Share

Pena Peminjam Barang

Penulis: Mangata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-22 13:26:30

"Permintaan diterima!" Sosok itu mengkonfirmasi.

JLEB!!!

AAAARGH!!!

Jeritan iblis bersayap terdengar begitu keras. Seketika organ dalam iblis tersebut terburai keluar bersamaan dengan darah hitam yang menggenang di permukaan tanah. 

Dalam hitungan detik, sang iblis menelan kekalahannya dan tewas ditempat setelah perutnya dipotong oleh gergaji mesin portabel yang di order oleh Raka Sadendra.

"Luar biasa, kau bisa berpikir, menulis dan bergerak dengan cepat. Aku salut pada semangatmu," ucap sosok pria berkumis.

"Ingat! Jangan pernah muncul tiba-tiba lagi dan memberi arahan selayaknya SPG dealer motor!" Teriak Raka. Ia merasa kesal dan terkejut.

"Demi apa pun, aku lemas…." 

Raka meletakkan gergaji mesin portabel di sampingnya. Ia tidak menyangka pena aneh bermotif batik itu bisa mengabulkan permintaannya. Namun beberapa saat kemudian, gergaji mesin yang ia pesan telah menghilang. 

"Siapa kau? Dan apa-apaan dengan pena ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Raka merasa bingung. 

"Perkenalkan, namaku adalah Ki Demang. Aku adalah pemandu wisata bagi para turis yang telah membaca kalimat sakti di perkamen kuno."

"Hah?" Raka merasa bingung.

Ki Demang menjelaskan bila Raka telah membaca kalimat di perkamen kuno sebelum ia terlempar ke dunia aneh itu. Perkamen tersebut adalah sobekan kitab Wektu Parwa, yaitu kitab ruang dan waktu. 

Dalam perjanjian yang berada di dalam kitab Wektu Parwa, siapa pun yang membaca kalimat tersebut dapat membuka portal dimensi, ia akan mendapatkan akses VIP untuk bertahan hidup di dalam dunia yang dituju.

Ki Demang memberikan dan menjelaskan mengenai kemampuan pena kayu yang bisa digunakan oleh Raka untuk melakukan permintaan atau peminjaman barang ke dunia nyata. 

"Tunggu sebentar, jadi perkamen kuno yang kubaca adalah kalimat pembuka gerbang dimensi?" Raka merasa bodoh karena telah membacanya.

Ia baru mengingat hal itu setelah terlempar dan berbincang ria dengan salah satu pria tua bodoh. Perlahan Raka mulai mengingat kenapa ia bisa berada di dunia itu. 

"Benar sekali. Dan dunia ini akan menjadi tempat yang nyaman untukmu. Setidaknya untuk sementara waktu sebelum kau dikoyak oleh para iblis itu," pikir Ki Demang.

"Oke, aku paham. Lalu kau siapa? Maksudku, kau itu om jin? Peri? Bidadari? Android? A.I? Atau apa?" Raka Sadendra kembali bertanya.

"Aku adalah sukma yang disegel di dalam perkamen kuno itu. Anggaplah sebagai tour guide dalam sebuah perjalanan tour & travel," ucap Ki Demang.

Raka menghela napas. Otaknya tidak mampu menerima informasi gila yang baru saja diucapkan oleh sesosok om jin yang mengenakan pakaian beskap Jawa yang sering digunakan oleh anggota pagar bagus pada acara pernikahan. 

"Coba tenangkan pikiranmu dahulu. Selagi kau beristirahat, aku akan menjelaskan tata cara untuk hidup dan keluar dari dunia ini," ucap Ki Demang. Ia mengambil secarik kertas dari kantong bajunya.

"Oh, bagus. Bisa kita percepat ke bagian bagaimana caranya untuk pulang ke duniaku?" Raka menatap Ki Demang.

"Tidak bisa semudah itu, Bambang. Kau harus melakukan misi penting terlebih dahulu," ucap Ki Demang.

Ia menjelaskan bila salah satu misinya adalah Raka diharuskan membunuh seratus raja iblis yang berada di menara Kalpawreksa dan mengucapkan permintaanmu tepat di atas puncak menara.

"Namaku Raka, bukan Bambang!" Bentak Raka sambil menunjuk ke arah om jin itu.

