuti perintah sang tongkat sakti. Dia duduk bersila di tanah sembari memejamkan mata. Tiba-tiba, sosok bayangan hitam dalam pikirannya muncul menunjukan suatu gerakan.Setelah beberapa saat kemudian, Qu Cing membelalakan matanya. Dia bangkit dan spontan mengikuti gerakan itu. Rupanya, gerakan itu secara otomatis langsung melekat di kepalanya.Anak itu begitu lincah. Ayunan demi ayunan tongkat, sampai ia melakukan sebuah serangan ke salah satu pohon yang paling besar di hadapannya dengan jurus, tongkat mengamuk.Whuuush! Whuuush! Whuuush!Tongkat itu memutar vertikal dengan cepat, bagaikan putaran sebuah shuriken besar, menebas horizontal pohon kokoh itu hingga tumbang. Kemudian, sang tongkat sakti kembali kepada pemiliknya, sembari mencincang brutal pohon besar itu menjadi potongan-potongan kecil untuk kayu bakar.Huft!Jurus ini cukup menguras tenaga bagi si kurus Qu Cing yang baru mulai berlatih. Setelah dia membuat sedikit kekacauan di sana, suara-suara aneh mulai bermunculan.Groaaaaaaa! Groaaaa!Aaaaaaaaaaaaaaargh!Bahkan, suasana angin yang tenang tiba-tiba berhembus kencang. Suara rintihan terdengar menelusuri lubang telinga Qu Cing."Datanglah ke gubuk ... datanglah ke gubuk ... tolong aku!" Suara itu meraung raung berkali-kali.Qu Cing tidak menyangka. Ini benar-benar seperti apa yang dikatakan oleh rumor. Akan tetapi, bukanya takut, justru malah muncul rasa penasaran dalam diri anak itu. Dia tidak peduli dan tidak takut mati. Qu Cing pun berusaha mencari-cari sumber asal suara itu."Tidak ada satupun gubuk di pekarangan ini!" ucap Qu Cing meninggikan bahu."Di sini ... di sini! Di sebelah utara, datanglah ke gubuk!"Rupanya, suara itu melihat respond Qu Cing. Anak itu menurutinya terus berjalan ke arah utara. Namun, belum juga menemukan gubuk yang dimaksud."Gubuk? Di sebelah utara?" Qu Cing menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. Anak itu masih tampak kebingungan, sedangkan suara itu, kini, sudah lenyap."Aneh! Ke mana suara tadi? Apakah dia sedang mempermainkanku?" Anak itu menoleh-noleh dan tidak mendapati seorang pun di sana kecuali pepohonan dan sampah dedaunan.Qu Cing pun kembali berlatih dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Dia kembali duduk bersila dan menancapkan tongkat di hadapannya. Namun, sebelum anak itu memejamkan mata, sang tongkat sakti bercahaya menunjukkan bahwa di hadapannya ada sebuah dinding pembatas. Sontak, Qu Cing menyentuhnya dan terpental.Dinding apa itu? Pikirnya.Dia mencabut sang tongkat sakti. Lalu melancarkan jurus tongkat mengamuk ke arah dinding tersebut.Whuuush whuuush whuuush!Taaaang!Tongkat itu pun memantul tak berhasil menghancurkan dinding."Pelajari jurus kedua, dan gunakan itu!" kata sang tongkat sakti."Baiklah!"Qu Cing duduk bersila dan langsung memejamkan matanya dengan konsentrasi penuh. Lalu ia bangkit mempraktekan jurus kedua dari sang tongkat sakti. Ia melayangkan tongkat tersebut di hadapannya dengan energi spiritual. Kemudian, menggabungkan energi spiritual cahaya miliknya dengan kekuatan sang tongkat sakti.Anak itu menggerakkan tangan kanannya hingga lurus sejajar dengan telinga. Lalu melesatkan tangannya ke depan seolah-olah mengendalikan tongkat tersebut."Pukulan tongkat mabur!"Sang tongkat pun melesat dengan sangat cepat dan memukul keras dinding pembatas itu sampai akhirnya menimbulkan sebuah retakan. Qu Cing melakukannya hingga beberapa kali sampai