All Chapters of Dalam Genggaman Sang Raja: Chapter 111 - Chapter 120
239 Chapters
Bab 111 Ketulusan Cinta Selena
Seorang wanita berambut pirang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Wajahnya terlihat gelisah. Tangan kanannya mengepal menghantam telapak tangan kiri. Berkali-kali dia menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan, juga mengatur napas, tetapi tidak membuatnya tenang sedikit pun. Tidak lama kemudian pengawal di luar pintu mengabarkan kedatangan suami wanita itu, pangeran mahkota kerajaan Kosmimazh. Buru-buru wanita berambut pirang duduk dengan tenang di sofa panjang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Hormat kepada Pangeran Mahkota." Wanita itu kembali berdiri dan menyambut kedatangan suaminya. Seolah-olah dia telah menunggu dengan tidak sabar. Para penandu Fasya membawanya mendekati Selena. Kini keduanya duduk berhadapan. Setelah itu Fasya memberikan isyarat dengan lambaian tangan kepada para penandu untuk menunggunya di luar ruangan. "Yang Mulia ...." Selena menunjukkan wajah sedihnya tanpa malu-malu. Dari pelupuk matanya mengalir cairan bening penuh kepedihan. "Saya
Read more
Bab 112 Ungkapan Cinta Dafandra
Pagi yang cerah membuat suasana hati ratu menjadi lebih baik. Dengan semangat, wanita nomor satu di kerajaan Kosmimazh itu berjalan menuju ke ruangan putranya. Ada sebuah bingkisan kecil yang akan dia berikan kepada sang menantu. Bingkisan itu ratu dapatkan dari seorang pelayan senior. Dia sangat percaya dengan kinerja wanita paruh baya yang sejak lama mengikutinya. Ini adalah salah satu bagian dari strategi ratu untuk segera mendapatkan cucu. Tidak jauh dari pintu kamar Dafandra, ratu mendengar sedikit perdebatan putra dan menantunya. Akan tetapi, ketika menyadari ada orang di balik pintu, suasana di dalam kamar kembali tenang. "Hormat kepada Yang Mulia Ratu," ucap Alisya dan Dafandra bersamaan."Bagaimana keadaanmu, Alisya?" Ratu menyapa ramah."Saya rasa sudah lebih baik.""Syukurlah." Sebuah senyuman kebahagiaan terlukis di bibir ratu. Wajah ratu menoleh memandang putranya. "Ajaklah Alisya jalan-jalan agar dia tidak bosan.""Baik, Ibunda.""Oh ya, aku membawakan bingkisan untu
Read more
Bab 113 Aku mencintaimu
Seolah waktu berhenti bergerak. Alisya sedikit tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Pangeran itu telah mempersiapkan diri sejak lama untuk mengutarakan cinta. Bukankah ini terlalu terburu-buru? Alisya terlihat gugup. Baru saja putri dari kerajaan Crysozh itu akan menikmati indahnya ribuan lampion menyerbu langit, tetapi ucapan Dafandra justru membuatnya kembali dalam ketegangan. "Alisya, kamu tidak mendengarkanku?""Ah ... iya, Yang Mulia.""Aku mencintaimu, dengar sekali lagi, aku mencintaimu." Dafandra memang tidak ahli dalam hal percintaan. Dia tidak pernah berkencan atau mengutarakan perasaannya. Pangeran itu menunggu Alisya untuk mengucapkan sesuatu atau sepatah kata. "Yang Mulia ... kenapa begitu terburu-buru? Bukankah kita ingin menikmati lampion festival Nikiniki?" Dafandra mengernyitkan dahi. Apa yang Alisya katakan justru tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Jauh-jauh hari sang pangeran mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaannya, sayangnya Alisya justru ha
Read more
Bab 114 Insiden Di Perjamuan Malam