Ki Demang menjelaskan bila ia memberikan pena kayu bermotif batik sebagai senjata utama yang bisa digunakan oleh Raka. 

Dengan pena itu, Raka bisa meminjam atau meminta barang dari dunianya. Dan setelah tujuan dari meminjam atau permintaan barang itu tercapai, maka barang tersebut akan langsung menghilang.

"Tunggu sebentar. Maksudmu bila aku meminjam nuklir, setelah nuklir meledak, maka nuklir itu akan kembali ke  duniaku lagi?" Tanya Raka. Ia meminta penjelasan.

"Ada batasan pada meminjam atau meminta barang. Senjata api yang diperbolehkan adalah granat, pistol berbagai jenis, dan senapan laras panjang seperti shotgun. Selebihnya seperti rudal, atau nuklir tidak diperbolehkan," jelas Ki Demang.

"Oh, bagus. Sepertinya kau mengambil referensi dari game battle royal di smartphone. Baiklah aku mengerti. Jadi tidak ada batasan bagiku untuk meminjam yang lainnya, bukan?" Raka coba mengkonfirmasi.

"Kau juga tidak boleh meminjam nyawa atau manusia dari duniamu," tambah Ki Demang. 

Tata cara meminjam tersebut hanya diperuntukkan untuk barang yang bisa dikembalikan lagi. Tidak boleh barang yang setelah dipakai langsung hancur dan tidak bisa dikembalikan. Atau pun nyawa dan makhluk hidup yang berakibat fatal.

"Bagus, aku paham." Raka kembali berdiri. Ia khawatir dengan Ki Joko Gendeng yang entah ke mana perginya.

"Bila kau butuh penjelasan lainnya, tekan saja biji di gelang tasbih Jenitri itu. Aku bersemayam di sana. Bila sudah selesai, aku pamit." Ki Demang menghilang secara perlahan. Ia menjadi cahaya dan masuk kembali ke dalam gelang Jenitri. 

Raka baru sadar akan gelang Jenitri yang ia kenakan. Dengan cepat ia segera bergegas untuk menuju ke arah Ki Joko Gendeng. 

AAAARGH!!!

HUSH! HUSH!

Ki Joko Gendeng mencoba mempertahankan dirinya dengan mengusir dua iblis bersayap dengan sebuah batang kayu panjang yang ia pungut. 

"Dasar iblis! Pergi sana! Hush! Hush!" Teriak pria tua itu.

Ia menghalau setiap cakar dari kedua iblis bersayap yang ingin menarik manja kulit keriputnya. 

DUAR!

DUAR!

Dua kali tembakan mengenai bagian samping iblis bersayap dan membuat mereka berdua langsung jatuh terkapar. Keduanya tewas seketika. 

"Apa itu tadi?!" Ki Joko Gendeng baru pertama kalinya mendengar suara senapan shotgun yang ditembakkan oleh Raka Sadendra.

"Tidak headshot, namun tembakanku lumayan juga karena telah berhasil mengenai dua kelelawar itu." Raka menghampiri Ki Joko Gendeng yang terlihat panik dan bingung.

"Apa kau yang membunuh mereka? Ba–bagaimana caranya? Dan apa itu yang kau genggam di tanganmu?" Tanya Ki Joko Gendeng.

"Ini namanya senjata api laras panjang, atau nama gaulnya, shotgun," ucap Raka. 

Tak lama setelah ia menggunakan shotgun tersebut, senjata itu menghilang. Waktu peminjaman barang telah habis setelah fungsi shotgun tersebut telah dilakukan. 

"Senjatanya hilang?!" Ki Joko Gendeng terbelalak.

"Yah, begitulah resiko bila meminjam barang. Selalu ada durasi waktu pengembaliannya, tapi tidak berlaku untuk meminjam uang," ungkap Raka.

Pemuda itu segera menoleh ke arah tebing tadi. Ia merasa khawatir dengan para warga desa yang berada di ujung hutan.

Keduanya kembali menuju ke pinggir tebing dan mereka terkejut dengan penampakan asap hitam yang mengepul ke langit. Sumber dari asap itu bukan hanya dari satu titik saja, melainkan lebih dari sepuluh titik. 

