Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️u. Kalian ada di hati author Sunny.
"Sakit, Kan?" Penyelidik berambut hitam menyeringai, memandang Alisya dengan tatapan hina. "Kalu begitu, sebaiknya cepat akui saja, Putri adalah dalang dari insiden perjamuan ini!" Wanita berambut hitam menggertak. Dalam keadaan masih bertumpu kepada kedua tangan dan lutut, Alisya membalas tatapan sinis penyelidik. Otaknya terus berpikir cara untuk menghentikan hukumannya. "Aku tidak melakukannya!" teriak Alisya. "Tetapi, bukti itu sudah sangat jelas!" balas wanita pemegang cambuk dengan teriakan yang tidak kalah keras. Wanita berambut hitam kembali memberikan isyarat kepada wanita pemegang cambuk untuk melanjutkan pekerjaannya. Tanpa ampun wanita perkasa itu memberikan hadiah cambukan kepada Alisya berkali-kali. Rasa nyeri di punggung, ditambah dengan luka di perut membuat tubuh Alisya tidak mampu lagi menahan sakit. Seketika itu sang putri tidak sadarkan diri. "Kamu mencambuknya terlalu keras," ujar penyelidik berambut cokelat kepada rekannya. "Tidak, tubuhnya saja yang terlal
"Bukakan pintu!" perintah Dafandra kepada pengawal yang mengantarnya. "T―Tapi ...." Pengawal itu hendak menolak permintaan Dafandra. Akan tetapi tatapan mengerikan Dafandra membuat sang penjaga mengurungkan niatnya. Dengan cekatan sang penjaga pintu mencari kunci gembok sel Alisya dan membukanya. Begitu pintu terbuka Dafandra bergegas masuk ke dalam. "Alisya!" teriak sang pangeran seraya memangku sang putri. Meski gaun Alisya berwarna hitam, punggungnya terlihat basah. Tangan Dafandra menyentuh punggung itu. "Panggilkan dokter sekarang!" perintah Dafandra kepada penjaga yang berada di luar sel. Dengan takut penjaga tahanan segera pergi melakukan perintah pangeran kedua Kosmimazh. Mata Dafandra menjelajahi wajah pucat Alisya. Pangeran itu mengumpat dan merutuki dirinya sendiri di dalam hati seraya memeluk tubuh tak berdaya Alisya. Dafandra berjanji, dia tidak akan membiarkan siapapun yang terlibat dalam insiden perjamuan untuk hidup. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya dokter k
Dua baris mentri berjajar saling berhadapan di depan singgasana raja yang kosong. Pagi itu terjadi sedikit keributan di aula kerajaan. Pertemuan mendadak membahas mengenai kematian pangeran mahkota di pimpin oleh penasehat kerajaan. Suasana panas mendominasi ruangan meskipun udara pagi masih sejuk. Wajah para mentri terlihat bersitegang. Kubu sebelah kanan yang dipimpin oleh mentri keuangan menginginkan agar prosesi pemakaman disegerakan. Mereka beralasan, satu masalah mengenai jenazah harus dibereskan terlebih dahulu. Setelah masalah pemakaman beres, kerajaan bisa lebih fokus mengurus penyelidikan pembunuhan Fasya dan Selena. Sedangkan kubu sebelah kiri yang dipimpin oleh mentri kebudayaan menginginkan agar pemakaman Fasya dan Selena ditunda sampai kondisi raja membaik. Fokus utama saat ini untuk menyelesaikan kasus insiden perjamuan malam. Dafandra menarik napas panjang dan melepaskannya. Pangeran itu berusaha menghirup kesejukan di pagi hari agar hatinya lebih tenang. Akan tetapi
Berlindung Di Balik Jabatan Cahaya mentari pagi menerobos ke celah-celah aula kerajaan yang kembali sepi. Dafandra melewati cahaya-cahaya itu meninggalkan aula kerajaan. Dengan langkah cepat, Dafandra berjalan menuju ke arah penjara bawah tanah. Akan tetapi, tidak jauh dari aula kerajaan seorang dayang ratu berjalan tergesa-gesa menuju ke arah Dafanra. Wajah pelayanan wanita itu berkeringat dengan napas sedikit terengah-engah. Hal itu jelas memancing rasa penasaran pangeran kedua. Begitu berada di depan Dafandra, sang gadis pelayan memberikan hormat dengan takzim. "Langsung saja katakan, ada apa?" "Raja telah sadar, sekarang Yang Mulia berada di penjara bawah tanah mengikuti jalannya introgasi para tersangka pembunuhan pangeran dan putri mahkota." Mata Dafandra terbeliak. Sudah pasti raja sangat marah dengan kejadian ini. Jika raja berada di sana suasana penyelidikan pasti akan sangat mengerikan. Tentu saja itu bukan hal baik bagi Alisya. Serta-merta Dafandra berlari meninggalkan
