Tersesat Di Dunia Pendekar

Tersesat Di Dunia Pendekar

last updateLast Updated : 2023-06-29
By:  MangataCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
107Chapters
8.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Raka Sadendra, seorang pekerja kantoran yang terlempar ke dunia para pendekar yang mengharuskan dirinya memasuki sebuah menara tinggi besar yang menjulang ke atas langit. Menara itu disebut sebagai Menara Kalpawreksa. Ia harus melakukan misi menghabisi setiap raja iblis di setiap lantai menara hingga akhirnya melawan raja iblis di lantai seratus. Sebuah sistem yang ia peroleh dari Ki Demang, administrator perkamen kuno yang telah melemparnya ke dunia antah berantah itu, berupa kekuatan meminjam turut membantunya dalam melaksanakan misi untuk membawanya kembali pulang ke dunia asalnya. Bersama Ki Joko Gendeng, Aji Pamungkas dan Dyah Lokapala, mereka mengadu nasib untuk menyelamatkan Yawadwipa dari gelombang bencana yang disebabkan oleh iblis di menara Kalpawreksa.  Apakah Raka bisa menaklukkan 100 lantai di menara tersebut? Dan bagaimana akhir dari perjalanannya? Saksikan terus hanya di "Tersesat Di Dunia Pendekar." *Jangan lupa komentar, yah... Follow IG Author : M_Titanto

View More

Chapter 1

Terlempar Ke Yawadwipa

"Sial, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Raka. 

Kepalanya terasa sakit setelah terbentur sesuatu. Pandangan dari kedua matanya masih memburam. Ia masih berusaha memfokuskan kedua matanya untuk melihat sekelilingnya. Raka merasa bila dirinya seperti baru saja menaiki wahana ekstrim di taman hiburan.

Ia masih menerka aroma yang ia cium dan apa yang ia sentuh dengan kedua tangannya. Semuanya seakan berbeda dari beberapa menit yang lalu. Rasa pusing yang menghinggapi kepalanya membuat Raka berpikir bila ia sedang bermimpi atau justru sedang berada di dunia lain..

Ketika tangannya menyentuh benda di sekitarnya, Raka merasa ada sesuatu benda yang basah, lembek dan sedikit berserabut. Tangannya terus meraba hingga akhirnya Ia memutuskan untuk menoleh ke arah bawah. 

"Tanah?" Raka merasa heran. 

Raka juga menoleh ke arah sekelilingnya. Ia dikejutkan dengan penampakan pepohonan yang rindang nan lebat. Ia juga melihat ada kumpulan semak-semak yang mengerubungi sekitarnya. Angin yang menerpa tubuhnya seakan menyapa dan membisikkan ucapan, "selamat datang."

Sungguh hal gila, ia sampai terbelalak saat meraba tanah yang ia duduki. Wajahnya merasa heran dan bingung. 

Pikirannya seakan disuruh memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. 

"Apa yang terjadi? Tanya Raka.

"Sumpah, sebenarnya ini di mana?!" Raka segera berdiri. Ia tampak bingung. Rasa panik langsung menyelubungi pikirannya.

Ia segera menyusuri tanah asing itu. Membelah jalan dengan menerobos semak-semak tinggi. Ia bahkan tidak bisa mengetahui apa yang menunggunya di depan sana. Hanya menerka semuanya dari permainan pikiran yang ia punya.

Langkahnya terus bergerak, satu demi satu pohon besar dan semak ia lewati. Dan ketika ia melihat ada bias cahaya matahari di depannya. Raka langsung berpikir bila ada sesuatu di ujung cahaya itu.

"Aku harap itu adalah pintu dari mimpi ini," pikir Raka. Ia masih berpikir bila semua ini adalah mimpi. 

HAH?!

Ia sangat terkejut ketika melihat pemandangan di depannya. Langit luas nan biru, dengan hamparan awan yang bergerak. Sebuah hutan lebat nan luas di bawah kakinya membentang sangat hijau. Ia tidak menyangka bisa berdiri di atas tebing batu, ujung dari hutan tempat ia terbangun tadi.