"Portal dimensinya masih terbuka, sepertinya para iblis itu sedang menjarah desa lainnya," ucap Ki Joko Gendeng.

Dirinya merasa takut akan penampakan desa yang telah berubah menjadi kuburan massal. 

"Seandainya ada rudal jarak jauh, aku bisa menembak portal dimensi itu dan meledakkan semua iblis di dalamnya," pikir Raka.

"Hei, kenapa kau sering bicara ngawur?"Sindir Ki Joko Gendeng. Ia menoleh ke pemuda itu. 

"Lebih baik kita melihat desa itu. Mungkin masih ada orang yang hidup," pikir Raka. Ia tidak peduli dengan ocehan si pria tua.

"Aku tidak berminat bertamu ke desa itu, namun bila kita tetap berada di sini saat para iblis itu kembali, maka nyawa kita yang akan dalam bahaya. Baiklah, aku ikut," ucap Ki Joko Gendeng.

Mereka akhirnya menuruni tebing melewati jalan memutar. Butuh waktu untuk menjelajahi lebatnya hutan di bawah tebing.

"Jadi, bagaimana caramu menggunakan senjata dari duniamu?" Tanya Ki Joko Gendeng. 

Ia sudah mendengar penjelasan dari Raka mengenai dirinya yang tidak berasal dari dunia Yawadwipa. Namun sampai saat ini, Raka masih belum ingin memberitahu tentang dunia asalnya.

"Itu rahasia. Lagi pula hanya aku yang bisa menggunakannya," ucap Raka. 

Akhirnya mereka sampai di pintu masuk desa. Keduanya terkejut saat melihat begitu banyak bagian organ dalam dan darah segar yang berceceran di atas permukaan tanah. 

Saat jalan sedikit memasuki desa, banyak potongan tubuh seperti kepala, tangan, kaki atau perut yang berserakan di jalan-jalan.

"Inilah yang disebut sebagai makan besar sampai kenyang," ucap Ki Joko Gendeng. Ia menoleh ke sana kemari dan hanya melihat potongan mayat saja.

"Mukbang ala iblis . Ini sungguh luar biasa. Bahkan baunya sudah mulai amis. Kuharap para iblis itu tahu caranya menggosok gigi," sindir Raka.

Ia berhenti pada satu rumah yang masih tertutup rapat. Namun ketika ia ingin mendekat, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang keluar dari dalam rumah sambil berlari dan menodongkan garpu besar ke arah Raka. 

MATI KAU!!!

Dengan cepat, Raka menghindari serangan dari anak itu. 

"Hei, hati-hati dengan benda itu!" Raka berteriak.

"Ternyata masih ada yang hidup," ucap Ki Joko Gendeng. Ia menghampiri anak laki-laki itu. Dengan raut wajah santai.

"Di mana iblisnya?! Cepat beritahu aku!" Anak itu terlihat begitu gusar.

"Tenanglah, mereka sedang berwisata kuliner ke desa sebelah." Raka mencoba mengambil garpu besar yang dipegang oleh bocah tersebut.

"Siapa namamu?" Tanya Ki Joko Gendeng.

"Aji Pamungkas," jawab bocah itu.

"Berlindung!" Raka menoleh ke atas langit, ia melihat ada sepuluh iblis bersayap yang datang beriringan menuju ke arah mereka. 

Raka Sadendra segera menulis sesuatu di lengan kirinya. "Aku pinjam tiga senjata M416, full armor dan juga dua buah granat."

"Pesanan diterima, segera dikirim." Terdengar sebuah suara dari telinga Raka. 

Dengan cepat, Raka Sadendra, Ki Joko Gendeng dan Aji Pamungkas memegang senjata M416 masing-masing di genggaman tangannya.

"Mari kita bantai para hama ini!" 

