Home / Romansa / Mutiara Lembah Hitam / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Mutiara Lembah Hitam: Chapter 1 - Chapter 10

65 Chapters

Bab 1. Cinta Sedarah

  “Kalian tidak boleh menikah. Kalian adik kakak!”   Susan memutuskan memberitahu fakta mengerikan itu. Ia tak boleh menyimpan rahasia itu lebih lama. Dengan perasaan campur aduk dan wajah tegang, ia tatap sang gadis dengan gelisah. Ia tahu ucapannya sangat menyakiti, tapi ia tak punya pilihan.
Read more

Bab 2. Kita Tak Mungkin Menikah

“Ibu sungguh pandai mempermainkan hidupku. Tak cukup menghadiahiku dengan masa lalu yang kelam, perempuan itu masih juga mengobrak-abrik masa depan yang tengah aku rancang. Drama apa yang tengah kau mainkan, Bu!” Nesa bergumam sambil memijat kepala yang terasa berputar. Ia mual karena barang-barang di kamar tak henti bergerak. Ruangan kamar terasa terus bergoyang.   “Aku tak percaya Raga kakakku! Itu pernyataan paling konyol yang pernah kudengar!”   Di tengah rasa pusing yang menyiksa, ia bertekad me
Read more

Bab 3. Tak Lama Lagi

Nesa terdiam. Ia bingung harus memulai dari mana. Meski tak ingin berpisah dengan Raga, tapi jika apa yang dikatakan Susan benar, ia pun harus pasrah menerima kenyataan. Perasaannya berkecamuk. Pikirannya campur aduk. Beban di dadanya terasa sangat berat.   “Kepalaku pusing, Mas.” Tiba-tiba ia memeluk Raga dengan erat. Ia menangis. Semua kepedihan dan kekecewaan tumpah bersama air mata yang melekat di baju Raga. Ia marah teringat perkataan Susan.
Read more

Bab 4. Andai Waktu Bisa Diulang

Nesa merespon sekilas. Ia sedang tak ingin bermesraan dengan Raga. Pikirannya sedang gundah. Ia masih bertanya-tanya, apa mungkin Raga benar kakaknya?   “Jika benar aku dan dia sedarah, apa yang harus kulakukan?” Ia memandangi Raga yang saat itu juga tengah menatapnya. Terlalu banyak yang harus ia pikirkan. Semua berkecamuk membuat ia merasa lelah dan tak berdaya.   “Aku harus bagaimana, Mas?” Ia bertanya lirih dengan wajah sedih.   “Ya ampun, Sayang. Apa yang bagaimana? Aku juga gak ng
Read more

Bab 5. Suami Posesif

Susan pulang ke rumah dengan hati resah. Perlawanan Nesa tadi membuat ia marah. Tak biasa gadis itu melawannya. Ia selalu memilih diam jika ada yang tidak disukai. Namun kali ini Susan melihat mata anak gadisnya begitu gelap ketika ia melarang menikah dengan Raga.   “Aku juga ingin kamu bahagia. Kamu sudah terlalu banyak menderita.” Ia bergumam sambil membuka pintu rumahnya yang megah.
Read more

Bab 6. Drama Memuakkan

Susan tak keluar kamar hingga pagi. Bas berkali-kali mengetuk pintu ingin masuk, tapi Susan tidak peduli. Ia tak ingin melihat wajah laki-laki monster yang telah membuatnya jatuh miskin. Ia benci dan ingin pergi.   Tak mampu menahan sedih, ia menenggak dua butir pil tidur dan terlelap hingga pagi.   Susan tersentak kaget ketika Bik Min menggedor pintu kamar.   “Bu, ada Neng Nesa. Katanya mau ketemu Ibu.” Bik Min memanggil berkali-kali.
Read more

Bab 7. Cinta Dalam Derita

“Kalian manusia-manusia tak tahu malu. Bikin rusak hariku saja.” Ia memandang mereka dengan muak. "Jika ingin bikin keributan jangan di sini. Kalian ini tidak ada bedanya dengan preman pasar. Berteriak dan berkata kasar membuat perutku mual."   Kini Lee melotot ke arah Nesa. Tampaknya ia benar-benar tak menyangka bakal menerima kejutan menakjubkan. "Kamu cantik juga!" katanya dengan wajah sinis. "Apa kerjaan kamu juga seperti dia? Menghibur laki-laki? Sepertinya kamu cukup menyenangkan untuk diajak bersenang-senang!" Dengan tatapan meremehkan, Lee menguliti Nesa dengan tatapannya.   Nesa menatap Lee dengan mata terbelalak.
Read more

Bab 8. Mantan Terindah

Sejak pertemuan keluarga, Pram uring-uringan. Ia tak menyangka Ibu Nesa adalah perempuan yang sekian puluh tahun silam pernah menjadi kekasihnya. Ia belum pernah mencintai seseorang hingga bertemu Susan. Perempuan itu memiliki kecantikan sempurna, dan seorang primadona di Mike House, rumah hiburan berbayar mahal untuk kalangan terbatas.   Ia begitu kaget saat bertemu Susan di private room restoran tempat pertemuan digelar. Tak pernah terbayangkan perempuan itu muncul kembali di hadapannya, apalagi sebagai calon besannya.   “Sial. Bagaimana mungkin Susan adalah ibu Nesa?” Ia bergumam sambil menenggak minuman keras yang sudah
Read more

Bab 9. Primadona Dari Masa Lalu

Cinta boleh jadi sumber masalah, tapi jika kebijaksanaan menjadi landasannya, maka cintalah yang akan mendewasakan kita. Namun nyatanya cinta kerap membuat manusia dewasa bertingkah sebaliknya. Cinta menjadikan nalar tumpul dan kebijaksanaan raib entah kemana.   Pram kian murka karena Raga berani membantahnya. “Kamu tidak berguna. Semua usaha ini aku rintis dengan pengorbanan. Kini kamu mau belagak hebat di depanku, hah? Memangnya kamu bisa apa?” Matanya memerah menatap Raga. Entah mengapa, Raga merasa tatapan sang ayah seperti menyiratkan kebencian. Namun ia berusaha mengabaikan dan tidak mau terpengaruh oleh kata-kata Pram yang tengah mabuk berat.  
Read more

Bab 10. Kei

Raga kembali ke ruangan kerja di lantai delapan. Lantai khusus Board of Directors. Ruangannya bersebelahan dengan Pram, Sang CEO. Bersama mereka ada Farid dan Arham jajaran direksi lainnya.   “Bos besar lagi di mana, Mas?” Farid menyambut kehadirannya yang tengah berjalan tergesa-gesa.   “Ada di atas. Lagi bertapa,” sahut Raga acuh. “Jangan diganggu dulu.”   Farid tersenyum. Namun Raga sedang kehilangan keramahan. Ia tak bisa berpikir jernih. Terlalu banyak beban pikiran setelah bertemu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status