Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃 Dukung author dengan memberikan review bintang 5, vote/gem, dan ajak teman-teman anda untuk membaca kisah ini. Terima kasih.
Analisis raja cukup masuk akal di mata Dafandra. Akan tetapi, tatapan sedih Alisya tidak bisa dia lupakan. Oleh karena itu Dafandra lebih memilih percaya kepada pandangan matanya sendiri ketimbang analisis raja. "Analisis ayahanda memang masuk akal. Akan tetapi, aku percaya kepada Alisya." "Anakku, jangan gegabah. Semua mata kini tertuju kepadamu. Kamu bisa berada di sana kapan pun." Pandangan raja sekilas tertuju kepada rombongan penari yang masih bergelut dengan cambukan para algojo. "Aku tidak gegabah. Aku hanya bertindak benar, Ayahanda." Raja menghela napas panjang. Dia mulai berpikir putra satu-satunya telah kehilangan akal sehat karena wanita. Hal itu mengingat raja pada dirinya sendiri. Dia pun pernah mengalami hal yang sama hingga mengabaikan putra kecilnya, Fasya. "Aku peringatkan, jangan libatkan perasaan dalam urusan politik, atau kamu akan menyesal di kemudian hari!" Raja mencengkeram kuat bahu Dafandra. Pangeran itu tersenyum simpul. Dia tahu apa yang dia lakukan. D
"Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu iri dengan kehamilan putri mahkota?" Neacal berucap dengan nada sinis. "Tidak, tidak sama sekali." Alisya menghela napas panjang."Aku melakukan itu sebagai bentuk perlindungan diri. Semua orang tahu, seseorang telah melukai perutku cukup parah. Saat kejadian itu aku sangat terpojok. Aku terpaksa menggunakan belati untuk melukai salah satu anggota tubuhnya. Yah, aku hanya membuat sedikit luka gores karena kekuatanku tidak mampu untuk berbuat lebih. Siapa sangka penyerang itu adalah putri mahkota yang sedang mengandung? Apakah aku salah?" Alisya menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru aula pengadilan. Semua orang terbungkam antara percaya dan tidak percaya. "Bagaimana caramu meyakinkan kami?""Arys, pengawal elit Pangeran Dafandra telah memata-matai putri mahkota setelah aku terluka. Dia mencuri dengar dari dokter pribadi Putri Selena, janin sang putri gugur karena racun yang berasal dari luka gores, bukan karena terjatuh seperti berita yang be
"Kamu menghianati pangeran mahkota!" lagi-lagi Neacal berteriak. "Ya, aku menghianati pangeran mahkota. Lebih tepatnya aku dan Putri Mahkota Selena menghianati Pangeran Mahkota Fasya." Sebuah senyuman merekah di bibir Kim, tetapi matanya menyiratkan kepedihan yang dalam. Memalukan! Perselingkuhan antara putri mahkota dengan pengawal pribadi pangeran mahkota tidak akan bisa dimaafkan. Entah Selena hidup atau mati, wanita itu tetap akan menjalani hukuman yang berat. Selain hukuman mati, peperangan juga sangat mungkin untuk terjadi. "Kenapa kamu menggoda istri tuanmu?" "Aku tidak menggodanya. Aku hanya menjalankan perintah." "Perintah? Siapa yang memberimu perintah?" "Putri Mahkota Selena. Anda tidak ingin tahu kenapa putri melakukan hal itu?" Semula pengunjung aula persidangan sibuk bergosip, tetapi ucapan Kim membuat mereka semua kembali terdiam. "Kenapa?" Neacal masih tidak percaya, putri mahkota akan mengkhianati pangeran mahkota di saat usia pernikahan mereka masih sangat mu
Setelah mengetahui keberadaan suaminya, Putri Selena kembali masuk ke dalam gubuk. Tidak lama kemudian kakek ikut menyusulnya. Rupanya kakek mengatakan keadaan pangeran mahkota yang sebenarnya. Hati putri itu sangat terpukul. Dia marah dan benci kepada semua orang. Putri itu merasa tertipu, tetapi tidak bisa melangkah pergi meninggalkan suami yang dia cintai. Malam harinya Kim membuat api unggun di depan rumah seorang diri. Sambil menghangatkan tubuh, pengawal elit itu memikirkan siapa orang-orang berbaju hitam yang telah menyerangnya. Apa alasannya melakukan penyerangan itu? Dalam ingatan Kim, sejauh ini pangeran mahkota tidak mempunyai musuh karena dia orang yang ramah dan bersahabat. Kecuali, hubungannya yang buruk dengan adik tirinya. Kim sempat berpikir itu adalah serangan balasan pangeran kedua kepada pangeran mahkota. Akan tetapi, firasatnya tidak yakin dengan hal itu. Gaya bertarung orang-orang bertudung hitan itu tidak seperti pangawal elit pangeran kedua. Juga tingkah aneh