Bab terkait

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Bersembunyi Di Gua

    DAR! DAR! DAR!Rentetan bunyi peluru yang melesak cepat dari ujung senapan menggema ke seluruh penjuru desa. Raka yang begitu ahli dalam hal game battle royal membabat habis lima iblis bersayap tanpa bersusah payah. "Bagaimana caranya memakai senjata ini!" Ki Joko Gendeng malah melarikan diri dari dua iblis bersayap.AAAARGH!!!Aji Pamungkas juga ikut melarikan diri dan lari ke arah yang berlawanan dari Ki Joko Gendeng. Ia melintasi gang kecil dan berusaha bersembunyi dari kejaran tiga iblis bersayap. "Majulah!" Teriak Raka.Ia begitu lihai dalam soal menembak karena dirinya pernah mengikuti latihan tembak amatir bersama temannya. Meski pun sedikit mahal untuk biaya pelatihannya. Namun ia menikmati masa-masa menembak sasaran yang masih berupa benda mati. Tapi untungnya kali ini ia bisa menembak sasaran hidup yang jauh lebih menguji adrenalinnya."Alright! Next target!" Teriak Raka.Ia membidik salah satu iblis bersayap yang mengejar Aji Pamungkas. Dengan mengandalkan scope ukuran

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Desa Liwung

    Surya bersinar begitu terang di ufuk timur. Hari baru telah tiba, namun ketika Aji Pamungkas sedang menyiapkan sarapan, Raka Sadendra justru masih meringkuk nyenyak di dalam selimutnya. Pekerja kantoran itu meminjam selimut dari dunianya dan tidur dengan nyenyak sampai kesiangan. Ia bahkan kalah dengan seorang anak berusia 10 tahun yang sudah bangun 3 jam lebih awal. "Raka, bangunlah. Sarapan sudah siap." Ki Joko Gendeng coba membangunkan si pemalas. "Hah…? Maaf, ada apa?" Ucap Raka.Ia baru membuka setengah kelopak matanya. Dirinya masih mengintip keberadaan Aji Pamungkas dan Ki Joko Gendeng."Bangun! Cepat makan dan kita bisa melanjutkan perjalanan ke Jakatira!" Bentak Ki Joko Gendeng.Ia sudah selesai dengan daging kelinci liar miliknya. Pria tua itu bahkan menggunakan batang kecil untuk mengeluarkan sisa daging dari gigi-giginya."Oke, aku bangun. Tolong jangan berteriak seperti ibuku. Aku masih mengalami jet lag karena tersesat di dunia bodoh ini," keluh Raka. Ia mencium ada a

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Janji Raka Untuk Dyah Lokapala 

    "Apa kita akan di sini sampai besok?" Tanya Raka. "Tidurlah, kau masih beruntung karena diberi tempat untuk tidur. Banyak orang asing yang memasuki desa Liwung yang pulang tanpa nyawa," ungkap Ki Joko Gendeng.Ia segera merebahkan dirinya di ranjang empuk. Mereka bertiga mendapatkan perlakuan spesial bukan karena si kepala desa adalah teman dari Ki Joko Gendeng. Melainkan karena Raka dan pernyataan revolusioner miliknya. Bagi kepala desa, Raka seperti manusia unik yang belum pernah ia temui. Ketika Raka mengucapkan hal itu, ia seperti melihat jiwa muda dirinya di dalam diri Raka Sadendra."Kuharap besok ia tidak menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak kita," ucap Raka. Ia melelapkan kedua matanya. Hanyut ke dalam alam mimpi. Namun ketika ia hendak menyelami dunia imajinasinya di alam mimpi, ada suara yang memanggilnya dengan aksen seperti siulan burung yang terus saja mengganggunya. Raka baru menyadari bila suara

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Sampai Di Rawa Tengkorak

    "Raka, cepat bangun," sapa Ki Joko Gendeng. Kedua mata pemuda itu perlahan membuka. Meski ia masih mengantuk, Raka berusaha untuk segera sadar. Terlihat mulutnya sesekali masih menguap lebar. Ia langsung berdiri dan menoleh ke arah sekitar. "Cepat mandi, kita akan segera menemui kepala desa untuk pamit," ucap Ki Joko Gendeng. Aji Pamungkas dan Ki Joko Gendeng telah menyantap sarapan berupa nasi uduk sederhana buatan salah satu wanita yang ditugaskan menjaga mereka. "Jangan terburu-buru. Aku biasanya mandi sekitar satu jam. Banyak hal yang aku lakukan di kamar mandi," ungkap Raka. Ia segera bergegas menuju ke kamar mandi.Di lain tempat, Dyah Lokapala beserta para petinggi desa lainnya telah berada di balai desa untuk mempersiapkan sebuah acara khusus. Begitu banyak umbul-umbul yang terpasang menghiasi rumah-rumah dan jalan desa. Para penduduknya pun mengenakan pakaian terbaik mereka dan membawa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-21
  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Munculnya Iblis Air