"Alisya ...." Dafandra sedikit ragu untuk melanjutkan kata-katanya. "Ya.""Jadi kamu setuju untuk memberiku seorang putra?" Alisya tersenyum simpul dan memandang lekat Dafandra. Putri itu tidak lagi terlihat gugup. "Asalkan Yang Mulia serius dengan hubungan ini, aku bersedia.""Aku bersungguh-sungguh. Maafkan aku atas perlakuanku sebelumnya.""Ya, aku juga meminta maaf.""Mulai hari ini tidak ada lagi aku dan kamu, tetapi kita." Alisya tersenyum haru. Tanpa sadar tangan lembut Alisya menyentuh pipi Dafandra yang mulai ditumbuhi bulu. "Yang Mulia terlalu sibuk merawatku sampai lupa untuk bercukur.""Apa kamu masih ingin memanggilku yang mulia?""Tentu saja. Lidahku sudah terbiasa." Sepasang suami-istri itu tertawa bersama. Kebahagiaan telah membanjiri hati keduanya. Juga perasaan cinta yang menggebu bagaikan pengantin baru. Ketika Dafandra ingin melepaskan hasratnya kepada Alisya, putri berambut merah itu mencegahnya. "Jangan di kereta." Alisya menggigit bibir bawahnya. Dengan le
Read more
Bab 115 Jebakan Untuk Alisya
Sekelompok prajurit segera mengamankan pelaku penembakan pangeran mahkota dan isterinya. Bersamaan dengan itu tim medis segera membawa korban ke ruang kesehatan. Ruangan perjamuan berubah mencekam seketika. Raja memerintahkan para penjaga untuk menutup segala akses keluar masuk ruangan tersebut. Alisya menatap wajah Dafandra. Pangeran itu terlihat terkejut. Entah kenapa, Alisya merasa Dafandra bukan dalang perbuatan itu. Akan tetapi, orang yang pertama kali dicurigai sebagai penyerang pangeran mahkota pasti adiknya sendiri. Semua orang tahu, hubungan kedua putra raja tidak baik. Alisya menyapukan pandangannya kepada segenap pengunjung perjamuan malam. Di bagian belakang Alisya menemukan Belen. Pandangan pria itu jelas tertuju kepada Dafandra dengan tatapan curiga. Mungkinkah ahli strategi perang itu mencurigai Dafandra? Bukankah sebelumnya mereka Sahabat? Seharusnya dia memahami gaya politik Dafandra. Pangeran kedua tidak mungkin melakukan serangan secara terbuka. Gaya kampungan se
Read more
Bab 116 Penyelidikan Di Penjara Bawah Tanah
Prajurit berbadan gempal memandang raja. Dengan berat hati raja menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu Putri harus ikut dengan kami untuk menjalani penyelidikan. Karena menurut keterangan saksi ahli, botol ini berisikan racun yang sama dengan yang digunakan untuk menyerang pangeran mahkota dan istrinya." Suasana ruangan perjamuan berubah menjadi semakin menegang. Keringat dingin mulai membasahi tangan Alisya. Jenis racun dalam botol itu sangat berbahaya. Hanya satu tetes Alisya menggunakan racun itu untuk melumuri belatinya. Akan tetapi, racun itu mampu membuat Selena kehilangan bayi. Jika racun digunakan dalam dosis banyak, sudah tentu Fasya dan Selena dalam kondisi tidak bernyawa. "Alisya ...." Dafandra memandang lekat wajah istrinya."Yang Mulia mencurigaiku?" bisik Alisya."Tidak, aku percaya kepadamu." Dafandra memeluk hangat Alisya di depan semua orang. Akan tetapi, status Alisya saat ini adalah tersangka. Tentu saja putri itu akan segera di bawa ke penjara bawah tanah untuk
Read more
Bab 117 Siksaan
"Sakit, Kan?" Penyelidik berambut hitam menyeringai, memandang Alisya dengan tatapan hina. "Kalu begitu, sebaiknya cepat akui saja, Putri adalah dalang dari insiden perjamuan ini!" Wanita berambut hitam menggertak. Dalam keadaan masih bertumpu kepada kedua tangan dan lutut, Alisya membalas tatapan sinis penyelidik. Otaknya terus berpikir cara untuk menghentikan hukumannya. "Aku tidak melakukannya!" teriak Alisya. "Tetapi, bukti itu sudah sangat jelas!" balas wanita pemegang cambuk dengan teriakan yang tidak kalah keras. Wanita berambut hitam kembali memberikan isyarat kepada wanita pemegang cambuk untuk melanjutkan pekerjaannya. Tanpa ampun wanita perkasa itu memberikan hadiah cambukan kepada Alisya berkali-kali. Rasa nyeri di punggung, ditambah dengan luka di perut membuat tubuh Alisya tidak mampu lagi menahan sakit. Seketika itu sang putri tidak sadarkan diri. "Kamu mencambuknya terlalu keras," ujar penyelidik berambut cokelat kepada rekannya. "Tidak, tubuhnya saja yang terlal