"Apa-apaan ini? Semuanya adalah hutan, lalu ke mana kotanya? Di mana gedung-gedung tinggnya? Apa yang terjadi? Ke mana jalan raya dan kendaraannya?" Pikir Raka. 

Di ujung dari hutan tersebut terdapat sebuah bangunan seperti komplek candi yang dikerumuni oleh beberapa dinding batu besar dan rumah-rumah yang terbuat dari kayu.

Raka menoleh ke atas dan melihat sang surya. Ia terkejut karena sepertinya ia baru saja melewatkan malam minggunya. Seharusnya ia sudah pulang ke rumah dan melanjutkan pergi bersama para sahabatnya untuk menonton film di bioskop. 

Tapi sepertinya ia harus melompati beberapa jam dan melihat matahari kembali. 

"Apa yang terjadi? Ke–, kenapa sudah pagi kembali? Ini di mana?!" Raka merasa bingung. Tidak ada orang lain yang bisa menjelaskan kepadanya. 

Ia bertekuk lutut dan menundukkan kepalanya. Kedua telapak tangannya bergetar hebat. Raka mengalami serangan panik. 

"Hei, anak muda. Apa yang sedang kau lakukan? Baju apa yang kau kenakan itu?" Tanya suara asing.

Raka langsung menoleh ke samping kiri. Ia melihat ada seorang pria tua sedang duduk bersila memandang ke arahnya dengan raut wajah yang bodoh. 

Ia mengenakan pakaian yang ditambal-tambal dengan kain. Tubuhnya terlihat lusuh dan kotor. Ia juga mengenakan topi caping dari bambu yang sudah terlihat usang. 

"Siapa kau? Apa kau pengemis?" Tanya Raka yang asal menebak.

"Tidak sopan! Siapa yang mengemis! Aku hanya meminta-minta ke orang yang lewat saja!" Balas pria tua itu. Ia malah menegaskan tindakannya.

"Itu sama saja!" Ucap Raka. Menatapnya dengan tatapan datar.

"Itu berbeda! Pokoknya itu berbeda! Dasar, anak ingusan!" Entah kenapa, tapi pria tua itu sepertinya memiliki sifat cepat marah yang justru malah menambah keanehan pada dirinya. 

"Are you okay?" Raka membalas dengan logat english.

"Hah? Ayu bokek?" Ucap pria tua itu. Ia merasa bingung.

"Bukan ayu bokek! Tapi, are you okay? Itu artinya apa kau baik-baik saja?!" Teriak Raka. 

Ia malah terpancing dan ikut emosi. Tangannya sudah mengepal keras. Ingin rasanya ia segera meninju pria tua itu. 

"Oh, maaf. Aku tidak mengerti bahasa gaul anak muda jaman sekarang. Mereka sering kali menambahkan beberapa kosakata yang aneh," pikir pria tua yang sambil tertawa. 

"Ini namanya bahasa Inggris!" Ucap Raka. 

"Ngomong-ngomong pakaian apa yang  kau kenakan? Kenapa pakaiannya terlihat berbeda? Kau berasal dari mana, hah?" Tanya pria tua itu.

Raka baru sadar bila ia masih mengenakan seragam kerjanya. Ia langsung menjelaskan bila yang ia kenakan adalah salah satu seragam di tempatnya bekerja. Namun sayangnya, otak pria tua itu malah menanggapinya berbeda.

Raka baru menyadari bila beberapa detik yang lalu, ia masih berada di tempat kerja. Namun tiba-tiba ia terlempar ke tempat aneh itu.

"Hah? Seragam? Apa itu? Sejenis serangga, 'kah?" Tanya pria tua yang terlihat kebingungan.

"Ah, sudahlah…, terserah kau saja!" Raka terlihat sudah kelelahan meladeni kebodohan si pria tua itu.

"Ngomong-ngomong, ini di mana? Maksudku, apa nama tempat ini? Raka menoleh ke arah pria tua.

"Hah? Kau tidak mengenal nama tempat ini? Astaga! Apa mungkin kepalamu habis terbentur sesuatu?!" Pria tua itu langsung berdiri dan bergerak cepat memeriksa apakah ada luka di kepala Raka atau tidak.