    Raka menulis sesuatu di telapak tangannya. Sembari ia menulis, Aji Pamungkas segera menyusul Ki Joko Gendeng untuk menyelamatkan istri Raka. "Astaga! Baru beberapa saat menjadi seorang suami, aku harus diuji dengan cara gila seperti ini!" Keluh Raka. Ki Joko Gendeng melemparkan tongkatnya ke arah akar itu. Namun sayangnya tidak mengenainya. "Ki, gunakan teknik bela dirimu!" Teriak Aji Pamungkas. "Teknik apa?! Jangan bicara yang tidak-tidak! Cepat raih saja tangan Dyah Lokapala!" Teriak Ki Joko Gendeng.Aji Pamungkas langsung mengejar tubuh Dyah Lokapala yang terus ditarik oleh akar itu. Dan ketika hendak masuk ke dalam sebuah kolam berukuran lumayan besar, Aji Pamungkas melompat dan segera menggenggam tangan dari wanita itu. "Dapat!" Ucap bocah itu. "Aji! Tolong jangan dilepas!" Dyah Lokapala merasa takut. Ia sampai menangis karena nasib buruknya. Di lain sisi, Raka segera berlari ke arah Aji dan Dyah Lokapala. Ia membawa gergaji mesin portabel untuk memotong akar berwarna hija

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-22
  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Jakatira; Kota Para Pendekar

    "Aku tinggal di ujung rawa ini. Ketika ada jeritan dari iblis air, aku segera bergegas kemari untuk melihatnya," ungkap Ki Sastro. "Oh, jadi kau tinggal di ujung rawa. Tapi tunggu dulu, kenapa kau bisa tinggal di sana?" Tanya Raka. Pikirannya mulai melalang buana ke berbagai kemungkinan. Ia tidak menyangka ada yang mau mendiami rawa kotor, bau, dan penuh dengan iblis. "Ceritanya panjang. Tapi aku sangat senang karena kalian berhasil mengalahkan iblis itu dan menyelamatkan rawa," ungkap Ki Sastro. Ketika keduanya masih berbincang, Aji Pamungkas, Ki Joko Gendeng, dan Dyah Lokapala menghampiri pria tua aneh yang berada di dekat Raka Sadendra. Dyah Lokapala merasa penasaran dengan sosok pria tua lusuh yang terlihat berantakan itu. "Maaf, Anda siapa? Kenapa ada di sini?" Tanya Dyah Lokapala."Oh, perkenalkan, ia adalah Ki Sastro. Beliau tinggal di ujung rawa ini. Ia bilang bisa mengantarkan kita ke kota Jakatira. Ia juga bilang kalau dirinya kenal dengan salah satu ketua klan pendekar,

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Bertamu Ke Kuil Surga

    Mereka diantarkan oleh pemuda itu menuju ke sebuah kuil besar yang diperuntukkan untuk beribadah. Ternyata pemuda berkepala botak tersebut adalah salah satu anggota dari kuil tersebut. "Jadi kau adalah bagian dari kuil ini. Pantas saja, aku merasa ada yang aneh dengan caramu berpakaian," pikir Raka. "Maaf bila caraku berpakaian mengganggumu," ucap Jaka Tira. "Tidak, aku tidak merasa diganggu. Diriku cuma mengagumi bagaimana toleransi di dunia ini bisa terjalin begitu kuat. Berbeda dengan duniaku," ungkap Raka. "Apa maksudmu? Duniamu?" Jaka Tira tidak mengerti dengan ucapan Raka. "Tidak usah dipikirkan. Anggap saja guyonan bocah bodoh," timpal Ki Joko Gendeng yang langsung merangkul Jaka Tira. Dyah Lokapala segera menarik kerah baju suaminya. Ia membisikkan sesuatu di telinga Raka. "Jangan bicarakan duniamu kepada orang asing! Mereka akan menganggap kau itu mata-mata iblis! Mereka adalah para pendeta dari kuil surga. Kekuatan mantra mereka bisa menjatuhkan puluhan iblis hanya de