akhirnya dinding tersebut benar-benar retak dan akhirnya pecah.Praaank!Tampaklah sebuah gubuk tua di balik pembatas itu.Apakah gubuk ini yang dimaksud oleh suara tadi? Pikir Qu Cing mulai melangkahkan kakinya memasuki gubuk tersebut. Setelah berada di dalam ruangan, ia tidak melihat siapapun di sana."Di sini! Di dalam tanah!" ucap suara itu tiba-tiba muncul kembali."Di dalam tanah?" Qu Cing menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. "Bagaimana aku bisa menembus tanah ini?""Di sisi kanan, ada sebuah lemari tua. Jika kau bisa membuka lemari itu, di sana ada sebuah jalan menuju ruang bawah tanah."Qu Cing menoleh dan melihat lemari tua itu. Ia menghampirinya dan mendapati pintu lemari tua tersebut terdapat banyak titik bertebaran. Anak itu berusaha mendobrak lemari tersebut secara paksa. Namun, tiba-tiba titik-titik pada pintu lemari itu mengeluarkan suatu energi spiritual. Energi itu menghempaskan Qu Cing hingga terbentur dinding gubuk sampai hampir roboh."Sepertinya ada yang aneh dengan titik-titik itu!" gumam Qu Cing mengkerutkan dahi."Huh! Sudah kuduga! Ini tidak akan mudah." Suara itu tampak seperti baru saja menghembuskan napas. "Kau harus menghubungkan semua titik-titik itu dengan benar menjadi sebuah tanda. Ini dinamakan formasi tanda. Yang kau lihat di pintu lemari itu adalah formasi tanda penguncian. Kau bisa memecahkannya dengan membaca sebuah buku tentang formasi tanda di perpustakaan.""Oh, tunggu. Aku akan pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku itu!" Qu Cing berlari meninggalkan tempat itu menuju perpustakaan.Di perpustakaan tingkat dasar kelas 1, semua berisi tentang buku-buku dasar termasuk ilmu dasar formasi tanda. Qu Cing menerobos masuk dan langsung bertanya kepada pengurus perpustakaan, Gu Wang."Di mana aku bisa mendapatkan ilmu dasar tentang formasi tanda?""Apa kau baru pertama kali masuk perpustakaan?" timpal si pengurus."Benar. Mohon bantuannya!" Qu Cing menautkan dua kepalan tangan sembari menundukkan kepala."Di sebelah kanan adalah buku-buku yang mempelajari tentang ilmu spiritual dan di sebelah kiri adalah buku-buku yang mempelajari tetang ilmu tenaga dalam. Formasi tanda dibentuk dengan kekuatan spiritual. Jadi, kau bisa mencarinya di rak sebelah kanan. Lebih detailnya, pada rak bagian depan, adalah buku-buku yang berisi materi untuk dipraktekan. Adapun pada rak bagian belakang, adalah buku-buku yang hanya berisi materi tentang ilmu pengetahuan saja. Apa kau paham?" jelas si pengurus.Qu Cing mengangguk. "Itu berarti, bukankah aku seharusnya mencari buku itu di rak sebelah kanan pada bagian depan?""Benar sekali!" Si pengurus itu tersenyum."Terima kasih!"Qu Cing mencari buku tersebut di setiap deretan buku-buku yang terpapar rapi, hingga melangkah bolak balik sampai beberapa kali. Tiba-tiba, seseorang mendorongnya dengan sengaja dari belakang. Sehingga, anak itu terhempas menabrak rak buku. Buku-buku itu pun berjatuhan menimpa dirinya."Mengapa bisa ada anak kotoran di sini, Paman Gu?" ucap Han Thu memandang Qu Cing dengan tatapan merendahkan."Anak kotoran? Apa maksud dari perkataan Anda, Tuan Muda Han?""Anak itu bahkan tidak memiliki gumpalan tenaga dalam pada tubunya! Untuk apa mencari buku tentang materi kekuatan spiritual yang bisa dipraktekan? Apakah ini sebuah lelucon?""Ha ha ha!" Para pengikut Han Thu pun tertawa."Oh, maaf, Tuan Muda. Aku benar-benar tidak tahu. Tapi, ini