Dengan cepat Raka segera mengusir pria tua itu. Ia merasa risih saat kepalanya dipegang oleh sosok asing.

"Aku tidak sedang bercanda! Sudah katakan saja ini di mana!" Ucap Raka.

Ia menjadi tambah kesal. Emosinya terus saja dibuat naik-turun, seakan ia sedang menaiki roller coaster. 

"Temperamenmu itu sangat buruk sekali," ucap pria tua itu sambil mengembuskan napas.

"Itu juga karena dirimu, bukan!" Raka menunjuk tajam ke arah si pria tua. 

"Baiklah, karena aku merasa kasihan padamu. Aku akan memberitahukannya," ucapnya.

"Kenapa nada bicaranya seakan sedang mengasihani diriku," guman Raka dalam hati.

Pria tua itu berdiri dengan gagahnya. Ia mengangkat kedua tangannya. Dadanya membusung ke depan dan kepala menoleh ke atas sedikit. Ia bicara dengan berapi-api.

"Kau sedang berada di sebuah pulau besar yang bernama Yawadwipa. Dan daerah ini bernama Beji!" Teriak pria tua itu.

"Biji?"

"Beji!"

"Iya, Biji, 'kan?" Raka bingung.

"B-e-j-i…, Beji! Bukan biji!" Pria tua itu yang malah gantian emosi. Ia bahkan sampai mengejanya.

"Terserah kau sajalah!" Kakek itu akhirnya menyerah dan kembali duduk bersila lagi. 

Raka tidak mengetahui nama dari daerah itu. Ia hanya pernah membaca bila Yawadwipa adalah sebutan kuno bagi pulau Jawa. Namun, wilayah bernama Beji tidaklah asing baginya.

Ia mengenal satu nama tempat yang persis sama dengan nama tempat asing itu.