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Pertemuan Para Klan Pendekar

    Perjanjian Raka dengan Jaka Tira segera direalisasikan. Pendeta muda itu memandu Raka untuk memasuki pusat kota. Ia memberikan jubah hitam bertudung yang dipakai Raka saat ini untuk menutupi jati dirinya. Barisan bintang serta purnama menjadi saksi keberanian keduanya. "Apa di bangunan itu?" Tunjuk Raka ke salah satu bangunan besar berlantak tiga. "Kau benar. Lihatlah, para penjaga dan beberapa pendekar dari beberapa klan sudah berkumpul. Mereka semua akan menunggu keputusan para ketuanya yang akan mengadakan pertemuan di dalam bangunan itu," ucap Jaka Tira. "Lalu bagaimana caranya kita masuk ke dalam?" Tanya Raka. Jaka Tira langsung memegang pundak pemuda itu. Ia berkonsentrasi penuh dan memejamkan kedua matanya. Teknik berpindah tempat yang disebut juga teleportasi dilakukan oleh Jaka Tira. Ia pernah masuk ke bangunan itu. Dengan mengingat seluk beluk ruangan di dalam bangunan, ia bisa memproyeksikan penglihatannya untuk berpindah ke tempat itu. Alhasil, ia dan Raka sekarang be

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02

Bab terbaru

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Akhir Yang Tak Terduga [TAMAT]

    Dengan kesempatan yang terakhir ini, Raka mengaktifkan seluruh energi yang dikumpulkan olehnya. Bahkan energi dari setiap penduduk, prajurit dan para pendekar di setiap klan pun ikut merasuk ke dalam diri pemuda itu dan membantu tercapainya teknik pamungkas milik Raka. Namun ketika proses pemurnian Raja iblis Sin dimulai, gelagat aneh ditunjukkan oleh iblis itu. Ia justru memancarkan dan meluapkan seluruh energi besar dari enam elemen keabadian di dalam dirinya. Bola energi berwarna merah tua menyelimuti tubuh Sin, di mana bola tersebut tumpang tindih dengan selubung waktu milik Raka. "Kau ingin mengubah realita kembali, 'kan?!" Sin menyeringai sambil menatap lawannya dengan tajam. "Kali ini, bukan hanya kau yang akan mengubah realita. Aku juga akan menciptakan realita baru!" Sin ternyata juga memiliki rencana pamungkasnya sendiri. Ia mengaktifkan selubung energi berubah gelang Eternity di sekitar bola energi miliknya. Enam gelang keabadian yang masing-masing menyimbolkan satu el

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Segel Enam Penjuru Waktu

    Tubuh Raka sulit untuk digerakkan. Ia terjebak di dalam teknik milik Sin. Kedua telapak tangannya hingga bahu terasa kesemutan. Ia tahu bila Sin menarik jiwa dirinya melalui kedua tangannya terlebih dahulu. Ini dilakukan agar Raka tidak melakukan perlawanan lagi. "Tidak bisa kupercaya! Kau menggunakan gabungan seluruh elemen keabadian sekaligus," ungkap Raka. "Kau memiliki kekuatan yang bakal merepotkanku. Sudah seharusnya aku membunuhmu terlebih dahulu." Sin menarik perlahan jiwa dari pemuda itu. Tidak ada perlawanan dari Raka yang membuat jiwanya terambil dan keluar perlahan dengan begitu cepat. Namun, Ki Demang yang tahu akan hal itu muncul tepat di samping kanan Raka. Ia meminjam energi satu tasbih Wektu Alam milik Raka dan membuat teknik segel milik Jayabhaya. Raka sengaja mengajarkan Ki Demang cara menggunakan segel khusus dan mampu mengakses kekuatannya. Ia tahu, untuk menang, Raka perlu menggunakan cara lebih kotor dari yang dilakukan oleh Sin. Dengan segel yang dibuat ol

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Wujud Sempurna Raja Iblis Sin