adalah tingkat dasar. Siapapun bebas meminjam dan belajar, meskipun dia berada di ranah spiritual terendah sekalipun," ucap Gu Wang."Oh, Paman Gu benar. Ini adalah tingkat dasar. Haha." Han Thu berjongkok dan menatap Qu Cing dengan tatapan yang mengintimidasi, sembari menekan kedua rahang pipinya dengan cukup kuat. "Rupanya, kau memiliki keberuntungan bisa selamat dari gundukan sampah itu. Tapi, jangan pernah berpikir bahwa kau akan berkembang. Meskipun, kau menghafal seluruh isi buku di perpustakaan ini, tanpa kekuatan spiritual, kau hanyalah seorang SAM-PAH!"Kemudian, Han Thu pergi menuju tangga diikuti oleh teman-temannya. Sementara Qu Cing, masih duduk tertimbun buku-buku yang berjatuhan dari rak.Gu Wang jelas mengenali anak yang dianggap kotoran itu. Namun, perpustakaan adalah gudang ilmu. Siapa saja bisa mendapat keajaiban hanya dengan membaca sebuah ilmu. Sebagai pengurus tingkat dasar, pria paruh baya itu dipilih d
"Akhirnya ... ada yang datang setelah 8 tahun aku terkurung!" ucap seorang pria paruh baya berwajah hancur yang terbelenggu rantai emas di dalam sebuah jeruji."Suara itu, berasal dari Anda?" tanya Qu Cing kepada orang itu. Ia menggenggam erat tongkat saktinya dan melangkah mendekati jeruji. Saat Qu Cing menggerakkan tangannya hendak menyentuh jeruji, pria itu melarangnya."Jangan sentuh! Jeruji itu diselimuti oleh kekuatan spiritual api. Tanganmu akan terbakar jika menyentuhnya dengan tangan kosong!"Seketika, Qu Cing menarik kembali tangannya dan berkata, "siapa Anda sebenarnya?""Aku adalah pemimpin Perguruan Long Ji, Nie Lee Phi. Kau bisa memanggilku Nie Lee," balas pria itu."Ti-tidak mungkin!" Wajah Qu Cing berkerut. Anak itu merasa bahwa ia tidak boleh gegabah dan percaya begitu saja kepada seseorang yang baru dikenalnya.Pria berwajah hancur itu tampak menghembuskan napas berat. "Aku tau. Tidak mudah untuk percaya!" Suara pria itu menjadi pelan dan sangat lembut."Delapan tahu
"Ikuti aku! Ikuti aku!" kata si Jambul berkicau. Dia menarik sesuatu dari lubang dinding tanah dengan paruhnya. Tiba-tiba dinding bergetar dan terbuka menunjukan suatu jalan tersembunyi.Nie Lee sangat tercengang. Bagaimana bisa burung kakak tua itu mengetahui ada jalan tersembunyi di sana? Dia menduga bahwa si Jambul adalah burung yang telah lama dilatih oleh seseorang. Yang artinya, burung itu memiliki pemilik sebelumnya. Dan, sang pemilik pastinya sering singgah di gubuk tua ini. Atau bahkan mungkin, sang pemilik burung itu lah yang telah membagun dan merancang denah gubuk ini hingga ruang bawah tanah.Setelah si Jambul dan Qu Cing masuk ke jalan tersembunyi, jalan itu kembali tertutup seperti semula. Tak lama kemudian, Ben Cong pun datang menemui Nie Lee."Siapa yang menghancurkan dinding pembatas?" ucap Ben Cong dengan dahi berkerut dan tatapan mata yang sangat tajam menyoroti netra Nie Lee. "Kau, bagaimana mungkin masih bisa hidup di tempat seperti ini?""Heh! Keberuntungan masi