"Apa ini daerah Beji, Depok?" Pikir Raka.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zhu Phi
Halo semuanya ... Ijin promosi ya thor... Mampir yuk ke PERJALANAN PENDEKAR TANGAN SATU. Kisah Rawindra yang berjuang menjadi Pendekar Pedang Terhebat dengan segala kekurangannya.
2023-10-05 01:15:06
2
user avatar
Donal Cobain Wilys
imajinasi yang liar, leh uga
2023-09-26 14:31:26
1
user avatar
Djisamsoe
Promosi mu di Ig keren Thor, bikin sendiri atau bagaimana?
2023-05-17 22:44:09
2
user avatar
Mangata
Semuanya, Mei ini author akan push untuk novel yang ini. baca terus kisah si Raka yak. humor, komedi, sedih, bahagia, tekad, keluarga dan masih banyak bumbu lainnya yang bakal bikin nikmat novel ini.
2023-05-02 11:33:30
2
user avatar
Mawar Mariani
Huahh baru netes langsung meluncur ke sini. Mantap thor!! Ditunggu up babnya .............
2023-04-13 20:24:42
4
user avatar
Rein212
Luar biasa Thor novel keduanya ............ lucu dan bikin ngakak
2023-04-13 19:48:54
5
user avatar
Aldho Alfina
Keren, Dugeon dengan
2023-04-13 17:52:55
5
user avatar
Mangata
Halo semuanya. Perkenalkan ini karya kedua saya. Raka menjelajahi dunia dengan bantuan sistem yang nyentrik dan gokil! Jangan lupa vote dan komentarnya, yah...
2023-04-13 17:04:25
6
107 Chapters
Terlempar Ke Yawadwipa
"Sial, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Raka. Kepalanya terasa sakit setelah terbentur sesuatu. Pandangan dari kedua matanya masih memburam. Ia masih berusaha memfokuskan kedua matanya untuk melihat sekelilingnya. Raka merasa bila dirinya seperti baru saja menaiki wahana ekstrim di taman hiburan.Ia masih menerka aroma yang ia cium dan apa yang ia sentuh dengan kedua tangannya. Semuanya seakan berbeda dari beberapa menit yang lalu. Rasa pusing yang menghinggapi kepalanya membuat Raka berpikir bila ia sedang bermimpi atau justru sedang berada di dunia lain..Ketika tangannya menyentuh benda di sekitarnya, Raka merasa ada sesuatu benda yang basah, lembek dan sedikit berserabut. Tangannya terus meraba hingga akhirnya Ia memutuskan untuk menoleh ke arah bawah. "Tanah?" Raka merasa heran. Raka juga menoleh ke arah sekelilingnya. Ia dikejutkan dengan penampakan pepohonan yang rindang nan lebat. Ia juga melihat ada kumpulan semak-semak yang mengerubungi sekitarnya. Angin yang menerpa t
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
Portal Gelombang Bencana
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" pria tua itu menoleh ke arah Raka."Raka–, Raka Sadendra." Ia menatap jauh ke arah perkampungan yang berada di ujung hutan. Namun perhatiannya malah terpancing ke arah kanannya. Ia melihat ada bangunan tinggi yang menjulang seperti gedung pencakar langit. Begitu tingginya hingga Raka bahkan tidak bisa melihat ujungnya. "Namaku adalah Ki Joko Gendeng. Aku adalah penghuni asli dari daerah sini. Bila kau butuh sesuatu, kau bisa bilang kepadaku," ucap si pria tua."Oh, apa otakmu sama gendengnya dengan namamu?" Sindir Raka. Ia tertawa kecil."Apa maksudmu?! Kau ingin bilang bila aku ini gila?!" Ki Joko Gendeng merasa gusar.Raka hanya memberikan senyuman ke pria tua itu. Ia tidak menunjukkan hal apa-apa lagi kecuali kepuasan hatinya setelah menghina pria tua itu. "Kakek, bangunan apa itu? Kenapa tinggi sekali?" Tanya Raka Sadendra.Ki Joko Gendeng menoleh ke arah bangunan yang ditunjuk oleh pemuda itu. Ia menjelaskan bila bangunan tersebut bernama menar
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
Pena Peminjam Barang
"Permintaan diterima!" Sosok itu mengkonfirmasi.JLEB!!!AAAARGH!!!Jeritan iblis bersayap terdengar begitu keras. Seketika organ dalam iblis tersebut terburai keluar bersamaan dengan darah hitam yang menggenang di permukaan tanah. Dalam hitungan detik, sang iblis menelan kekalahannya dan tewas ditempat setelah perutnya dipotong oleh gergaji mesin portabel yang di order oleh Raka Sadendra."Luar biasa, kau bisa berpikir, menulis dan bergerak dengan cepat. Aku salut pada semangatmu," ucap sosok pria berkumis."Ingat! Jangan pernah muncul tiba-tiba lagi dan memberi arahan selayaknya SPG dealer motor!" Teriak Raka. Ia merasa kesal dan terkejut."Demi apa pun, aku lemas…." Raka meletakkan gergaji mesin portabel di sampingnya. Ia tidak menyangka pena aneh bermotif batik itu bisa mengabulkan permintaannya. Namun beberapa saat kemudian, gergaji mesin yang ia pesan telah menghilang. "Siapa kau? Dan apa-apaan dengan pena ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Raka merasa bingung. "Perken