    Pertempuran antara dua makhluk yang telah diramalkan pun terjadi. Raka melepaskan seluruh energi besar di dalam tubuhnya. Ia mengenakan zirah Wektu Parwa yang di mana berbeda dengan jubahnya kala itu. Zirah tersebut merangkap dan bergabung dengan jubahnya dan membentuk armor khusus. Armor ini dilindungi oleh teknik segel milik Jayabhaya, lalu potongan jubah dari Raka dilindungi oleh kekuatan ruang dan waktu dari kitab Wektu Parwa. Ki Demang yang berdiri di samping pemuda itupun menyatukan diri dengan Raka untuk mengatur energi yang diserap oleh pemuda itu. Yah, benar… Raka membuka seluruh titik cakra di tubuhnya untuk menghisap energi alam disekitarnya. Ia juga meninggalkan sepuluh bayangan dirinya yang berada diluar menara Kalpawreksa. Mereka duduk bersila dan dilindungi oleh bola waktu. Tugasnya mudah, yaitu untuk menghisap energi alam di sekitarnya, lalu di transfer ke tubuh Raka melalui teknik ruang. Rambut dari pemuda

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Raka Datang Menghadapi Sin

    Tiba-tiba Sin datang dan mencengkeram wajah sepupunya. Iblis itu melemparkan Indrajit ke arah yang berbeda hingga menghantam beberapa pepohonan di hutan. "–kau!" Adityawarman merasa gusar. Amarahnya kian mendidih ketika melihat iblis itu. "Manusia yang sudah terluka, lemah dan tidak berdaya lebih pantas untuk mati!" Sin menciptakan bola partikel berwarna hitam pekat yang dipenuhi oleh bintik-bintik cahaya seperti penggambaran bintang-bintang di galaksi. Energi bola hitam itu sama besarnya dengan kekuatan sepuluh raja iblis di lantai bawah. JANGAN!!!HENTIKAN!!!Teriakan Indrajit memecahkan keheningan hutan yang baru ia hantam. Dengan cepat, ia berpindah tempat dan menembakkan energi miliknya ke arah energi bola hitam milik Sin yang juga telah dihempaskan ke arah Adityawarman. DUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Ledakan besar tercipta hingga membumbung tinggi membentuk awan jamur berwarna putih. Gelombang kejut yang dihasilkan dari ledakan itu menyapu data sekitar dan menggulung permukaan

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Sin; Raja Iblis Di Dua Lantai

    Raja iblis sembilan puluh sembilan mampu memanipulasi ruang seperti Raka. Namun kekuatan yang sesungguhnya masihlah ia sembunyikan. Ia bukan hanya memiliki kecerdikan, namun juga dijuluki sang dewa perang. Sebenarnya, Sin, Indrajit dan Nintinugga dijuluki tiga pewaris yang nantinya akan menggantikan kedudukan raja ke seratus. Salah satu dari mereka bakal dinobatkan menjadi penggantinya. Namun Indrajit yang sedari awal sudah tahu rencana Sin yang sesungguhnya memilih untuk memberontak dan kabur dari lantai seratus. "Bagaimana rasanya kehilangan seluruh anggota keluargamu, terutama ayahmu? Realita yang ada di dalam menara Kalpawreksa telah berubah sepenuhnya. Aku sangat muak dengan teknik pengubah realita ini! Jangan salah paham, aku tidaklah bodoh seperti Raja lainnya. Aku tahu tentang teknik temanmu itu," ungkap Sin. "Bila kau sudah tahu tentang teknik itu, maka seharusnya kau sudah tahu bila akhirmu akan segera tiba," balas Indrajit Mahashura. "Jangan bercanda. Kau tahu aku lebi

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Warisan Sang Jayabhaya

    "Aku tidak mau mati sendirian!" Ungkap Nintinugga yang ternyata masih hidup. Namun sebagian tubuhnya meleleh bagaikan lilin yang dipanaskan. Terlihat di bagian kepala sebelah kanannya ada jantungnya yang berdetak. Iblis itu telah kehilangan seluruh kekuatannya. Dan yang tersisa tinggalah dirinya sendiri. Ia menusuk Raka dengan pedang darah miliknya. "Si–sial! Aku tidak melihat kedatangannya!" Raka terjatuh ke bawah karena ia kehilangan keseimbangannya. Ki Demang yang berubah menjadi elang pun segera berubah wujud menjadi manusia yang mengenakan zirah bercahaya. Ia mencengkeram erat kepala dari iblis Nintinugga dan menghancurkannya menggunakan teknik portal waktu yang diperbesar hingga menghancurkan tubuh iblis itu. KURANG AJAR!!!Terdengar teriakan keras sebelum Nintinugga tewas sepenuhnya. Iblis itu bisa begitu mudah dibunuh karena sudah tidak ada lagi energi yang dimilikinya.Namun di lain piha

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Iluminasi Realitas! 