"Ka-kak tu-a. Ben Cong bodoh! Tahanan kabur!" Si Jambul akhirnya menampakkan diri terbang memutari gubuk tua.Hanya seekor kakak tua? Mendengar ocehan kakak tua yang menyebalkan, Ben Cong tersadar bahwa ini hanya sebuah tipuan. Dia segera kembali untuk memeriksa keberadaan Nie Lee.Lagi-lagi sang kakak tua yang pintar berhasil mengelabui pria itu. Dia sengaja mengucapkan bahwa tahanan kabur, karena ia melihat Qu Cing sudah berada di ujung pintu keluar dari jalan tersembunyi.Si Jambul merasakan suatu kedekatan pada diri bocah itu. Ia hinggap di bahu Qu Cing seraya berkata, "Hadiah! Hadiah! Ka-kak tu-a!"Hadiah? Dahi Qu Cing berkerut. Rupanya kakak tua itu ingin meminta hadiah atas kerja kerasnya. Untung saja Qu Cing mengantongi beberapa biji kacang tanah, sisa cemilan yang ia lupakan kemaren. Anak itu pun memberikan beberapa biji kacang tanah kepada si kakak tua. "Ka-kak tu-a ... suka biji kacang. Terima kasih!" ujar burung itu girang.Kemudian mereka pergi meninggalkan tempat itu me
"Apa kalian lihat-lihat!" ketus Shi Jie melotot. Hatinya yang masih kesal karena tidak menemukan Qu Cing, ditambah bertemu anak-anak menyebalkan. Hal ini membuat gadis itu tak bisa menahan emosinya.Anak-anak dari kelas 1A itu berjalan mengitari Shi Jie. Salah satu dari mereka yang paling menonjol adalah Chin Cong. Nona muda cantik dari Keluarga Cong, yang merupakan salah satu keluarga terpandang di Klan Naar. Dia adalah gadis populer yang menyandang anak perempuan paling berbakat di kelas 1. Semua anak-anak kelas 1A tunduk dan patuh untuk bisa mendapatkan perhatiannya.Chin Cong mencengkeram kuat baju belakang Shi Jie hingga gadis kecil itu terjinjing. "Galak sekali! Beraninya kau membentakku! Apa kau sudah bosan hidup?"Gigi Shi Jie menggertak. "Lepaskan aku!""Aku akan melepaskanmu jika kau mau mencium kakiku!" ujar Chin Cong menunjukkan senyum seringai."Cuh! Aku tidak akan sudi!" balas Shi Jie meludahi wajah Chin Cong."Kau!" Gadis dari Keluarga Cong itu menggeram. Kemudian, ia
"Gubuk tua? Aku tidak melihat ada gubuk tua di sana! Jadi, semua suara-suara itu ternyata hanya ilusi," ujar Shi Liet. "Di sana ada sebuah pembatas yang menghalangi pandangan. Tidak ada seorang pun yang bisa melihat gubuk tua itu kecuali pembatas tersebut telah dihancurkan," kata Qu Cing.Mata Guru Shi tiba-tiba menyipit. Pria itu menautkan kedua alis menatap serius sosok anak muda di hadapannya. Dia merasa ada yang berbeda dengan anak itu.Anak itu bilang, dia melihat gubuk tua. Tapi, gubuk tua tersebut tidak akan terlihat sebelum pembatas yang menghalanginya dihancurkan?Sang guru bergumam, "itu berarti ... Qu Cing berhasil menghancurkan pembatas tersebut, yang artinya, selama ini dia menyembunyikan kekuatannya. Oh, astaga! Pantas saja dia tampak lebih fokus pada apa yang aku ajarkan kepada teman-temannya daripada membentuk kekuatannya sendiri."Shi Liet menyangka bahwa Qu Cing mungkin memiliki tujuan tertentu. Namun, apapun itu tujuannya, dia mengenal Qu Cing adalah sosok anak yan
"Izinkan aku menyerapnya, Tuan!" ujar sang tongkat sakti."Kau bisa menyerap api?" tanya Qu Cing terkejut."Ya, serahkan padaku!"Energi api mengandung cahaya dan panas. Segala sesuatu yang mengandung cahaya dapat di serap oleh sang tongkat sakti, asalkan kapasitas energi cahaya tersebut kekuatannya lebih rendah dari kekuatan sang tongkat sakti.Baam!Kedua bola api tersebut lenyap seketika saat berada di panggung Qu Cing. Qu Cing pun menoleh merasakan suatu kehangatan di bagian belakangnya. Dia menatap gadis itu dengan senyum seringai. Lalu, kembali menuju tujuannya ke meja pengurus."Apa-apaan itu!" ucap Chin Cong terbengong. "Bukankah dia si sampah yang tidak memiliki kekuatan spiritual? Bagaimana bisa dia melenyapkan kekuatanku begitu saja?" Alisnya tertaut terus menatap tajam gerak gerik anak lelaki itu. Rasa penasarannya, membuat gadis itu tanpa sadar melangkahkan kakinya mengikut Qu Cing.Setelah meminjam buku, Qu Cing kembali ke kelasnya. Dia menyadari kehadiran Chin Cong, saa