Kehilangan sedikit keseimbangan tubuh karena kesemutan. Putri itu hampir terjatuh, tetapi tangan Kim menopangnya dengan sigap. Seharusnya ini hanya pertolongan biasa dari seorang hamba kepada sang tuan. Akan tetapi, hati Kim terasa begitu kacau. Pengawal elit itu segera memalingkan muka dan melepaskan rengkuhan tangannya dari tubuh Selena. "Kamu ingin meninggalkanku lagi, Kim?" Kim kembali menoleh ke arah Selena yang berwajah sembap. Rasa tidak tega segera menyergap hati Kim, memaksa pria itu kembali meraih tangan Selena untuk membantu berjalan. Sebenarnya perbuatan itu terlarang. Pantang bagi seorang wanita terhormat untuk disentuh oleh seorang budak lelaki. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Kim mengantar Selena ke dalam kamarnya. Yah, rumah itu hanya mempunyai dua kamar sempit. Satu kamar tempat Fasya berada di mana hanya ada satu ranjang sempit. Sebaliknya di kamar Selena, tidak ada ranjang, yang ada hanya sebuah tikar dan selimut lusuh. Sebuah tempat yang jauh dari kata layak u
Kim menghela napas panjang. Deretan kisah yang dia ucapkan membungkam mulut semua orang yang menghinanya. Akan tetapi, Neacal tidak percaya begitu saja. Bagi hakim istana cerita Kim hanya seperti dongeng dalam cerita erotis. Tidak ada bukti atau saksi yang menguatkan dugaan pangeran mahkota mengalami kemandulan. "Bagaimana kami bisa yakin, kamu tidak mengarang cerita? Dokter pribadi pangeran mahkota sejak kecil juga telah mati secara misterius. Bukankah ini juga aneh? Kami butuh setidaknya seorang saksi ahli sebagai pembanding." Neacal menatap tajam ke arah Kim."Aku bisa memberikan kesaksian." Tiba-tiba semua mata tertuju kepada Alisya. Yah, posisinya saat ini sama dengan Kim sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan pangeran mahkota dan istrinya. Akan tetapi, sebagai seorang ahli pengobatan timur dan barat, kesakitan Alisya seharusnya dapat diperhitungkan."Apa Anda mengetahui sesuatu, Putri?""Ya, secera rahasia pangeran mahkota pernah mengundangku untuk melakukan diagnosis terhadap
Bendera kerajaan Kosmimazh berkibar di langit kota Asteryzh ketika ratusan pengawal mengiringi pemakaman Raja Faridzy, Pangeran Mahkota Fasya, dan Putri Mahkota Selena. Aroma kepedihan membuat pagi hari ini terlihat suram. Wajah-wajah murung dan isak tangis mengiringi langkah tiga keranda yang masing-masing dibawa menggunakan kereta kuda. Begitu cepat putaran takdir mengubah segalanya. Dengan berurai air mata Alisya turut serta dalam upacara pemakaman petinggi kerajaan Kosmimazh. Rasanya baru kemarin sore Alisya berkenalan dengan Fasya. Kini Alisya harus merelakan sang pangeran mahkota untuk pergi selama-lamanya. Dafandra merangkul dan mengelus lengan istrinya. Sebenarnya wajah pangeran itu juga diliputi kepedihan. Akan tetapi, pangeran itu berbisik, "Tenangkan dirimu, semua yang hidup pasti akan mati. Semoga mereka tenang di alam sana." Sementara ratu, wanita itu masih terus menangis. Alisya masih teringat bagaimana ratu menampar pipinya di depan kamar raja. Aneh sekali! Bukankah se
"Selena, apa kamu mencintaiku?" Fasya memandang wajah cantik putri dari negeri Samargdyzh. Wajah wanita itu telah basah karena linangan air mata yang tidak berhenti. "Aku mencintaimu, Yang Mulia dengan segenap jiwa dan ragaku. Kuharap Anda mengerti dengan ketulusan ini. Aku memang berbuat salah, aku bersedia dihukum." Setelah cukup lama terdiam akhirnya Fasya berucap, "Aku akan memaafkan kalian, jika kalian berdua mau mengikuti rencanaku." "Apa rencanmu, Yang Mulia?" tanya Kim penasaran. "Buat kekacauan di perjamuan festival Nikiniki." "Caranya?" "Rekrut para penari yang bersedia kamu bayar untuk mati. Setelah itu latih mereka untuk membunuh aku dan Selena di acara perjamuan festival Nikiniki." "Membunuh Anda dan Putri Selena?" "Ya, pada dasarnya aku sudah mati, hanya saja terjebak di dalam jasad ini." "Apakah cara seperti itu tidak mencolok?" "Tentu saja itu mencolok. Aku ingin kamu mendapatkan hukuman dari pengadilan kerajaan." "Baik, Yang Mulia." Setelah kejadian itu Kim