    "Ini gawat! Apa yang harus kita lakukan!" Raka melihat para batu meteor itu kian mendekat. "Mereka semua akan menghantam di lima tempat yang berbeda. Akan sangat menyulitkan untuk menghancurkan mereka," pikir Jayabhaya. "Jangan menyerah!" Aku akan menghentikan tiga meteor yang menuju ke medan perang, Medang Raya dan hutan Alas Siluman. Lalu kau hentikan dua lainnya yang menuju ke Sundapura dan Jakatira." Raka menggunakan teknik pamungkasnya, ia mengenakan jubah Wektu Parwa. Jayabhaya segera menyerahkan urusan di situ kepada temannya. Ia segera berpindah tempat ke Jakatira terlebih dahulu. Daratan yang telah dipenuhi oleh darah milik Nintinugga menjadi mati total. Tumbuhan dan para hewan yang berada di hutan pun mati seketika. Hutan Alas Siluman yang dijaga oleh kubah pelindung Wektu Parwa pun juga ikut terkena imbasnya. Kubah pelindung yang menjaga hutan itu bocor dan membuat tumpahan rintikan air hujan darah masuk ke dalam hutan. Kubah cahaya yang diciptakan oleh Jayabhaya untu

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Wujud Asli Nintinugga 

    Ia mencekik pemuda itu dengan tangan kanannya, lalu menciptakan tombak dari darahnya menggunakan tangan kiri. Nintinugga menusukkan tombak itu ke dada Raka hingga tembus ke belakang. JLEB!!!"Uhuk!" Raka muntah darah. Ia tidak menyangka bila kecepatan dari Nintinugga bertambah menjadi berkali-kali lipat. "Aku bersumpah akan sangat menikmatinya ketika membunuhmu!" Nintinugga melemparkan tubuh Raka bersama dengan tombaknya yang masih menusuk tubuh pemuda itu. WUSH!!!BRAK!!!Tubuh Raka tergeletak lemas di atas tanah. Tombak darah itu telah membuatnya membusuk secara cepat. Kecepatan penyebaran racunnya pun sepuluh kali lebih cepat daripada kasus Arya Wisungsang. "Aku akan membunuhmu dengan tersenyum lebar!" Nintinugga menciptakan empat pilar raksasa seluas beberapa hektar yang mengelilingi dirinya dan Raka. "Teknik darah; segel pengekang empat penjuru!" Dengan segel itu, Raka tidak akan bisa pergi ke mana pun. Dan perlahan-lahan segel tersebut menutup dan membentuk bangunan kubus

  • Tersesat Di Dunia Pendekar    Bala Bantuan Yang Tak Terduga

    Ki Joko Gendeng, Aji Pamungkas dan Dyah Lokapala yang menyaksikan hal itu tampak terkejut. Ia tidak menyangka bila sosok yang muncul di hadapan mereka bisa tiba-tiba datang. Hal tersebut justru memicu kemarahan dari iblis Nintinugga. Ia terlihat gusar akan kemunculan dua orang itu. "Siapa kalian! Beraninya mengambil mangsaku!" Bentaknya. "Aku? Kau ingin tahu siapa aku?" Ia berbalik dan memandang wajah si iblis. "Jangan tersenyum seakan kau itu kuat!" Nintinugga memaki pemuda itu. "Aku memang sangat kuat hingga mampu menghapus realita di seluruh menara Kalpawreksa," ungkap Raka. Ia berhasil datang tepat waktu dengan menggunakan teknik segel dimensi milik Jayabhaya. Kedatangannya ke medan perang itu karena Jayabhaya melihat kilasan masa depan tentang kemunculan iblis wanita di tengah-tengah medan perang. Ia membuat rencana ulang dan mengubah tim menjadi dua bagian. Dirinya bersama Jayabhaya akan menghadapi Nintinugga, sedangkan Indrajit dan Adityawarman akan melawan Sin, si raja ib

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status