Setelah makan bersama dengan Nie Lee, Qu Cing duduk bersila di mulut gua membuka buku yang ia pinjam dari perpustakaan sembari melihat indahnya pemandangan Laut Biru.Mata Qu Cing tertuju pada sebuah bab, yang di sana dijelaskan tentang pembuatan ramuan tenaga super. Ramuan ini akan memulihkan tenaga orang yang meminumnya sebanyak 100% dari tenaga asal dalam waktu 10 menit. "Ramuan yang bagus," gumamnya.Kemudian, ia beralih membaca bahan yang diperlukan. Ternyata hanya satu bahan, yaitu air buah kelapa yang bernama Degan. Jenis kelapa ini hanya tumbuh di satu tempat, yakni lembah siluman kera.Sang tongkat sakti berkata, "Sun Ji Gong adalah siluman yang memiliki tenaga dalam terkuat dari siluman-siluman lain. Jika Tuanku bisa menguasai Kitab Sang Raja Kera, selain akan mendapat kekuatan tenaga dalam yang luar biasa, Tuanku juga bisa menjadi pemimpin bangsa kera. Hal ini karena aku berada di sisimu. Tapi, Tuanku harus menjadi kuat terlebih dahulu untuk bisa menaklukan pasukan kera. Ka
Suara Seo Rang terdengar serak, tetapi masih penuh dengan kesombongan. Ketika debu mulai mereda, sosoknya kembali terlihat.Tubuhnya penuh luka bakar akibat cahaya suci, kulitnya tampak hangus di beberapa bagian, dan tanduk kecil di kepalanya retak. Namun, matanya masih bersinar dengan keganasan yang tak surut."Menarik… sangat menarik…" Seo Rang menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, suara retakan tulang terdengar jelas. "Aku tidak mengira ada seseorang yang bisa menyerangku dengan cara seperti ini."Ia mengangkat tangan, jari-jarinya bergetar karena efek serangan sebelumnya. Namun, dalam hitungan detik, kegelapan kembali menyelimuti tubuhnya, menutupi luka-luka yang menganga.Kemudian, ia melirik sekeliling, mencoba mencari sosok Miao Meng, tetapi yang ia temukan hanyalah keheningan yang aneh.Alisnya berkerut. Ia yakin wanita itu ada di hadapannya beberapa saat lalu, dalam kondisi lemah dan nyaris tak bisa berdiri. Tidak mungkin ia bisa kabur begitu saja.‘Apa yang sebenarnya ter
Namun, Miao Meng sudah siap. Ia melompat ke samping, lalu dengan cepat menciptakan lapisan es tebal di sekelilingnya. Tombak itu menghantam es dengan keras, tetapi tidak langsung menembus.Miao Meng mendarat ringan di atas salah satu pilar es, lalu mengangkat satu tangan ke udara. Udara di sekitar mereka menjadi semakin dingin. Salju turun lebih deras, dan napas Seo Rang mulai mengembun.“Jangan meremehkanku,” ucapnya pelan.Dalam sekejap, badai salju menerjang. Angin es berputar liar, menutupi pandangan Seo Rang.Pria itu menyipitkan mata, lalu menyebarkan kegelapan dari tubuhnya, mencoba menyingkirkan salju itu. Namun, Miao Meng sudah berada di belakangnya, menciptakan bilah es yang lebih besar dan lebih tajam.“Serangan yang bagus,” Seo Rang berkata tanpa menoleh. “Tapi masih belum cukup.”Ia berbalik dengan cepat, menangkap bilah es itu dengan tangannya yang berselimut cahaya. Dalam sekejap, bilah es itu retak dan hancur berkeping-keping.Miao Meng terkejut, tetapi ia tidak menunj