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
Bersembunyi Di Gua
DAR! DAR! DAR!Rentetan bunyi peluru yang melesak cepat dari ujung senapan menggema ke seluruh penjuru desa. Raka yang begitu ahli dalam hal game battle royal membabat habis lima iblis bersayap tanpa bersusah payah. "Bagaimana caranya memakai senjata ini!" Ki Joko Gendeng malah melarikan diri dari dua iblis bersayap.AAAARGH!!!Aji Pamungkas juga ikut melarikan diri dan lari ke arah yang berlawanan dari Ki Joko Gendeng. Ia melintasi gang kecil dan berusaha bersembunyi dari kejaran tiga iblis bersayap. "Majulah!" Teriak Raka.Ia begitu lihai dalam soal menembak karena dirinya pernah mengikuti latihan tembak amatir bersama temannya. Meski pun sedikit mahal untuk biaya pelatihannya. Namun ia menikmati masa-masa menembak sasaran yang masih berupa benda mati. Tapi untungnya kali ini ia bisa menembak sasaran hidup yang jauh lebih menguji adrenalinnya."Alright! Next target!" Teriak Raka.Ia membidik salah satu iblis bersayap yang mengejar Aji Pamungkas. Dengan mengandalkan scope ukuran
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
Desa Liwung
Surya bersinar begitu terang di ufuk timur. Hari baru telah tiba, namun ketika Aji Pamungkas sedang menyiapkan sarapan, Raka Sadendra justru masih meringkuk nyenyak di dalam selimutnya. Pekerja kantoran itu meminjam selimut dari dunianya dan tidur dengan nyenyak sampai kesiangan. Ia bahkan kalah dengan seorang anak berusia 10 tahun yang sudah bangun 3 jam lebih awal. "Raka, bangunlah. Sarapan sudah siap." Ki Joko Gendeng coba membangunkan si pemalas. "Hah…? Maaf, ada apa?" Ucap Raka.Ia baru membuka setengah kelopak matanya. Dirinya masih mengintip keberadaan Aji Pamungkas dan Ki Joko Gendeng."Bangun! Cepat makan dan kita bisa melanjutkan perjalanan ke Jakatira!" Bentak Ki Joko Gendeng.Ia sudah selesai dengan daging kelinci liar miliknya. Pria tua itu bahkan menggunakan batang kecil untuk mengeluarkan sisa daging dari gigi-giginya."Oke, aku bangun. Tolong jangan berteriak seperti ibuku. Aku masih mengalami jet lag karena tersesat di dunia bodoh ini," keluh Raka. Ia mencium ada a
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
Janji Raka Untuk Dyah Lokapala 
"Apa kita akan di sini sampai besok?" Tanya Raka. "Tidurlah, kau masih beruntung karena diberi tempat untuk tidur. Banyak orang asing yang memasuki desa Liwung yang pulang tanpa nyawa," ungkap Ki Joko Gendeng.Ia segera merebahkan dirinya di ranjang empuk. Mereka bertiga mendapatkan perlakuan spesial bukan karena si kepala desa adalah teman dari Ki Joko Gendeng. Melainkan karena Raka dan pernyataan revolusioner miliknya. Bagi kepala desa, Raka seperti manusia unik yang belum pernah ia temui. Ketika Raka mengucapkan hal itu, ia seperti melihat jiwa muda dirinya di dalam diri Raka Sadendra."Kuharap besok ia tidak menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak kita," ucap Raka. Ia melelapkan kedua matanya. Hanyut ke dalam alam mimpi. Namun ketika ia hendak menyelami dunia imajinasinya di alam mimpi, ada suara yang memanggilnya dengan aksen seperti siulan burung yang terus saja mengganggunya. Raka baru menyadari bila suara
last updateLast Updated : 2023-04-14
Read more
Sampai Di Rawa Tengkorak