Read more
Bab 118 Raja Masa Depan
"Bukakan pintu!" perintah Dafandra kepada pengawal yang mengantarnya. "T―Tapi ...." Pengawal itu hendak menolak permintaan Dafandra. Akan tetapi tatapan mengerikan Dafandra membuat sang penjaga mengurungkan niatnya. Dengan cekatan sang penjaga pintu mencari kunci gembok sel Alisya dan membukanya. Begitu pintu terbuka Dafandra bergegas masuk ke dalam. "Alisya!" teriak sang pangeran seraya memangku sang putri. Meski gaun Alisya berwarna hitam, punggungnya terlihat basah. Tangan Dafandra menyentuh punggung itu. "Panggilkan dokter sekarang!" perintah Dafandra kepada penjaga yang berada di luar sel. Dengan takut penjaga tahanan segera pergi melakukan perintah pangeran kedua Kosmimazh. Mata Dafandra menjelajahi wajah pucat Alisya. Pangeran itu mengumpat dan merutuki dirinya sendiri di dalam hati seraya memeluk tubuh tak berdaya Alisya. Dafandra berjanji, dia tidak akan membiarkan siapapun yang terlibat dalam insiden perjamuan untuk hidup. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya dokter k
Read more
Bab 119 Pertengkaran Di Aula Kerajaan
Dua baris mentri berjajar saling berhadapan di depan singgasana raja yang kosong. Pagi itu terjadi sedikit keributan di aula kerajaan. Pertemuan mendadak membahas mengenai kematian pangeran mahkota di pimpin oleh penasehat kerajaan. Suasana panas mendominasi ruangan meskipun udara pagi masih sejuk. Wajah para mentri terlihat bersitegang. Kubu sebelah kanan yang dipimpin oleh mentri keuangan menginginkan agar prosesi pemakaman disegerakan. Mereka beralasan, satu masalah mengenai jenazah harus dibereskan terlebih dahulu. Setelah masalah pemakaman beres, kerajaan bisa lebih fokus mengurus penyelidikan pembunuhan Fasya dan Selena. Sedangkan kubu sebelah kiri yang dipimpin oleh mentri kebudayaan menginginkan agar pemakaman Fasya dan Selena ditunda sampai kondisi raja membaik. Fokus utama saat ini untuk menyelesaikan kasus insiden perjamuan malam. Dafandra menarik napas panjang dan melepaskannya. Pangeran itu berusaha menghirup kesejukan di pagi hari agar hatinya lebih tenang. Akan tetapi
Read more
Bab 120 Berlindung di Balik Jabatan
Berlindung Di Balik Jabatan Cahaya mentari pagi menerobos ke celah-celah aula kerajaan yang kembali sepi. Dafandra melewati cahaya-cahaya itu meninggalkan aula kerajaan. Dengan langkah cepat, Dafandra berjalan menuju ke arah penjara bawah tanah. Akan tetapi, tidak jauh dari aula kerajaan seorang dayang ratu berjalan tergesa-gesa menuju ke arah Dafanra. Wajah pelayanan wanita itu berkeringat dengan napas sedikit terengah-engah. Hal itu jelas memancing rasa penasaran pangeran kedua. Begitu berada di depan Dafandra, sang gadis pelayan memberikan hormat dengan takzim. "Langsung saja katakan, ada apa?" "Raja telah sadar, sekarang Yang Mulia berada di penjara bawah tanah mengikuti jalannya introgasi para tersangka pembunuhan pangeran dan putri mahkota." Mata Dafandra terbeliak. Sudah pasti raja sangat marah dengan kejadian ini. Jika raja berada di sana suasana penyelidikan pasti akan sangat mengerikan. Tentu saja itu bukan hal baik bagi Alisya. Serta-merta Dafandra berlari meninggalkan
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
24
DMCA.com Protection Status