"Pria itu hanya akan mengejar satu orang dalam satu waktu! Jika kita tetap bersama, ini hanya mempermudahnya menangkap kita semua sekaligus!" jelas Qu Cing.Miao Meng menggertakkan giginya. Ia tahu pernyataan itu memang ada benarnya. Namun, meninggalkan Qu Cing sendirian dengan pria seperti Seo Rang bukanlah pilihan yang baik.Qu Cing akhirnya membuat keputusan. "Aku akan menjadi umpan!" ujarnya tiba-tiba.Miao Meng tersentak. "Apa? Tidak, kau tidak bisa—""Sepertinya, dia lebih menginginkan kematianku dari pada menangkap Anda kembali, Bibi! Jika aku pergi ke arah lain, dia pasti akan mengejarku! Gunakan kesempatan itu untuk kabur!"Miao Meng tampak ragu. Matanya menatap anak itu dengan kebimbangan yang dalam."Percayalah padaku, Bibi!" Qu Cing menegaskan.Wajah Bau Ba Chin berkerut. "Tapi, ini akan sangat beresiko untukmu."Miao Meng menghentikan langkahnya. Napasnya memburu, bukan karena kelelahan, tetapi karena gejolak dalam hatinya yang tak bisa ia abaikan. Sementara itu, Qu Cing
Bau Ba Chin membuka matanya kembali. Kali ini, warna bola matanya berubah menjadi hitam pekat, memancarkan aura kelam yang begitu menakutkan.Dengan satu gerakan tangannya, kabut hitam mulai membubung dari tanah, merayap ke setiap celah di hutan. Kegelapan itu bukan sekadar bayangan, melainkan energi yang mampu menghisap cahaya, menipu mata, dan membingungkan panca indera.Para pengawal yang mengejar Qu Cing dan Miao Meng langsung tersendat. Kabut hitam itu seperti makhluk hidup, menjerat kaki mereka, membelit tubuh mereka, dan menarik mereka ke dalam kekosongan."A-Apa ini?!" salah satu pengawal berteriak, mencoba menebas kegelapan dengan pedangnya, namun usahanya sia-sia. Semakin ia berusaha, semakin dalam ia terjebak.Di kejauhan, Qu Cing menoleh ke belakang dan melihat pemandangan itu. Ia tahu bahwa ini adalah ulah Bau Ba Chin."Terima kasih, Bau Ba Chin..." gumamnya dalam hati.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Sebuah cahaya keemasan tiba-tiba bersinar dari dalam kabut. S
Qu Cing mengeraskan rahangnya. Jari-jarinya mengepal, matanya menatap lurus ke arah sangkar cahaya yang menahan Miao Meng. Ia tahu, satu-satunya cara untuk membebaskan wanita itu adalah dengan menggunakan kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya—kekuatan yang belum pernah ia gunakan dalam pertempuran besar. Tanda Matahari.Sebuah lambang berbentuk matahari terukir di telapak tangan kanannya sejak ia kecil. Ia tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ia selalu merasakan energi aneh yang mengalir dalam simbol itu. Sang tongkat sakti pernah berkata bahwa tanda ini mampu melahap cahaya, panas, dan melenyapkan kegelapan.Hingga kini, ia belum pernah menggunakannya dalam skala besar. Namun, tidak ada waktu untuk ragu.Qu Cing melompat turun dari pohon dengan gesit, mendarat di tanah dengan ringan. Ia segera membentangkan telapak tangan kanannya ke arah sangkar cahaya yang mengurung Miao Meng."Lahap!"Begitu kata itu terucap, tanda matahari di telapak tangannya mulai berpendar. Dalam sekejap, se
Bau Ba Chin mengernyit. "Kau mengenalnya?""Tak ada waktu untuk menjelaskan. Aku tidak bisa membiarkan mereka membawanya," jawab Qu Cing dengan nada serius.Anak itu segera menarik tudung jubahnya ke atas kepala dan menutupi wajahnya dengan kain, menyamarkan identitasnya. Ia menoleh ke Bau Ba Chin. "Tunggu di sini! Dan jangan ikut campur! Aku tidak ingin melibatkanmu dalam bahaya ini. Jika sesuatu terjadi padaku, jangan lakukan tindakan gegabah."Bau Ba Chin menatapnya sejenak sebelum menghela napas. "Baiklah. Tapi aku akan tetap mengawasimu dari jauh. Jika keadaan menjadi buruk, aku tidak akan diam saja."Qu Cing mengangguk sebelum bergerak lebih dekat ke arah rombongan itu. Ia melompat dari satu ranting ke ranting lainnya, mendekati sangkar dengan langkah ringan agar tidak terdeteksi.Tiba-tiba, sang pemimpin rombongan menghentikan langkah kudanya. Ia mengangkat tangannya, memberi isyarat agar seluruh pengawal berhenti. Matanya menyapu ke sekeliling, seolah merasakan sesuatu. Qu Cin