Analisis raja cukup masuk akal di mata Dafandra. Akan tetapi, tatapan sedih Alisya tidak bisa dia lupakan. Oleh karena itu Dafandra lebih memilih percaya kepada pandangan matanya sendiri ketimbang analisis raja. "Analisis ayahanda memang masuk akal. Akan tetapi, aku percaya kepada Alisya." "Anakku, jangan gegabah. Semua mata kini tertuju kepadamu. Kamu bisa berada di sana kapan pun." Pandangan raja sekilas tertuju kepada rombongan penari yang masih bergelut dengan cambukan para algojo. "Aku tidak gegabah. Aku hanya bertindak benar, Ayahanda." Raja menghela napas panjang. Dia mulai berpikir putra satu-satunya telah kehilangan akal sehat karena wanita. Hal itu mengingat raja pada dirinya sendiri. Dia pun pernah mengalami hal yang sama hingga mengabaikan putra kecilnya, Fasya. "Aku peringatkan, jangan libatkan perasaan dalam urusan politik, atau kamu akan menyesal di kemudian hari!" Raja mencengkeram kuat bahu Dafandra. Pangeran itu tersenyum simpul. Dia tahu apa yang dia lakukan. D
"Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu iri dengan kehamilan putri mahkota?" Neacal berucap dengan nada sinis. "Tidak, tidak sama sekali." Alisya menghela napas panjang."Aku melakukan itu sebagai bentuk perlindungan diri. Semua orang tahu, seseorang telah melukai perutku cukup parah. Saat kejadian itu aku sangat terpojok. Aku terpaksa menggunakan belati untuk melukai salah satu anggota tubuhnya. Yah, aku hanya membuat sedikit luka gores karena kekuatanku tidak mampu untuk berbuat lebih. Siapa sangka penyerang itu adalah putri mahkota yang sedang mengandung? Apakah aku salah?" Alisya menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru aula pengadilan. Semua orang terbungkam antara percaya dan tidak percaya. "Bagaimana caramu meyakinkan kami?""Arys, pengawal elit Pangeran Dafandra telah memata-matai putri mahkota setelah aku terluka. Dia mencuri dengar dari dokter pribadi Putri Selena, janin sang putri gugur karena racun yang berasal dari luka gores, bukan karena terjatuh seperti berita yang be
"Kamu menghianati pangeran mahkota!" lagi-lagi Neacal berteriak. "Ya, aku menghianati pangeran mahkota. Lebih tepatnya aku dan Putri Mahkota Selena menghianati Pangeran Mahkota Fasya." Sebuah senyuman merekah di bibir Kim, tetapi matanya menyiratkan kepedihan yang dalam. Memalukan! Perselingkuhan antara putri mahkota dengan pengawal pribadi pangeran mahkota tidak akan bisa dimaafkan. Entah Selena hidup atau mati, wanita itu tetap akan menjalani hukuman yang berat. Selain hukuman mati, peperangan juga sangat mungkin untuk terjadi. "Kenapa kamu menggoda istri tuanmu?" "Aku tidak menggodanya. Aku hanya menjalankan perintah." "Perintah? Siapa yang memberimu perintah?" "Putri Mahkota Selena. Anda tidak ingin tahu kenapa putri melakukan hal itu?" Semula pengunjung aula persidangan sibuk bergosip, tetapi ucapan Kim membuat mereka semua kembali terdiam. "Kenapa?" Neacal masih tidak percaya, putri mahkota akan mengkhianati pangeran mahkota di saat usia pernikahan mereka masih sangat mu
Setelah mengetahui keberadaan suaminya, Putri Selena kembali masuk ke dalam gubuk. Tidak lama kemudian kakek ikut menyusulnya. Rupanya kakek mengatakan keadaan pangeran mahkota yang sebenarnya. Hati putri itu sangat terpukul. Dia marah dan benci kepada semua orang. Putri itu merasa tertipu, tetapi tidak bisa melangkah pergi meninggalkan suami yang dia cintai. Malam harinya Kim membuat api unggun di depan rumah seorang diri. Sambil menghangatkan tubuh, pengawal elit itu memikirkan siapa orang-orang berbaju hitam yang telah menyerangnya. Apa alasannya melakukan penyerangan itu? Dalam ingatan Kim, sejauh ini pangeran mahkota tidak mempunyai musuh karena dia orang yang ramah dan bersahabat. Kecuali, hubungannya yang buruk dengan adik tirinya. Kim sempat berpikir itu adalah serangan balasan pangeran kedua kepada pangeran mahkota. Akan tetapi, firasatnya tidak yakin dengan hal itu. Gaya bertarung orang-orang bertudung hitan itu tidak seperti pangawal elit pangeran kedua. Juga tingkah aneh