"Raka, cepat bangun," sapa Ki Joko Gendeng. Kedua mata pemuda itu perlahan membuka. Meski ia masih mengantuk, Raka berusaha untuk segera sadar. Terlihat mulutnya sesekali masih menguap lebar. Ia langsung berdiri dan menoleh ke arah sekitar. "Cepat mandi, kita akan segera menemui kepala desa untuk pamit," ucap Ki Joko Gendeng. Aji Pamungkas dan Ki Joko Gendeng telah menyantap sarapan berupa nasi uduk sederhana buatan salah satu wanita yang ditugaskan menjaga mereka. "Jangan terburu-buru. Aku biasanya mandi sekitar satu jam. Banyak hal yang aku lakukan di kamar mandi," ungkap Raka. Ia segera bergegas menuju ke kamar mandi.Di lain tempat, Dyah Lokapala beserta para petinggi desa lainnya telah berada di balai desa untuk mempersiapkan sebuah acara khusus. Begitu banyak umbul-umbul yang terpasang menghiasi rumah-rumah dan jalan desa. Para penduduknya pun mengenakan pakaian terbaik mereka dan membawa
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more
Munculnya Iblis Air
Raka menulis sesuatu di telapak tangannya. Sembari ia menulis, Aji Pamungkas segera menyusul Ki Joko Gendeng untuk menyelamatkan istri Raka. "Astaga! Baru beberapa saat menjadi seorang suami, aku harus diuji dengan cara gila seperti ini!" Keluh Raka. Ki Joko Gendeng melemparkan tongkatnya ke arah akar itu. Namun sayangnya tidak mengenainya. "Ki, gunakan teknik bela dirimu!" Teriak Aji Pamungkas. "Teknik apa?! Jangan bicara yang tidak-tidak! Cepat raih saja tangan Dyah Lokapala!" Teriak Ki Joko Gendeng.Aji Pamungkas langsung mengejar tubuh Dyah Lokapala yang terus ditarik oleh akar itu. Dan ketika hendak masuk ke dalam sebuah kolam berukuran lumayan besar, Aji Pamungkas melompat dan segera menggenggam tangan dari wanita itu. "Dapat!" Ucap bocah itu. "Aji! Tolong jangan dilepas!" Dyah Lokapala merasa takut. Ia sampai menangis karena nasib buruknya. Di lain sisi, Raka segera berlari ke arah Aji dan Dyah Lokapala. Ia membawa gergaji mesin portabel untuk memotong akar berwarna hija
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more
Jakatira; Kota Para Pendekar
"Aku tinggal di ujung rawa ini. Ketika ada jeritan dari iblis air, aku segera bergegas kemari untuk melihatnya," ungkap Ki Sastro. "Oh, jadi kau tinggal di ujung rawa. Tapi tunggu dulu, kenapa kau bisa tinggal di sana?" Tanya Raka. Pikirannya mulai melalang buana ke berbagai kemungkinan. Ia tidak menyangka ada yang mau mendiami rawa kotor, bau, dan penuh dengan iblis. "Ceritanya panjang. Tapi aku sangat senang karena kalian berhasil mengalahkan iblis itu dan menyelamatkan rawa," ungkap Ki Sastro. Ketika keduanya masih berbincang, Aji Pamungkas, Ki Joko Gendeng, dan Dyah Lokapala menghampiri pria tua aneh yang berada di dekat Raka Sadendra. Dyah Lokapala merasa penasaran dengan sosok pria tua lusuh yang terlihat berantakan itu. "Maaf, Anda siapa? Kenapa ada di sini?" Tanya Dyah Lokapala."Oh, perkenalkan, ia adalah Ki Sastro. Beliau tinggal di ujung rawa ini. Ia bilang bisa mengantarkan kita ke kota Jakatira. Ia juga bilang kalau dirinya kenal dengan salah satu ketua klan pendekar,
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more
Bertamu Ke Kuil Surga
Mereka diantarkan oleh pemuda itu menuju ke sebuah kuil besar yang diperuntukkan untuk beribadah. Ternyata pemuda berkepala botak tersebut adalah salah satu anggota dari kuil tersebut. "Jadi kau adalah bagian dari kuil ini. Pantas saja, aku merasa ada yang aneh dengan caramu berpakaian," pikir Raka. "Maaf bila caraku berpakaian mengganggumu," ucap Jaka Tira. "Tidak, aku tidak merasa diganggu. Diriku cuma mengagumi bagaimana toleransi di dunia ini bisa terjalin begitu kuat. Berbeda dengan duniaku," ungkap Raka. "Apa maksudmu? Duniamu?" Jaka Tira tidak mengerti dengan ucapan Raka. "Tidak usah dipikirkan. Anggap saja guyonan bocah bodoh," timpal Ki Joko Gendeng yang langsung merangkul Jaka Tira. Dyah Lokapala segera menarik kerah baju suaminya. Ia membisikkan sesuatu di telinga Raka. "Jangan bicarakan duniamu kepada orang asing! Mereka akan menganggap kau itu mata-mata iblis! Mereka adalah para pendeta dari kuil surga. Kekuatan mantra mereka bisa menjatuhkan puluhan iblis hanya de
last updateLast Updated : 2023-05-02
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status