Sebelum Qu Cing sempat menjawab, suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat. "Cukup, Lou Tong. Tidak perlu bertanya lebih lanjut," ucap Nie Lee dengan tatapan tajam.Lou Tong mengernyit, tetapi ia tidak berani membantah kepala perguruan. "Baiklah. Aku hanya merasa ada sesuatu yang aneh...""Tidak semua hal harus kau ketahui," balas Nie Lee dengan suara tegas. "Muridku masih memiliki banyak rahasia yang bahkan aku sendiri tidak mengetahuinya. Dan kurasa, lebih baik kita tidak menggali lebih dalam."Lou Tong akhirnya mundur tanpa berkata-kata lagi, meski jelas ia masih merasa penasaran.Nie Lee menoleh ke arah Qu Cing. "Ayo ikut aku. Bau Ba Chin sudah menunggu. Kita akan membahas misi yang telah kita bicarakan sebelumnya."Qu Cing mengangguk dan mengikuti Nie Lee menuju tempat di mana Bau Ba Chin sudah duduk bersandar dengan ekspresi serius. Ia tampak seperti sedang memikirkan sesuatu dengan dalam."Sebentar lagi liburan akan tiba," kata Nie Lee. "Sayangnya, karena misi ini, kalian
Suatu pagi, Nie Lee membawa mereka ke puncak bukit di Lembah Siluman Kera. "Sekarang, kita akan menguji batas kekuatan kalian. Bau Ba Chin, kendalikan kegelapanmu dengan baik. Dan Qu Cing, kau harus belajar memanfaatkan elemen cahaya secara lebih efektif dalam pertarungan."Bau Ba Chin berdiri dengan tongkat besinya yang selama ini tersimpan. Energi hitam pekat mulai membalut tubuhnya. Perlahan, matanya berubah menjadi merah darah."Tenangkan hatimu!" seru Nie Lee.Bau Ba menutup matanya, menarik napas panjang. Dengan susah payah, ia menekan dorongan kekuatan gelap yang berusaha menguasainya. Setelah beberapa saat, aura hitamnya mereda. Ia membuka matanya yang kembali normal dan tersenyum kecil. "Aku berhasil... sedikit."Sementara itu, Qu Cing berdiri dengan tongkat saktinya. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi, dan cahaya keemasan menyelimuti tubuhnya. Setiap gerakan yang ia lakukan memancarkan aura suci yang menenangkan. Nie Lee mengangguk puas. "Bagus. Tapi itu belum cukup. Kau harus b
Sehari sebelum ujian kekuatan mental, teman-teman Qu Cing—An Cang, Ashe Li, Du Bai, dan We Ling—sudah kembali ke perguruan. Mereka bersama Bery Tha, Guru Shi dan Shi Jie mencari Qu Cing setelah mendengar berita tentang ujian itu. Begitu melihatnya keluar dari aula, mereka segera berkerumun di sekelilingnya."Yeey, Cing Ge berhasil!" seru Shi Jie dengan senyum lebar kegirangan."Kami sudah mendengar semuanya. Kau benar-benar membuat kehebohan kali ini," tambah Guru Shi sambil menepuk bahu Qu Cing.Du Bai mengangguk sambil melipat tangannya. "Sepertinya, semua orang kini harus mengakui kemampuanmu. Mereka tidak bisa lagi menyebutmu anak rendahan."Mata Shi Jie menyipit tajam menatap Du Bai. "Bukankah kau yang selalu merendahkan Cing Ge?""Oh, itu ..." Tatapan mata Shi Jie membuat Du Bai menjadi gelagapan."Sekarang, kami sudah menjadi teman baik, Jie Jie," balas Qu Cing tersenyum meringis sembari merangkul Du Bai.An Cang, yang selama ini dikenal sebagai anak pendiam, menatap Qu Cing da